13 | proksimitas

7.3K 1.3K 256
                                    

JISUNG terkejut ketika mendapati kakaknya di depan kelas. Ia menyandarkan sapu yang dipegangnya ke dinding, "Kenapa, Nald? Lagi piket nih."

"Rajin lu, setan." Jeno terkekeh.

"Disuruh sama wali kelas lu." Jisung juga terkekeh, "Si Joni metal."

"Eh, hari ini gak pulang bareng dulu ya."

"Kampret, gua pulang sendiri gitu?"

"Iya. Bawa motor gua. Gua mau ngangkot sama doi."

"Buset! Biar apa?!"

"Biar mengurangi polusi." Jeno tertawa, "Anjing ah. Atuh biar bisa mepet. Kalo di motor kan cuma bisa liat mukanya dari spion."

"Terlalu jujur anda." jawab Jisung.

"Kasian juga ya dia." kata Jeno, "Suka digodain abang-abang kalo pulang sendirian."

"Ya lu pulang aja naik motor sama dia!" ujar Jisung.

"Ya lu naik apa pulangnya kalo gua naik motor?" tanya Jeno, "Udah lah. Turutin apa kata gua."

"Iya dah. Kamsia kamsia."

Jeno berjalan meninggalkan adiknya karena Jaemin sudah menunggu.

🐦

Laki-laki manis itu berdiri di trotoar sambil sesekali membetulkan rambutnya yang tertiup angin. Di sebelahnya ada laki-laki jangkung dengan tas yang disampirkan di sebelah bahu dan ponsel yang ditempelkan ke telinga.

"Iya? Jadi gimana si Gian? Bonyok? Tolol sih."

Jaemin tidak berniat mendengarkan pembicaraan Jeno dengan kawannya di seberang telepon. Matanya mengawasi jalanan, berusaha menemukan angkot berwarna biru muda jurusan Poris Plawad.

"Gua lagi sama Hizkia." Jeno terdiam sejenak menunggu jawaban temannya, "Ya nanti gua balik lagi dah. Udah ya gua naik angkot dulu."

Jeno dan Jaemin menaiki angkot yang berhenti di depan mereka. Kebetulan angkot sedang lumayan penuh sehingga mereka agak kebingungan.

"Saya pangku dah."

"Apanya?" tanya Jaemin.

"Ya kau lah."

"Ogah. Tar lu tegang lagi." Jaemin terkekeh.

"Manusiawi itu." Jeno ikut terkekeh.

"Hah?"

"Enggak." Jeno buru-buru mengalihkan pembicaraan, "Muat deh, Ki. Untung badanmu kecil. Sini tasmu kasih saya biar gak sempit."

Jaemin memberikan tasnya pada Jeno setelah mengeluarkan uang receh.

"Gua bayarin lu." kata Jaemin.

"Gak usah."

"Kenapa? Kan lu udah nemenin gua?"

"Kan kau gak minta temenin. Saya yang mau sendiri."

Jaemin tidak menjawab lagi. Keheningan meliputi mereka setelah itu. Orang-orang mulai turun di tempat yang berbeda-beda, tetapi Jeno dan Jaemin masih terpaku dalam posisi yang sama.

"Sibuk bener sama hpnya? Lagi ngapain?" tanya Jaemin yang merasa bosan.

"Si Gian abis ditonjok orang."

"Loh? Kenapa?"

"Biasa. Rebutan pacar."

"Kok pacar direbutin? Pacar kan udah jadi hak milik."

"Tergantung pacarnya, dia mau jadi hak milik satu orang apa masih mau cari pemilik yang lain. Suka-suka dia lah. Toh nanti yang berantem lakinya kok bukan dia."

hizkia | nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang