"IYA, ini lagi di Upnormal." Jarak Chenle dan laki-laki yang diduga memakai hotspot-nya sudah lumayan dekat hingga Chenle dapat mendengar pembicaraan laki-laki itu di telepon.
"Gak manggung. Orang di Upnormal. Lagian si Onald kan lagi main bowling."
Chenle berpura-pura hendak memilih makanan dan membayar di kasir hingga laki-laki itu selesai menelepon.
"Ini udah pesen makanan, ma. Satu keluarga menunya sama kayak punya Vano semua. Habis gak tahu mau pesan apa." Laki-laki itu terdiam, menunggu orang di seberang sana berbicara, "Kunci mobil? Dih. Gak tahu. Atuh Vano mah bawa motornya Onald. Tanya Kak Rachel coba."
Chenle tampak bosan menunggu. Jisung juga tampak bosan mendengarkan ocehen mamanya di seberang sana. Jisung tidak tahu apa-apa soal kunci mobil, tetapi malah ia yang dimarahi.
"Iya. Oke. Dadah, mama Ona."
Begitu Jisung memutuskan sambungan. Chenle langsung menatapnya dengan alis berkerut.
"Hah?" Jisung tampak kebingungan, tetapi berusaha tidak menanggapi Chenle.
"Heh hoh." sambung Chenle, "Ngapain pakai hotspot gua?"
"Emangnya iya?" tanya Jisung, "Gua pakai WiFi Upnormal."
"Gak ada yang lebih mencurigakan daripada lu. Lu anak Baskara, kan? Kelas sepuluh, kan? Pernah connect hotspot gua pas MOS buat pesen ojek online gara-gara gak boleh bawa kendaraan, kan?"
Jisung tampak berpikir sebelum membelalakkan matanya, "Oh! Pantas aja! Tadi WiFi Upnormal lemot terus tiba-tiba bisa teleponan di WhatsApp gini."
"Ih! Kuota gua menipis tau." Chenle hendak memukul Jisung, tetapi makanan pesanan Jisung sudah jadi dan laki-laki jangkung itu segera kabur sambil berjanji hendak mentraktir Chenle, tetapi jangan sekarang.
Dan Chenle lupa jika Lucas, Jaemin, dan Jaejun telah memakai hotspot-nya lebih dari satu menit.
🐦
"Beck, kenal Ronald Yunandar?" tanya Jaemin ketika mereka sudah berada di dalam mobil.
"Kenal." jawab Jaejun, "Itu kan abangnya anak yang tadi berantem sama Martin di Upnormal."
"Serius?" Jaemin tampak sedikit terkejut. Sepertinya semua orang benar-benar mengenal Jeno.
"Iya. Kenapa? Naksir ya?" Jaejun tertawa kecil.
"Ih, bukan!" Jaemin memajukan bibirnya, "Dia reply story aku masa."
Jaejun melihat layar ponsel Jaemin yang ditunjukkan padanya.
"Hahaha." Jaejun tertawa lumayan keras, "Dia bisa begini? Biasanya mana pernah godain anak orang!"
"Lagi iseng kali ya dia?" Jaemin berusaha tidak terlalu percaya diri. Coba saja jika Jaemin orang lain, pasti terbawa perasaan karena digoda oleh salah satu anggota band indie yang terkenal di SMA Baskara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
hizkia | nomin
Fanfictiontw // harsh words, sexual harassment ーʏᴀɴɢ satu depresi dan yang lainnya anak indie. ©jaeminuman, 2019