SAAT jam istirahat kedua, Jeno datang ke kelas XII IPS 3 bersama Jinyoung. Jaemin yang baru saja bangkit dari kursinya merasa heran karena Jeno dan Jinyoung berjalan ke arahnya. Felix lebih heran daripada Jaemin. Ia tak habis pikir mengapa Jeno dan Jinyoung bisa memiliki wajah setampan itu. Ah, Felix pubernya terlambat.
"Cari Kia ya?" tanya Haechan sambil tersenyum.
"Gak usah dicari. Udah ketemu." jawab Jeno sambil tersenyum juga, tetapi pada Jaemin, "Besok saya gak sekolah."
"Terus?" tanya Jaemin.
"Saya mau tepatin janjinya sekarang aja." Jeno menyerahkan sebungkus roti pada Jaemin, "Ini roti untukmu."
"Eh, makasih." kata Jaemin yang tidak bisa menolak.
Setelahnya, Jeno memajukan tubuhnya sehingga membuat Jaemin heran, "Apa lagi?"
"Ini Ronald, untukmu."
Jaemin tidak bisa menahan kekehannya, "Aneh."
"Habis kata Farrel kita belom kenal. Sekarang udah tahu nama saya, kan."
Jaemin tersenyum malu-malu sambil memukul tangan Haechan pelan. Melihat hal itu, Jeno tersenyum kecil sebelum akhirnya berpamitan, "Udah ya? Dadah."
"Iya. Udah."
"Belom." kata Felix.
"Apanya yang belom, neng?" sahut Changbin yang tiba-tiba saja muncul di belakang Felix.
"Ih gak ngomong sama lu."
Jeno dan Jinyoung tertawa, lalu keluar dari kelas bersama Changbin.
"Si Brandy gede ga ya?" tanya Felix sambil menatap Jinyoung.
"Lix, cukup!" ujar Haechan.
🐦
Bel pulang sekolah berbunyi. Semua siswa membereskan barang-barang mereka dan bersiap untuk pulang. Hanya dua orang yang perlu diteriaki karena semua anggota kelas harus menunggu mereka.
"Woi, Yan! Felix! Buruan! Mau pulang ini!"
Guanlin yang tadinya masih bermain gitar langsung berdiri dengan sigap dan memakai tasnya. Sedangkan Felix malah bertanya, "Memangnya sudah bel?"
"Isssshhhh." kata Jaemin.
"Buruan, Lix. Beresin barang-barang lu." Haechan terpaksa membantu Felix memasukkan barang-barangnya ke dalam tas agar mereka cepat pulang.
"Cakep-cakep bolot, anjir." kata Hyunjin dengan nada tak habis pikir.
Begitulah Felix. Bahkan kunci motornya disembunyikan oleh Changbin dan Guanlin pun ia tidak sadar.
"Pulang naik apa lu?" Changbin bertanya pada Felix.
"Naik motor. Lu naik apa, Yog?" Felix menjawab dengan senyuman di wajahnya.
Haechan dan Jaemin yang tahu tentang kunci motor Felix tertawa.
"Hahaha. Kenapa?" Felix malah ikut tertawa.
"Ini kunci motor lu, tolol." Changbin mengembalikan kunci motor Felix sambil tertawa, "Bodoh."
Tolol dan bodoh, tetapi Changbin mau.
🐦
Jaemin berpisah dengan Haechan dan Felix di belokan menuju parkiran motor. Akhir-akhir ini, Haechan memang lebih sering pulang naik motor bersama Mark dan Jaemin harus menunggu Chenle sendirian di dekat gerbang sekolah.
"Hizkia, duluan ya."
Yang dipanggil menoleh dan menemukan Jeno dengan Hypermotard-nya. Jeno tidak menawari Jaemin untuk pulang bersama karena ini tidak akan sefiksi itu. Jeno tidak setega itu untuk menyuruh Guanlin turun dari boncengannya hanya agar ia bisa pulang dengan Jaemin.
"Iya." Jaemin melambaikan tangannya.
"Hizkia, duluan ya." Guanlin mengikuti perkataan Jeno, lalu teman-teman Jeno yang berbaris di belakangnya ikut mengucapkan kata itu.
"Hizkia, duluan ya."
"Iya."
"Hizkia, duluan ya."
"Iya."
Hingga akhirnya Chenle datang sambil mengoceh, "Papi gak bisa jemput."
"Kenapa?" tanya Jaemin.
"Mau urus surat cerai. Kita naik angkot aja ke rumah oma."
"Sudah saya duga." Jaemin tertawa renyah sambil melangkahkan kakinya menuju pangkalan angkot, Martin gak kesal apa?"
"Ya kesal, tapi kita bisa apa?" Chenle menghela nafas, "Si Ekky kan udah kepincut sama Sella."
"Lama-lama capek ya lihat si Ekky pamer Sella mulu ke kita."
"Niatnya baik sih. Mau terbuka sama anak ya?"
"Iya sih, daripada dia tertutup. Bisa-bisa kakak makin kesal." Jaemin meniup poninya, "Eh, Martin tahu gak sih? Dulu kakak ke Apartemen Ayoda sama Farrel."
"Hah? Ayodhya kali?" tanya Chenle.
"Iya. Itulah. Terus masa kakak ketemu papi sama Sella."
"Terus?"
"Sabar. Naik angkotnya dulu."
Dan mereka lanjut bercerita dengan suara pelan ketika sudah berada di dalam angkutan umum itu.
"Sella nyapa kakak. Eh, anak manis. Gitu katanya. Terus kakak tinggal aja."
"Jahat." Chenle tertawa.
"Dia lebih jahat." Jaemin menyandarkan kepalanya ke jendela, "Pengen ketemu Ronald deh."
"Eh, tumben?"
"Dia lucu banget tau."
"Gimana?"
"Dulu si Felix pernah kirim story Instagram dia ke grup. Main flying face, tapi yang disuruh main malah anjingnya. Belom apa-apa udah kalah. Terus dia bilang aish, Simba gak bisa main."
"Dih! Kalau anjingnya bisa main mah jagoan!" Chenle tertawa, "Kiri, mang!"
Angkot menepi di depan Perumahan Cimone Permai dan Jaemin serta Chenle turun.
🐦
jinyoung as brandy julian tanoto
teman ronald🦄
KAMU SEDANG MEMBACA
hizkia | nomin
Fanfictiontw // harsh words, sexual harassment ーʏᴀɴɢ satu depresi dan yang lainnya anak indie. ©jaeminuman, 2019