05 | bumi pasundan

12.3K 1.9K 354
                                    

HARI itu Selasa. Bu Luna sedang bercerita tentang peristiwa bersejarah ketika seorang laki-laki masuk ke dalam kelas XII IPS 3 dan meminta izin untuk ikut belajar di sana.

"Kamu mau belajar di sini? Ibu sih belum ngajar. Masih awal-awal masuk sekolah gini."

"Ya gimana, bu? Kita diusir." Laki-laki itu memelas.

"Boleh aja." Guru sejarah itu tersenyum, "Kamu sama siapa aja, Alexander?"

Mark-laki-laki itu memanggil seseorang yang berada di depan pintu, "Nald, sini."

"Iya." Jeno masuk ke dalam kelas setelah sebelumnya diajak berbincang oleh petugas kebersihan yang sedang mengepel koridor, "Punten, bu."

"Mangga." Bu Luna tersenyum kecil, "Jadi, kalian diusir sama siapa?"

"Bu... Siapa sih namanya?" Jeno menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Oh! Bu Diamond!"

Guanlin yang merupakan teman kumpul Jeno tertawa keras, "Siapa itu?!"

Mark ikut tertawa, kemudian memukul perut Jeno pelan, "Bu Kristal, bego!"

"Heh! Ngomongnya!" Bu Luna melotot.

Changbin yang termasuk anak deretan belakang memanasi keadaan, "Waduh! Parah! Gak bener itu ngomongnya! Tampar aja, bu!"

Jeno tertawa-tawa saja, tetapi tampan. Itu kata Felix pada Jaemin.

"Dia paling ganteng kalau lagi ketawa."

Jaemin hanya mengiyakan saja karena Felix terkenal suka melihat-lihat pemandangan laki-laki tampan, tetapi maunya yang besar.

"Dia gede ga ya?"

Haechan dan Jaemin tertawa, "Porno banget dah!"

"Gak tahu kenapa gua bisa lihat ukuran orang dari postur badannya." kata Felix serius seolah itu adalah topik yang penting.

"Ya udah. Ramal sendiri."

"Gede." kata Felix sebelum Jeno mengejutkan mereka dengan tiba-tiba duduk di kursi sebelah Jaemin.

"Numpang ya? Gak ada tempat lagi." kata Jeno sambil mendekatkan kepalanya ke arah Jaemin, tetapi matanya tetap memandang Bu Luna di depan kelas.

"Iya deh."

Selama duduk bersama, Jaemin tidak berbicara pada Jeno, bahkan menatap pun tidak. Yang ia tahu sekarang hanyalah Bandung Lautan Api yang sedang diceritakan Bu Luna, bukan Jeno yang sibuk mencoret-coret meja di sebelahnya dengan logo Arctic Monkeys.

"Bandung, Bumi Pasundan yang lahir ketika Tuhan sedang tersenyum. Kayaknya Hizkia juga sama." bisik Jeno di telinga Jaemin dengan jarak yang tidak terlalu dekat karena takut Jaemin marah. Ah, sebenarnya Jeno mengatakan hal itu karena bosan saja. Kebetulan orang yang duduk di sebelahnya cantik sehingga Jeno memilih untuk mengapresiasinya.

"Tapi, gua asli sini, Nald. Asli Tangerang." jawab Jaemin tanpa menatap Jeno.

"Itu perumpamaan."

"Oh."

Jeno tersenyum pasrah. Ia menggerak-gerakkan kursi Haechan yang duduk di depannya, "Rel, minta topik pembicaraan supaya bisa ngobrol sama Hizkia."

"Apa sih, Nald?" Haechan memajukan kursinya, tetapi karena Jeno adalah teman Mark, maka Haechan tetap menjawab, "Coba tanya dia suka apa."

"Kau suka apa, Kia?"

"Kepo."

"Kau makan apa sarapan tadi?" tanya Jeno berdasarkan inisiatifnya sendiri, tanpa bantuan Haechan.

"Roti." jawab Jaemin yang sebenarnya merasa bosan dengan cerita Bu Luna. Jaemin sudah tahu! Ia suka membaca buku-buku sejarah jika sedang tidak ada kerjaan. Jaemin menjawab pertanyaan-pertanyaan Jeno hanya sebatas karena kebosanan yang melandanya.

"Enak?"

"Enak."

"Baiklah. Berarti Hizkia suka roti. Besok dibeliin roti deh."

"Diam, Ronald. Nanti dimarah Bu Luna."

"Diam, Hizkia. Jangan berputar-putar di kepala saya."

Jaemin tersenyum kecil, tetapi jangan beri tahu Jeno ya.

🐦

Bel istirahat berbunyi, Jeno dan Mark bangkit dari kursi dan bersiap keluar kelas bersama teman-teman mereka. Jeno menghampiri Haechan dan berbicara dengan suara pelan sebelum keluar.

"Katanya dia ngomong pakai aku-kamu. Bohong nih Farrel."

"Ih serius." Haechan membuat isyarat dengan tangannya agar Jaemin dan Felix menunggu sebentar, "Kelas sepuluh dia masih aku kamuan."

Jeno tertawa kecil, "Lucu amat kalau dia ngomong pakai aku-kamu. Nanti kita jadi kayak anak SD kalau ngobrol bareng."

"Anak SD apaan badan bongsor begini." Haechan meninju lengan Jeno, "Udah ah. Mau jajan."

"Mau jajan juga." Jeno dan kawan-kawannya mengikuti Haechan, kemudian berpisah. Haechan ke kantin dan sisanya ke warung Teteh Chitta yang terletak di belakang sekolah.

🐦


krystal as ibu maharani kristalguru ekonomi galak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

krystal as ibu maharani kristal
guru ekonomi galak

changbin as andhika yoga dewantaratukang kompor-komporin orang untuk lucu-lucuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

changbin as andhika yoga dewantara
tukang kompor-komporin orang untuk lucu-lucuan

🦄suka memgambil karakter teman untuk menjadi karakter tokoh-tokoh di sini

hizkia | nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang