JAEMIN menatap laptopnya dengan wajah datar. Besok adalah hari pertamanya di kelas dua belas dan hari pertama adiknya di kelas sebelas. Waktu sudah menunjukkan pukul satu malam lebih dua puluh tiga menit, tetapi mata mereka belum terpejam juga.
"Berisik amat." gerutu Chenle sambil menutup telinganya dengan bantal.
"Sejak kapan rumah kita gak berisik?" tanya Jaemin sambil menyesap americano-nya, "Besok udah sekolah aja lagi. Males."
Chenle mengubah posisi tubuhnya dari tengkurap menjadi duduk, "Tapi, ini udah hampir jam dua. Kita harus bangun jam lima dan kita belum tidur sama sekali, kak."
Jaemin menghela nafas, "Gimana ya, Tin? Coba Martin keluar dan bilangin papi mami. Kalau Martin dipukul papi sih, kakak udah gak kaget."
"Setel musik aja deh." Chenle memilih-milih lagu di Spotify dan pilihannya jatuh pada Wherever You Are dari 5 Seconds of Summer.
"5SOS melulu. Nirvana atau Green Day aja."
"Hidup di zaman kapan sih, kak?" tanya Chenle tanpa mengubah lagunya.
Pada akhirnya, Jaemin merebahkan tubuhnya dengan kedua tangan di bawah kepala, mata memandang langit-langit, dan mulut menyenandungkan lagu itu juga.
🐦
"Kia, kita sekelas di kelas XII IPS 3!"
Jaemin hampir saja jatuh ketika tubuhnya ditubruk oleh Haechan, sahabatnya. Bahkan Jaemin baru saja tiba dan belum sempat melihat daftar kelas di papan pengumuman.
"Yes!" kata Jaemin dengan wajah datar. Haechan yang menyadari itu langsung mengubah ekspresinya menjadi khawatir.
"Ada masalah apa lagi?"
"Biasa, Rel." Jaemin melirik sahabatnya sekilas, "Papi gua sama mami gua berantem, teriak-teriak kayak di hutan."
Haechan mengikuti langkah Jaemin yang memisahkan diri dari kerumunan di papan pengumuman, "Berantem kenapa?"
"Gak tahu. Selingkuhannya ketahuan kali. Gua udah gak ngerti." Jaemin tiba-tiba menghentikan langkahnya, "Eh, kelas kita di mana, Rel?"
Haechan tertawa, "Kirain udah tahu. Habisnya lu main jalan aja."
"Hehehe. Lagi kacau kali pikiran gua." Jaemin terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Di pojok dekat tangga. Ayo." Haechan merangkul tangan Jaemin dan mereka berjalan bersama menuju kelas baru sambil berbincang.
Begitu memasuki kelas, Jaemin terkejut karena melihat sahabatnya yang lain duduk di salah satu kursi, "Felix juga di sini?"
"Iya! Senang, kan?"
Jaemin mengangguk sambil tersenyum. Setidaknya jika tak bahagia di rumah, ia masih bisa bahagia di sekolah.
"Ronald Sebastian Yunandar di sini gak?" tanya Jaemin yang membuat Haechan heran.
"Ada apa lu sama dia?"
"Kemarin dia chat gua, minta bawain gesper. Dia dikasih tahu Certo kalau gua punya gesper dua."
Haechan mengangguk-angguk mengerti. Ia melepas tas dan meletakkannya di meja depan Felix, "Dia gak di kelas ini. Suruh dia kemari aja."
"Iya. Gua udah bilang ke dia kalau gua udah sampai. Dia lagi jalan kemari." jelas Jaemin sambil mengetik sesuatu di ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
hizkia | nomin
Fanfictiontw // harsh words, sexual harassment ーʏᴀɴɢ satu depresi dan yang lainnya anak indie. ©jaeminuman, 2019