15 | sutet

7.2K 1.3K 252
                                    

"KAU kenapa?"

Jaemin menggeleng di punggung Jeno.

"Orang-orang pada sedih loh kalau lihat kau nangis."

"Kok gitu?" tanya Jaemin.

"Hizkia kan banyak penggemarnya jadi kalau nangis ya banyak yang sedih juga."

"Ronald juga sedih?"

"Memang saya penggemarmu?"

"Iya." jawab Jaemin yang mulai tidak menangis.

"Saya itu calon pacarmu." kata Jeno, "Amin."

Jaemin tersenyum dengan pipi yang masih berada di atas punggung Jeno.

"Mau makan dulu?" tanya Jeno.

"Gak usah kan lu lagi main sama temen lu."

"Mau makan dulu ya." Jeno mengubah pertanyaannya menjadi pernyataan.

"Iya." jawab Jaemin pada akhirnya.

"Ke Serpong ya."

"Jauh. Mahal lagi. Gua gak bawa uang banyak."

"Semahal-mahalnya makanan di suatu kawasan, pasti ada warung tenda juga, Kia." Jeno menolehkan kepalanya sedikit ke belakang, "Kau mau?"

"Mauuuuuu." Jaemin mengangkat wajahnya dari punggung Jeno, "Ronald sering main ke Serpong emang?"

"Iya." jawab Jeno, "Balap."

"Oh." Jaemin tidak bertanya lebih lanjut. Beberapa menit kemudian mereka telah tiba di jejeran warung tenda di bundaran belakang Summarecon Mall Serpong. Mereka turun dari motor dan berjalan beriringan.

"Ini namanya Sutet."

"Siapa?" tanya Jaemin.

"Tempatnya dong."

"Sutet bukannya gardu listrik?"

"Iya kan di tengah-tengah bundarannya ada gardu listrik."

Jaemin mengangguk-angguk.

"Kalau ini namanya Abah Tanu." Jeno menunjuk seorang laki-laki bertubuh agak pendek yang sedang berjualan.

"Eh, Ronald." jawab Taeil ramah. Ia juga tersenyum pada Jaemin yang balas tersenyum, "Atuh tumben bawa yang manis. Biasanya bawanya yang garang-garang."

"Yang manis kan belom tentu gak garang, bah."

Taeil terkekeh dan Jaemin memukul kecil bahu Jeno.

"Kau mau ayam penyet?" tanya Jeno pada Jaemin.

"Mau mau."

"Dua ya, bah. Sebelum abah shalat maghrib."

"Siap!" Taeil mengacungkan ibu jarinya, "Kalau mau minum teh ada di meja ya. Tinggal tuang aja ke gelas. Kerupuk juga ada."

"Iya, bah. Doain semoga dagangan abah gak hilang habis abah shalat."

"Kau mau curi?" Taeil tertawa.

"Bukan. Hizkia nanti yang curi." Jeno menatap Jaemin yang duduk di sebelahnya.

"Heh!" Jaemin memukul paha Jeno dengan tangan kanannya.

"Pencuri ini. Hati saya pun dicurinya."

"Bohong, bah!" jawab Jaemin cepat.

"Halah! Nikah saja langsung, lah!" kata Taeil ketika menyajikan makanan untuk dua orang itu, "Abah shalat dulu."

"Sekalian doain saya, bah." kata Jeno.

"Siap!"

"Ronald, kok abah Tanu dipanggilnya abah?" tanya Jaemin penasaran setelah Taeil hilang dari pandangan.

"Karena dia laki-laki. Kalau perempuan gak mungkin dipanggil abah."

Jaemin tertawa kecil, "Terus kalau perempuan?"

"Kalau perempuan juga dia kalah cantik denganmu."

"Ih! Ronald!"

"Ih! Kia!" kata Jeno ikut-ikutan.

"Ronald sering ke abah?"

"Iya. Abis capek motoran sama teman-teman ya ke sini, murah."

"Terus tempat tongkrongan lu di mana lagi?" tanya Jaemin.

"Warung teteh, gule tikungan, sama Kulo di perumahan Banjar."

"Sambil rokok?"

"Iya. Kalau di Kulo tidak. Ada AC soalnya."

Jaemin diam. Sedikit kecewa karena ternyata Jeno merokok juga. Untuk memecah keheningan, Jeno membuka suaranya, "Abah Tanu dipanggil abah karena sudah kita anggap ayah, disegani juga sama seluruh orang Serpong, eh, apa seluruh orang Indonesia ya?"

"Mau bohong pakai dipikir dulu ya?!" Jaemin tertawa.

"Iya dong. Kalau gak dipikir nanti gak ada yang percaya."

"Gua percaya."

"Kalau saya bilang abah Tanu mau nikah sama saya, percaya?"

"Gak percaya!"

"Kalau saya bilang saya mau nikah sama kamu?"

"Percaya!"

"Yah, gak seru kalau cuma percaya." Jeno pura-pura kecewa.

"Percaya terus mau juga!" Jaemin tertawa saja.

Dan Jeno tertawa, kemudian mengambil tisu dan membentuknya menjadi lingkaran, "Ini cincin."

"Kata siapa?"

"Kau percaya sama saya kan katanya?"

"Iya! Ini cincin!" Jaemin tertawa dan memasang tisu yang diserahkan Jeno di jari manisnya.

"Saya juga pakai." Jeno membentuk satu tisu lagi untuk dirinya sendiri, "Sekarang Ronald sama Hizkia sedang berpura-pura menikah."

Dan Jaemin tersenyum sambil menautkan jemarinya dengan Jeno, berharap suatu saat nanti yang pura-pura akan menjadi kenyataan.

"Halah! Pacaran aja belum kok!" Jeno terkekeh.

"Lunya yang dari tadi ngawur!" Jaemin juga terkekeh, kemudian mengambil ponselnya dari saku ketika ada panggilan masuk, "Oh iya! Kia sampai lupa kasih tau mami!"

🐦

taeil as abah tanutukang ayam penyet keren langganan ronald dkk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

taeil as abah tanu
tukang ayam penyet keren langganan ronald dkk

🦄

hizkia | nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang