32 | mamiheezy

4K 820 89
                                    

Author's note :
✏️ Di mulmed ada home tour Ronald silakan dicek jika ingin.
✏️ Bukan sponsor or something like that. Video-video DS Interior keren, jadi saya pinjam. Yang suka desain interior bisa subscribe channelnya.
✏️ Mau lihat di YouTubenya langsung? Keywordnya "split level 8x18 DS Interior".
✏️ Yang mager bisa lihat dari menit 4.21.
✏️ The detail : kamar 1 kamar tamu, kamar 2 kamar Rachel, kamar 3 kamar orangtua Ronald, kamar 4 kamar Ronald, dan kamar 5 kamar Revano.
✏️ Saya mager sebenernya ngetik author's note sepanjang ini, tapi demi agar kalian tidak bingung membayangkan rumah si Ronald dan demi mengapresiasi karya DS Interior yang super keren, it's okay.

✏️ Saya mager sebenernya ngetik author's note sepanjang ini, tapi demi agar kalian tidak bingung membayangkan rumah si Ronald dan demi mengapresiasi karya DS Interior yang super keren, it's okay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BRAK

Jinsoul yang sedang membaca buku Max Havelaar karya Multatuli di lantai paling atas rumah bangkit dari duduknya untuk melihat apa yang sedang terjadi di bawah.

"Woy! Ini rumah bukan hutan! Jangan berisik!"

Karena tidak mendapatkan jawaban, Jinsoul turun dan beberapa detik kemudian ia sudah berhadapan dengan Jeno yang berwajah basah. Bukan karena menangis, tetapi karena baru saja membasuh wajah.

"Kenapa?"

"Biasa. Nyokap pilih kasih."

"Gimana?"

"Gua pulang malem gua dimarahin, Vano pulang malem gua juga yang dimarahin. Katanya ngajarin aneh-aneh." Jeno mengambil handuk dan mengelap wajahnya.

"Ya makanya lu jangan aneh-aneh dong, Nal."

"Aneh apanya sih?" Ekspresi Jeno berubah kesal. Jinsoul langsung meninju bahunya.

"Lu boleh pulang malem. Asal tau batas. Jangan setiap hari. Ngapain aja sih lu?"

"Main."

"Main tiap hari lu kayak anak kecil."

"Mending daripada ngewe kayak kata mama."

"Hah? Dia ngomong gitu?" Jinsoul menahan tawa.

"Iya, anjir." Jeno terkekeh, "Dia takut gua ngehamilin anak orang."

"Itu namanya mama peduli sama lu. Tau gak?"

Jeno tersenyum miring. Ia mengabaikan ucapan kakaknya, "Tadi si mama bilang gua mirip papa. Ya emang bener sih."

"Terus?"

"Tapi gua gak terima. Si mama mah gak suka sama papa berarti kalo gua dibilang mirip papa konteksnya buruk dong? Beda kalo dia suka."

"Ya karena lu bikin dia kesel. Gua bukannya ngebela mama, tapi ya realistis aja. Gak mau gua jadi muka dua."

"Iya gapapa. Sans." Jeno hendak memasuki kamarnya yang satu lantai dengan kamar mandi, tetapi Jinsoul menahannya.

hizkia | nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang