55.Rujukan

1.3K 36 2
                                    

***

"Sejak kapan ra,,,
Dion tercekat. Bahkan ia tidak bisa berkata apa-apa lagi saking terkejutnya

Dion pergi dengan mata yang memerah, tangannya mengepal. Ia sangat marah entah pada dirinya atau pada orang tuanya.

"PAAAH!!

"MAAH!!

Erik dan devi yang mendengar teriakan dari dion langsung bergegas menemui anak sulungnya itu

"Ada apa lagi sih dioon?! Adik kamu lagi? Iyaa?

"Sudahlah dion. Adik mu saja tidak ingat kamu.
Kini erik yang berbicara

"Kenapa kalian ga ngasih tau dion kalo rara kena kanker?!" Ucap dion dengan penuh penekanan

Prangg
Gelas kopi yang erik genggam kini terjatuh. Tangannya seakan tidak mempunyai tenaga hanya untuk mengangkat benda tersebut

"KENAPA PA?! JAWAAB!

"Dion ga nyangka. Seenggaknya kalo kalian ga mau rawat rara, yaudah biar dion aja yang rawat rara. Dion ter engah², ia mengatur nafasnya yang tidak beraturan. "Dion bahkan ga nyangka, kenapa tuhan bisa nyiptain manusia se-kejam kalian lanjutnya

"DION!!!

PLAKK
Devi menampar pipi dion untuk yang pertama kalinya

"Kenapa? Dion benarkan

Setelah mengucapkan kalimat itu dion bergegas pergi dari rumah itu.

"Papah bahkan ga tau kalo adikmu itu terkena penyakit itu dion" ucap erik lirih

Erik hanya bisa diam mematung. Bukannya itu yang dia inginkan dulu
'kenapa tidak mati saja kamu rara!, Mati kamu rara, mati, dan mati' bukannya itu yang selalu keluar dari mulut erik dulu

Lalu mengapa Sekarang seolah ia terpukul dengan kabar itu?

***

Ruang inap rara kini ricuh kembali, kabarnya rara sudah siuman. Dan kalian tau lah jika mereka sudah berkumpul kembali akan menjadi seperti apa

"Lo sih sadarnya lama. Kan gw kangeen

"Jangan gitu² lagi ra, gw ga suka

"Iya ra, kita khawatir sama lo..

"Iya iya maaf preeeen hanya jawaban singkat itu yang rara ucapan

"Oh iya,, berarti besok kita udah bisa bawa rara ke Jakarta doong

"Iya bener. Kan rara udah sadar.. yuhuuuuuuu Jakarta im comiiiing

Plakk
Santi memukul pelan mulut raena

"Berisik bego, ini rumah sakit bukan pasar

"Ya mangap, kan gw replay

"Refleks PINTERRR Refleks. Bukan replay ucap putri menekankan kata PINTAR.

Raena memang terlalu pintar ya kawan-kawan..

Surat rujukan sudah di proses oleh dokter yang menangani rara selama di rawat di Surabaya

Hanya memakan waktu 2 jam rara sampai di Jakarta, rara tetap berada di brankar, ia di pindahkan langsung ke dalam IGD

***

Lagi-lagi dion berada di tempat yang penuh dengan bau minum-minuman. Sekarang hanya ada viona yang menemani dion

"Aku jahat banget ya vi, aku gagal jadi abang vi

"Ngga kamu ngga gagal jadi abang dioon ucap viona lembut seraya mengelus² punggung dion untuk menenangkan

"Ngga vi.. aku gagal. Bahkan sekarang aku ga tau dimana rara sekarang dion menatap minuman yang ia genggam, entah sejak kapan buliran benih dari matanya turun

"Kita sama-sama cari rara oke, kamu jangan gini terus, pasti kalo rara tau dia bakal sedih dion

Mungkinkah rara akan bersedih? Sedangkan apa yang dion perbuat dulu pada rara sangat kasar bahkan ia mencaci maki adiknya itu tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi

***

"Rara.. kamu jangan memikirkan apa-apa dulu, tenangkan pikiran kamu

"Iya dokter

"Jangan iya iya aja ra, gw tau lo itu keras kepala kalo di bilangin

"Liat ra, banyak yang sayang kamu disini. Seenggaknya kami bertahan untuk mereka

"Iya rara pengen sembuh.. imbuh rara dengan penuh keyakinan

























Vote

Dear ABANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang