Setelah satu minggu, akhirnya Dilla menemukan jawabannya. Tapi ia ingin menyampaikannya langsung pada yang mengkhitbah.
Karena menurut Dilla , ini lebih efektif . Tapi tentunya tak berbicara secara langsung dengan Gus Nauzan melainkan Dilla akan menulis surat dan mengirimkannya kepada Gus Nauzan.Dilla menghubungi Mas Firman untuk meminta alamat Kyai Husein, walaupun sebenarnya Mas Firman sendiri tidak tau tentang khitbah sang Gus.
Setelah mendapatkan alamat Kyai Husein, lalu Dilla menghubungi Pak Budi untuk memberitahu beliau bahwa Dilla akan langsung memberi jawaban kepada Gus Nauzan melalui surat yang akan ia kirim ke kediamannya. Dan Pak Budi pun menyetujui ide Dilla itu.
Sebelum tidur Dilla menulis surat itu yang rencananya akan ia kirim besok sebelum ia pergi ke kampus.
Dan akhirnya selesai juga surat itu, sembari memandangi surat itu Dilla bergumam pelan "semoga ini yang terbaik, YahAllah". Lalu ia melemaskan otot-ototnya sekarang waktunya ia tidur .
-------------
Gus Naudzan yang saat ini sedang berada di kampus tempat ia mengajar, dengan keadaan yang cukup risih. Bagaimana tidak, ada banyak sekali mahasiswi-mahasiswi yang secara terang-terangan mengungkapkan kekaguman mereka.
Tidak , tidak jangan salah paham bukan berarti perempuan tidak boleh mengkhitbah laki-laki tetapi caranya harus sesuai dengan syariat islam, bukan seperti mereka yang cari perhatian ndak jelas fikir Gus Nauzan.
Ada rasa ingin segera menjadikan Dilla perempuan yang halal baginya agar ia merasa lebih tenang tapi sampai sekarang , hampir 2 minggu Dilla tak kunjung memberinya jawaban.
Tapi Gus Nauzan tidak ingin berburuk sangka pada gadis pujaan hatinya itu. Ia tetap berfikir positif bahwa akan ada jawaban yang indah setelah penantiannya .
Setelah jadwal mengajar dikampusnya selesai, ia berniat segera pergi ke toko percetakan yang baru ia rintis untuk sekedar mengecek buku-buku saja. Tapi saat ia baru masuk parkiran tiba-tiba seorang perempuan memanggil-manggil namanya. Dan akhirnya ia menghentikan langkah kakinya
"Assalamualaikum, Pak boleh saya bicara dengan Bapak? " tanya perempuan itu.
"Wa'alaikumsalam, wr wb. Maaf , tapi sepertinya tidak dengan hari ini. Sekarang sudah terlalu sepih disini, saya tidak ingin ada fitnah apapun dengan anda. Permisi, assalamualaikum" Pamitnya lalu melenggang melangkahkan kakinya pergi.
"Wa'alaikumsalam,, kenapa sulit sekali membuat dia membuka hati untukku " gumam gadis itu pelan. Gadis itu bernama safna ia seorang mahasiswi semester 4 . Katanya sih anak kepala desa di kampungnya.
Gus Nauzan saat ini berada di percetakan miliknya dan masih disibukan dengan berbagai buku-buku yang siap dikirim ke berbagai toko buku yang ada di Indonesia. Sebagai seorang pemilik ia tak semerta-merta menyerahkan semua tugas itu kepada para pegawainya. Tapi Nauzan juga ikut andil untuk mengecek semuanya hingga buku-buku itu diterimah ditempatnya masing-masing.
Setelah melaksanakan sholat isya di masjid dekat dengan kantor percetakannya. Nauzan kembali ke mobil dan langsung pulang ke rumah. Ia heran ada surat dimeja kerjanya eh tapi tunggu dulu, kode posnya dari luar negeri . Ah nanti sajalah baca suratnya, sekarang waktunya ia membersihkan diri dulu. Gumamnya dalam hati.
Selesai membersihkan diri, Nauzan duduk dipinggir kasurnya bersandar pada kepala ranjang. Lalu ia membuka surat yang tadi. "Bissmillah " gumamnya pelan.
"Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh,,
Pertama-tama perkenalkan nama saya Dilla Hanesta.Sebelumnya saya meminta maaf karena membuat Gus Nauzan menunggu lama atas jawaban dari saya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Cinta , Waktu & Allah ( Penantian Cinta )
Spiritual( Spiritual - Romance ) "Kalau ntar Dilla ndak bisa kasih anak gimana? " ucapnya sembari terisak pilu. "Bagaimana kalau sebaliknya? Bagaimana kalau Mas yang ndak bisa? " balas Gus Nauzan yang membuat Dilla diam dan semakin menunduk . "Denger mas ya...