Assalamualaikum, apakabar semuanya? Semoga sehat selalu yah 😊.
Disini sudah mulai masuk musim semi, biasanya perubahan cuaca itu rawan penyakit. Di Indonesia lagi masuk musim panas kah? Anyway, jaga kesehatan, karena sehat itu penting!!!!!!.
Selamat Membaca! 😊
Hari ini Dilla menemani Gus Nauzan berdakwah, sebenarnya dia tidak mau ikut. Tapi dengan berbagai cara Gus Nauzan membujuk Dilla, akhirnya Dilla mau ikut.
Sejak sehabis subuh tadi, Dilla dan Gus Nauzan berangkat ke Semarang untuk menghadiri undangan dakwah dari salah satu masjid disana.
Sesampainya di Semarang Gus Nauzan dan Dilla menyempatkan diri untuk sarapan nasi pindang , khas Semarang.
Setelah itu , mereka langsung ke hotel untuk menaruh barang bawaannya. Karena rencananya , mereka akan tinggal disana 2 hari.
Tak lama mereka pergi ke lokasi karena acaranya dilaksanakan pukul 10 pagi. Gus Nauzan dan Dilla duduk terpisah sesuai dengan tempatnya masing-masing.
Acara berjalan dengan sangat baik, banyak pula yang bertanya pada Gus Nauzan, Dilla selalu bangga melihat jihadnya sang suami. Gus Nauzan berjihad dengan menyebarkan ilmu agama Allah, yang In Sha Allah bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.
Saat keluar dari Masjid, tetap saja Dilla atau Gus Nauzan tidak dapat mengontrol mulut orang lain untuk tidak berbicara yang kiranya akan menyakiti orang lain.
Tapi bisikan-bisikan itu hanya Ghaib bagi Dilla, walaupun dulu sering membuat sakit hati. Seperti kata pepatah, manusia akan bisa karena terbiasa. Nah, itu terjadi bagi Dilla, dulu ia sakit hati mendengar kata-kata menyakitkan dari orang-orang itu . Tapi sekarang, lebih memilih yah sudah lah. Dilla tidak bisa menutup mulut orang satu persatu , lebih baik tutup telinga saja.
Namun Dilla juga hanya manusia biasa, kalau ada orang secara terang-terangan menginginkan suaminya, ia pasti terluka. Seolah Dilla bukan istrinya, padahal Gus Nauzan terus menolak tapi tanpa ada malu, mereka semakin berani menggodanya.
"Gus, Gus Nauzan" panggil seseorang pada Gus Nauzan membuat Gus Nauzan dan Dilla menghentikan langkahnya.
"Gus , mohon maaf kalau saya bertanya ini pada sampean. Tapi apa sampean ndak minat untuk menikah lagi? Kan sampean masih punya kuota untuk itu, Gus. Saya punya anak perempuan, in sha Allah , pantas jika bersanding dengan sampean, Gus. "
Gus Nauzan mengeratkan pegangannya pada tangan Dilla, seolah ingin memberitahu Dilla, bahwa itu tidak akan terjadi.
"Maturnuwun , pak. Tapi saya ndak berminat untuk itu. Semoga anak bapak mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik dari saya. Saya dan istri permisi yah pak, Assalamualaikum. "
Gus Nauzan langsung pergi meninggalkan bapak tadi sembari tetap memegang tangan Dilla dengan erat.
Akhir sampai di mobil, namun Gus Nauzan menatap Dilla dengan penuh cinta tapi juga tersimpan kekhawatiran.
"Sayang, dengerin mas yah. Pokoknya kamu ndak boleh dengerin omongan mereka yang ndak ngenakin kamu. Tutup telinga aja, oke? "
"Iyah mas. Udah biasa juga kan, sudahlah nasib punya suami tampan, mapan dan punya agama yang in sha Allah baik, siapa yang ndak mau. Ya kan? Orang tua ku juga pasti bangga aku nikah sama orang kaya kamu."
"Tuh kan, kalo aku mencair disini gimana? "
"Ihh apaan sih. "
"Hahahaha , look!It's only you! Dan selalu kamu , ndak ada orang lain!" ujarnya sembari menangkup wajah Dilla, "Gemes banget sih istri aku. "
"Ihh ayo jalan! " Dilla membalas Gus Nauzan dengan mencubit perut suaminya itu.
"Awh, sakit yang. "
"Biarin aja, siapa suruh ngegombal siang-siang. "
"Berarti kalo malem boleh gitu? "Ujar Gus Nauzan sembari mengedipkan sebelah matanya.
"Ihhh ayo jalan mas." ujar Dilla menutupi rasa malunya.
"Sabar dong, Jangan buru-buru. Gak sabaran bgt sih tak cium nih. "
"Oh gitu, oke pesen kamar bedah nanti malem! "
"Eh eh apa-apaan, enak aja! Ndak bisa itu."
"Ya udah ayok jalan. Laper nih jajan di Semarang apa yang enak? "
"Banyak, sayang. Kamu boleh makan apa aja yang kamu suka."
"Nanti aku gemuk, kamu ndak suka lagi sama aku."
"Cintaku tak memandang bentuk tubuh mu, selama hanya aku yang melihat itu sudah lebih dari cukup. Buktinya aku ndak tau wajah kamu aja tetep mau nikahin kamu kan? "
Dilla tersenyum dan menyandarkan kepalanya ke lengan kiri suaminya.
"Gemes banget sih istri aku ini" gumam Gus Nauzan yang jelas masih bisa di dengar oleh Dilla, namun ia abaikan. Sebab takkan habis meladeni suaminya itu.
Dilla dan Gus Nauzan makan banyak sekali makanan khas Semarang. Mulai dari Tahu Gimbal, Lumpia dan Wingko babat . Tapi hanya pesan seporsi-seporsi saja, karena mereka lebih suka makan barengan.
"Udah kenyang belum? " tanya Gus Nauzan pada Dilla.
"Udah, makasih yah Mas. "
"Ke hotel yah, istirahat. "
"Oke, aku juga capek banget hahaha. "
"Baiklah Nyonya. "
Sesampainya di Hotel, mereka langsung beristirahat, meluruskan kaki.
Dilla lebih dulu bangun, namun tetap pada posisinya. Menatap wajah tampan suaminya, meyakinkan diri sendiri bahwa lelaki dihadapannya itu hanya miliknya seorang.
"Mas tau, kalo mas nih ganteng banget."
Dilla kaget dan langsung merubah posisinya membelakangi suaminya. Hal itu membuat Gus Nauzan terkekeh gemas. Ia pun langsung memeluk istrinya dari belakang. Mencium belakang leher istrinya , dan membisikkan sesuatu padanya.
"Mandi bareng yuk, bentar lagi ashar."
"Ihhh modus! "
Gus Nauzan terkekeh mendengar ucapan Dilla ,"Sama istri sendiri, modus juga dapet pahala. "
"Ihh sana sana, aku mandi duluan."
"Bareng ayok! Janji ndak ngapa-ngapain. Beneran! ".
"Bohong! Udah sering gitu. "
"Hahahaha, ayok bareng mandinya." Gus Nauzan langsung menggendong Dilla ala brida style.
Selesai mandi pun Dilla masih kesal dengan suaminya , rencana mandi yang hanya sebentar menjadi lebih banyak memakan waktu. Kalau tak ingat waktu ashar sudah dekat, mungkin akan memakan waktu lebih lama lagi. Dasar lelaki modus! Pikirnya.
"Jangan cemberut aja buk, nanti bebek kalah sama kamu. Liat tuh bibirnya dah mirib bebek." ujar Gus Nauzan menggoda Dilla yang masih cemberut.
"Ihh biarin, orang kok modus terus!"
"Ahahahah, apaan sih. Orang enggak juga."
"Ihh ndak sadar diri, kalau mahasiswa-mahasiswi atau murid-murid mu di pesantren tau Gusnya ini tukang modus, diledekin kamu. "
"Lah justru mereka ndak boleh tau, kalau mereka tau terus mau aku modusin juga, kamu dalam bahaya. Hahahaha"
"Ohhh begitu? "
"Apa sih, sini ngaji dulu sambil menunggu magrib." ujar Gus Nauzan sembari terkekeh geli.
--
Setelah sholat maghrib dan isha, Gus Nauzan dan Dilla pergi untuk makan malam. Mereka memilih mie ayam baso sebagai menu makan malamnya. Saat sedang menunggu pesanannya, tiba-tiba Gus Nauzan di sapa seseorang.
"Assalamualaikum, Gus. "
Terimakasih sudah membaca, semoga suka yah 😊. Janga lupa vote and coment. Jaga kesehatan and See you ❤️
Rabu, 23 Maret 2022

KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Cinta , Waktu & Allah ( Penantian Cinta )
Spiritual( Spiritual - Romance ) "Kalau ntar Dilla ndak bisa kasih anak gimana? " ucapnya sembari terisak pilu. "Bagaimana kalau sebaliknya? Bagaimana kalau Mas yang ndak bisa? " balas Gus Nauzan yang membuat Dilla diam dan semakin menunduk . "Denger mas ya...