11. Mengikhlaskan

2.2K 164 8
                                    

     

Hellowwww, apakabar hari ini? Semoga sehat dan selalu dalam lindungan Tuhan 😊.

Selamat membaca, semoga suka ✌️.

-------

  Dunia terus berputar meninggalkan segala luka dengan alasannya, dan setiap insan yang terluka harus bangkit menyembuhkan lukanya sendiri.

Begitupun dengan Nauzan, dia masih berusaha untuk ikhkas dengan apapun yang terjadi dalam hidupnya. Ia percaya Allah tidak akan menguji Hamba-NYA melebihi kemampuannya.

Hal inipun ia jadikan alasan untuk kembali memperbaiki diri, sebab tidak ada yang tau kapan manusia kembali pada Sang Penciptanya. Lagi pula tidak ada yang pasti di dunia ini kecuali kematian dan janji-janji Allah.

Maka dari itu setidaknya manusia mempersiapkan diri sesuai ajaran agama yang di ridhoi Allah , agar saat Allah memanggil kita untuk kembali sedikitnya kita punya bekal walau hanya seujung kuku. Kalau bisa semakin banyak persiapan kita maka itu akan lebih baik. Sisanya biar pengadilan Allah yang menilai.

Nauzan kembali disibukan dengan mengajar dan usahanya, itu sedikit membantunya untuk tidak memikirkan segala takdir yang pahit, justru ia bersyukur ternyata Allah masih memberikan dia rezeki salah satunya rezeki umur ,nafas dan juga kesehatan.

******

Sedangkan di formosa Dilla hampir menyelesaikan masa kerjanya bersama dengan pabrik tempat ia mencari rezeki. Kurang dari 2bulan lagi ia akan kembali ke tanah air dan hidup bersama ibunya , menjalani kehidupan baru.

Yah, Dilla sudah menyelesaikan pendidikannya 3bulan setengah yang lalu tapi kontrak belum selesai jadi dia berniat menyelesaikan kontrak lalu kembali ke Indonesia. Bagaimanapun itu tanggung jawab yang harus ia selesaikan terlebih lagi Dilla sangat berterima kasih pada Bos nya, Wang Zhao Xuan dan keluarganya yang sudah sangat baik dengan Dilla. Tidak semua pekerja migran dapat melanjutkan pendidikannya di university karena terganjal izin sang boss atau perusahaan tempat mereka bekerja .

Hari libur telah tiba, Dilla akan bertemu dengan teman-teman satu kampungnya. Namun tetap berangkat dengan Mbak Ningsih hanya saja tujuan mereka berbeda.

Setelah sampai di Taipei Main Station Aula, mereka berdua bertemu dengan Mas Firman yang sudah menunggu pastinya . Tapi sembari menunggu teman-teman Dilla mereka sempat mengobrol sebentar.

"Nok, kamu tau ndak kalo calon istrinya Gus Nauzan meninggal dunia "Ungkap Mas Firman

"Innalillahi wainailaihi roji'un,, " ucap Dilla kaget " kenapa, mas?  Lanjutnya.

"Sakit jantung katanya, tapi kurang tau juga ".

"Astagfirullahaladzim,," Dilla diam sejenak fikirannya hanyut dalam duka tapi kemudian melanjutkan ucapanya itu "semoga beliau husnul khotimah. Aamiin" Ucap Dilla juga di aamiinkan oleh Mbak Ning dan Mas Firman.

Dilla terus memikirkan kabar buruk dari sebrang, Gus Nauzan pasti terpukul sekali atas kejadian itu. Tapi Ah sudahlah itu bukan urusan Dilla, yang penting kita sama-sama mendoakannya agar mendapatkan surga Allah dan yang di tinggalkan dapat mengikhlaskan kepergiannya.

Sebulan berlalu sekarang saatnya Dilla dan Mbak Ningsih mempersiapkan diri untuk kembali ke Indonesia, sedangkan Mas Firman masih terikat kontrak sampai 4bulan mendatang. Sambil packing barang-barang yang akan di kargo mereka berdua bercanda gurau sembari mengingat momen-momen saat mereka pertama kali bertemu. Dilla dan Mbak Ning termasuk beruntung karena satu dorm dengan sesama orang Indonesia , itu lebih memudahkan. Dibandingkan harus satu dorm dengan orang dari negara lain karena pasti akan ada banyak sekali perbedaan dan itu tidak terlalu baik.

"Inget yah nok nanti kasih Mbak Ning undangan kalo nikah" kata mbak seraya menggoda Dilla.

"Do'ain dapet jodoh dulu dong, lagipula aku kan masih mudah belum genap dua puluh tujuh tahun, wlekkkk" Jawab Dilla tak kalah nyeleneh.

"Pasti dong, Mbak Ning selalu do'ain kamu. Pokoknya kita ndak boleh lost contact kalo udah di Indonesia walaupun nanti kita jarang ketemu tapi kalo bisa setahun sekali minimal kita harus ketemu, oke!" Ucap Mbak Ning sembari memeluk Dilla yang lagi memasukkan barang-barangnya ke kardus kargo.

"In sha Allah, mbak. Kita saling mendoakan dari jauh yah "

"Eh kok jadi sedih-sedihan sih, huhuhu" ujar Mbak Ning sambil menangis.

"Apaan dah, bikin melow aja nih mbak-mbak satu ini" Jawab Dilla seraya melepaskan pelukan Mbak Ning sontak membuat mereka berdua tertawa tidak jelas.

"Mbak Ning jadi mampir ke rumah ku dulu kan sebelum pulang ke Kudus "  Tanya Dilla untuk meyakinkan niat Mbak Ning.

"Iyah jadi dong, nanti kalo keadaan kamu sudah beres kamu harus ke Kudus sama emak yah " Ujar Mbak Ning.

"Siap Bos" Jawab Dilla sembari seolah memberi hormat.

---------

"Mas, ojo ngelamun " Sapa Naufal sembari menepuk pundak sang kakak

"Astagfirullahaladzim, koe iki ngageti mas mu ini loh" Ucap Nauzan seperti ngedumel.

"Yoh sampean nglamun wae. Mben Kesambet tak delok wae, ra bakal tak tolongin (Yah kamu ngelamun aja, biar kesambet tak liatin aja, ga bakal tak tolong) " Ancam sang adik

"Musyrik koe iki fal" Ejek sang kakak tak mau kalah.

"Mikiri opo toh, Mas?. Sering banget Ngelamun " Tanya Naufal sembari menyenggol lengan kakaknya itu

"Ra mikiri opo-opo " Jawabnya singkat

"Eleh karo aku wani bohong, aku loh tau mas mas " Ucap Naufal sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kalo udah tau yoh ra usah takon, sekolah jauh-jauh ndak pinter-pinter " Ejek Nauzan pada adiknya

"Ejek adike dosa loh mas " Ancam Naufal

"Gak dosa kalo adike model koe" Jawab Nauzan sembari terkekeh melihat ekspresi adiknya

"Dihh , astagfirullahaladzim . Mben Durhaka karo aku " Jawab Naufal dengan nada kesal.

"Koe sopone aku, loh kok aku durhaka. Anakmu? Lah bukan toh?. Wlekkkk" Jawaban Nauzan yang semakin membuat Naufal kesal

"Pantes wae di tolak Mbak Dilla , ndak cocok karo koe mas. Bisa mati stress ngadepi Bojo koyo Mas Nauzan" Ejek Naufal yang membuat Nauzan diam dari kekehannya.

"Ndak usah sok tau " Ucap Nauzan seraya menjewer telinga adiknya dan lari masuk kamar.

"Awas yah tak bales nanti, liat aja" Ancam Naufal sembari memegangi telinganya yang sakit.

"Ada apa toh teriak-teriak Fal? " tanya Ummi yang baru keluar kamar dan melihat putra bungsunya itu misuh-misuh.

"Dijewer Mas Nauzan ummi" Jawabnya mengadu seperti bocah kecil.

"Astagfirullahaladzim, wis podo gedene masih gelut wae. Udah sana tidurlah wis bengi " Ucap Ummi sambil mengelus atas dadahnya .

"Iyah ummi, assalamualaikum " Salam Naufal sembari mencium punggung tangan Wanita pemilik surganya itu.

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh " Jawab Ummi.

--------



" Untuk nama yang tertulis di lauhul mahfudz, bagaimana kabarmu disana?. Aku merindukanmu!, Semoga Allah menjaga mu dalam ketaatan menyembah Allah dan Agama yang Allah Ridhoi. Dan semoga kita bisa dipertemukan dalam keadaan yang sama-sama siap" Itu Adalah Selipan Doa Gus Nauzan di sepertiga malamnya di setiap saat ketika ia berserah diri pada Sang Pencipta.




Thankyou for reading , see you☺️


Rabu, 16 Februari 2022


Tentang Cinta , Waktu & Allah ( Penantian Cinta )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang