Hari minggu telah tiba, hari ini Dilla berniat bertemu dengan teman-temannya di Aula Taipei Main Station. Sebelum itu ia menunggu Mbak Ningsih selesai berdandan, kebetulan Dilla dan Mbak Ningsih satu dorm karena memang kerja di satu pabrik. Oh yah, Mbak Ningsih ini istri dari Mas Firman. Hanya saja mereka bekerja dipabrik dan kota yang berbedah jadi hanya bertemu saat weekend.
Sesampainya di Aula, Mbak Ningsih dan Dilla bertemu dengan Mas Firman dan sembari menunggu teman-teman lainya ,
"Nok Ila, Mas Firman ole nakon opo ndak? (Aku boleh tanya gak)" Mas Firman membuka obrolan dengan hati-hati
*( Nok adalah panggilan untuk anak perempuan dari Cirebon yang artinya sama seperti neng atau nduk dan kebetulan Mas Firman dan Mbak Ningsih adalah orang yang paling dikenal oleh orangtua Dilla bahkan sebelum ayahnya meninggal dunia, jadi Mbak Ningsih dan Mas Firman ikut memanggil Nok Ila sama seperti kedua orangtua Dilla)
"Boleh, mas. Opo toh tumben segala izin " Jawab Dilla seraya tertawa pelan
"Punten yoh, tapi koe ojo tersinggung loh" Ujar Mas Firman
"Eleh gayaan, biasanya yoh ngomong wae toh" Ejek Dilla padahal ia heran kenapa mas Firman pake izin segala biasanya tidak seperti itu.
"Kenapa kamu nolak Gus Nauzan ?" Pertanyaan Mas Firman yang sontak membuat Dilla kaget dan bingung, darimana dia tau kalo Dilla menolak anak dari Kyainya itu.
"Darimana Mas Firman tau " Tanya Dilla mengabaikan pertanyaan Mas Firman tadi.
"Gus Nauzan telepon karo aku, koe nolak lamarane. Ngono"(Gus Nauzan tlpn saya, kamu nolak lamarannya. Gitu). Jelas Mas Firman
"Iyo mas,,, " Jawab Dilla singkat
Sedangkan Mbak Ningsih semakin di buat kaget, berani sekali teman sekamar yang sudah di anggap adiknya ini menolak lamaran seorang Gus, anak Kyai besar yang dihormati dikampung halamannya.
"Kok kamu gak cerita, nok? " Tanya Mbak Ningsih menuntut penjelasan.
"Ndak penting Mbak " Jawab Dilla singkat
"Boleh tau kenapa kamu menolak, nok? " Sambung Mas Firman yang juga menuntut penjelasan.
"Saya mau lulus kuliah dulu, Mas. Lagipula emak pengennya saya nikah dengan sesama orang Cirebon saja. Supaya emak bisa ikut saya selamanya. Kalau saya menikah dengan beliau. Lalu bagaimana dengan emak? Mas Firman dan Mbak Ningsih kan tau gimana keluargaku " Jawaban Dilla itu mampu membuat Sejoli itu diam .
"Dan bahkan jika aku juga menghendakinya, apakah aku pantas? Sedangkan aku jauh sekali jika harus bandingkan dengan perempuan-perempuan ahli agama yang ada disekitarnya "lirih Dilla dalam hati.
Yah, mereka tau kalau Dilla bukan dari keluarga yang harmonis, anak-anak Alm. Bapaknya tidak pernah menyukai Dilla dan Ibunya bahkan sering kali memaki dengan sumpah serapah. Sedangkan dengan anak-anak dari ibunya , Emak Dilla tidak betah.
Setelah Bapaknya meninggal emak pernah dibawa anak pertamanya tinggal di Pemalang-Jawa Tengah tapi pulang lagi ke Cirebon karena tidak betah sedangkan tinggal dengan anak lelakinya pun merasa tidak nyaman karena dirumah anak lelakinya itu ada ibu dari istrinya juga. Jadi Emaknya hanya ingin ikut dengan Dilla, si anak bungsu. Itulah alasan kenapa Dilla memberanikan diri untuk menolak lamaran Gus Nauzan.
Dilla punya banyak ketakutan, bahkan saat ini ia terus dihantui rasa bersalah karena meninggalkan ibunya sendirian. Tapi Dilla berjanji setelah pendidikannya selesai, ia akan cepat kembali ke kampung halamannya dan tinggal dengan ibunya saja.
Akhirnya Mbak Ningsih memeluk Dilla seraya berkata, " kamu belum menikah masih menjadi kewajiban kamu seutuhnya untuk berbakti pada emak kamu ,surga yang kamu miliki saat ini, semoga keputusan mu baik yah nok". Sambil mengelus puncak kepala Dilla
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Cinta , Waktu & Allah ( Penantian Cinta )
Spiritual( Spiritual - Romance ) "Kalau ntar Dilla ndak bisa kasih anak gimana? " ucapnya sembari terisak pilu. "Bagaimana kalau sebaliknya? Bagaimana kalau Mas yang ndak bisa? " balas Gus Nauzan yang membuat Dilla diam dan semakin menunduk . "Denger mas ya...