Assalamualaikum,, apakabar?. Semoga sehat selalu 😊.
Selamat membaca.
7 hari telah berlalu, keranda makam Mak As telah dibuka. Artinya segala hal harus dibiasakan untuk terlihat baik-baik saja. Meskipun hatinya tak ingin melepas, Dilla yang berubah menjadi lebih pendiam . Ia rapuh, tak ada lagi semangat hidupnya.
Rasanya Dilla ingin pergi saja bersama kedua orangtuanya. Karena bagi Dilla keluarga yang ia miliki hanya ibu dan bapak, selebihnya hanya pemain ekstra yang bertugas untuk mengganggu kehidupannya.Yah, ketidakharmonisan keluarganya membuat Dilla selalu berfikir seperti itu, dan sekarang dia benar-benar menganggap dirinya sebatang kara.
Dulu , saat Dilla menata hati dan mental karena kehilangan bapaknya , masih ada ibunya yang selalu menjadi alasan untuk Dilla menjadi lebih semangat , berusaha lebih keras dan bertahan dengan hati dan mental yang rapuh . Setiap kali Dilla merindukan bapak , Dilla akan menelpon ibunya sekedar menenangkan hati yang gundah karena rindu pada bapak . Sekarang kalau hatinya gundah karena dia merindukan mereka , dengan siapa Dilla harus berbagi isi hati? Siapa yang akan menenangkannya kalau hati dan pikirannya sedang kalut tak beraturan .
Di sepertiga malam, Dilla bangun untuk menyerahkan dirinya pada Sang Pemilik Takdir.
"Bapak , Emak ,,,,,
Aku tak punya siapa-siapa lagi , aku benar-benar sendirian .
Aku terluka sendirian ,aku menangis sendirian , aku berjuang sendirian dan aku harus menata kembali hati dan mental yang hancur sendirian .
Rasanya ini tidak adil untuk ku , semua terasa lebih berat karena aku sendirian .
Yah Allah, dulu saat Allah mengambil ayahku , aku masih bisa bertahan karena ada ibu .
Dan sekarang Allah juga mengambil ibu dariku. Lalu aku harus bagaimana?.
Yah Rabb, Kenapa ENGKAU mengambil dua harta berharga bagiku? Aku bisa merelakan apa saja tapi kenapa harus ibu😭😭😭." Lirih Dilla dalam isakan tangisnya .Mbak Ning yang mendengar isak tangis Dilla yang lirih langsung bangun dan memeluk Dilla erat. Gadis yang 6 tahun ia kenal pemberani dan Kuat , sekarang terlihat hancur dan rapuh. Bahkan lebih dari yang ia lihat saat Dilla kehilangan Ayahnya.
Air mata yang Dilla tahan selama 7 hari itu akhirnya pecah, masih dalam pelukan Mbak Ning kakak angkatnya itu. Lihat saja selama 7 hari tidak ada anak-anak dari orang tua Dilla yang menanyakan keadaannya dan sekarang mereka telah kembali ke rumah masing-masing tanpa peduli bagaimana keadaan Dilla. Lalu jika Mbak Ning juga kembali ke Kudus, maka sendirianlah Dilla dengan segala takdir hidupnya yang pahit.
Di hari ke delapan Mbak Ning akhirnya harus pamit untuk pulang ke kudus. Dan sekarang Dilla sedang bersiap-siap untuk mengantar Mbak Ning ke Stasiun Kejasan Cirebon
"Nok, kalo ada apa-apa jangan sungkan ngomong sama Mbak Ning yah" Ujar Mbak Ning memecah keheningan karena Dilla, adik angkatnya ini menjadi sangat pendiam menurutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Cinta , Waktu & Allah ( Penantian Cinta )
Espiritual( Spiritual - Romance ) "Kalau ntar Dilla ndak bisa kasih anak gimana? " ucapnya sembari terisak pilu. "Bagaimana kalau sebaliknya? Bagaimana kalau Mas yang ndak bisa? " balas Gus Nauzan yang membuat Dilla diam dan semakin menunduk . "Denger mas ya...