Suasana makan malam di keluarga Al-Fawwaz di iringi dengan obrolan-obrolan ringan, juga tak lupa canda gurau sewajarnya.
"Bagaimana, Zan? " Tanya Abah
"Apanya, bah?" jawab Nauzan
"Dillamu itu?"
"Ohh, Minggu depan kita kesana bah"
"Kamu udah komunikasi sama dia?"
"Bukan saya bah, tapi Mbak Ningsih dan Mas Firman. Saya hanya mendengarkan saja"
"Ada tanda-tanda diterima ndak mas?" Tanya Naufal
"Ndak tau" jawab Nuazan singkat
"Loh, ntar kalau ditolak lagi gimana?"
"Kamu do'ain, mas mu ini ditolak?"
"Ndak gitu mas, kan jauh-jauh ke Cirebon kalau ditolak kan rugi kita"
"Kamu ndak tau , namanya berjuang tuh ndak kenal rugi"
"Iyo iyo, kasmaran uangel"
"Sudah-sudah, ntar kamu merasakan apa yang mas mu rasakan Fal. Do'ain aja mas mu diterima terus biar kamu cepet nyusul" Ujar sang Ummi.
"Aku lagi yang kena" Keluh Naufal
Sedangkan yang lain hanya terkekeh ringan. Setelah selesai makan, semua orang kembali ke singgah sananya masing-masing.
Tok tok tok tok
"Siapa? " Tanya Nauzan pada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya
"Ummi nih Zan" Jawab Ummi
Tak berapa lama, pintu dibuka oleh Nauzan dan mempersilakan umminya masuk.
Nauzan duduk dimeja kerja yang terdapat di kamarnya " kenapa Ummi?
"Gapapa, Ummi pengen liat kamu aja" Jawab Umminya yang juga duduk kasur Nauzan
Nauzan menarik kursinya tepat dihadapan Umminya, lalu memegang tangan umminya dengan lembut
"Nauzan tau Ummi sedang ndak baik-baik saja, ada apa ummi? "
"Zan, ummi kepikiran ucapan Naufal. Bagaimana kalau Dilla ndak terimah kamu lagi? "
Nauzan tersenyum getir jika mengingat ucapan adiknya itu, sedangkan ia sendiri pun tak seberapa yakin dengan jawaban Dilla.
"Ummi,, sejujurnya Nauzan pun ndak tau harus jawab seperti apa. Tadi saat Mbak Ningsih telfon dia, jawabannya membuat Nauzan sedikit kurang percaya diri untuk diterima " Jawab Nauzan menundukkan kepalanya
Dalam keheningan mereka berdua hanya saling berpegangan tangan untuk saling menguatkan.
Setelah beberapa menit dalam keheningan," ummi,,,,, "
"Iyah sayang"
"Dilla punya banyak sekali luka dihatinya dan trauma dalam hidupnya, dia merendahkan dirinya sendiri dan mengatakan kalau dia tidak pantas denganku dan juga background yg aku punya. Bayang-bayang perbandingan membuat dia semakin takut menerima Nauzan mi. Dia takut dibandingkan dengan yang lain, dia takut tidak dilindungi, dia takut dengan background yang aku punya " Ujar Nauzan menjelaskan yang mengganggu pikirannya
"Zan, kalau kamu bener-bener Cinta sama Dilla. Kamu harus menjadi orang yang bisa melindungi dia, menerima dia apa adanya. Sepertinya dia gadis yang rapuh namun berbalut keberanian dan kemandiriannya, membuat orang lain tak melihat kerapuhannya"
"Iyah ummi, Nauzan juga berfikir seperti itu. Tapi susah sekali membuat dia percaya dengan orang lain termasuk Nauzan, mi"
"Serahkan ke Allah yah Zan, biar Allah yang melembutkan hati Dilla untuk kamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Cinta , Waktu & Allah ( Penantian Cinta )
Spiritual( Spiritual - Romance ) "Kalau ntar Dilla ndak bisa kasih anak gimana? " ucapnya sembari terisak pilu. "Bagaimana kalau sebaliknya? Bagaimana kalau Mas yang ndak bisa? " balas Gus Nauzan yang membuat Dilla diam dan semakin menunduk . "Denger mas ya...