6. Khitbah

2.6K 171 2
                                    





         Dua hari yang lalu Dilla di hubungi oleh Pak Budi (Kepala KDEI Taipei), dan hari ini ia baru bisa menyempatkan datang . Karena memang hari ini hari liburnya .

       Sesampainya Dilla di depan rumah Kepala KDEI Taipei , ia menekan bell yg ada disana.

Ting tong ,,,, ting tong,,,

Beberapa saat kemudian seseorang membuka pintunya. " Cari siapa yah ,mbak?" tanyanya keheranan.

"Assalamu'alaikum, bu . Saya Dilla , dua hari yang lalu Pak Budi menghubungi saya dan mengundang saya kemari " Jelasnya pada ibu tadi yang Dilla sendiri kurang tau siapa .

"Wa'alaikumsalam, Oh mbak Dilla toh!, iyah mari mbak sudah ditunggu sama bapak dan ibu. " Perintahnya membawa Dilla masuk kedalam rumah.

     Sesampainya diruang makan ,Dilla di persilakan makan lebih dulu sebelum Pak Budi menyampaikan topik utamanya . Tentunya dengan Pak Budi dan Istrinya sekalian .

     Setelah selesei makan dan sharing tentang pengalaman-pengalaman Dilla selama tinggal di Taiwan ,termasuk kuliahnya . Akhirnya Pak Budi mulai membahas topik utamanya .

"Dilla , sudah ada calon belum?" Tanyanya hati-hati.

"Calon? Maksudnya calon suami atau gimana Pak?" Jawab Dilla heran

"Iyah dong calon suami, masa calon yang lain " ujar Pak Budi

"Oh yah kirain gitu Pak ,, belum Pak . Memangnya kenapa pak? " aku kembali bertanya.

"Dil, kalau kamu belum ada calon. Bapak mau menyampaikan pesan dari seseorang, Ayahnya menghubungi bapak tiga hari yang lalu "Pungkas Pak Budi yang membuat Dilla semakin bingung .

"Pesan apa dan dari siapa Pak? " Tanya Dilla penasaran

"Pesan Pak Kyai Husein dari Kudus-Jawa Tengah. Beliau menyampaikan pesan khitbah dari putra sulungnya yang bernama Guz Nauzan. Bagaimana Dill? " Pesan yang di sampaikan Pak Budi membuat Dilla seketika diam mematung dengan perasaan yang campur aduk.

Setelah beberapa saat Dilla hanya diam sambil meremas tanganya, "Maaf Pak sebelumnya,, tapi saya tidak mengenal Gus Nauzan" Jawabnya hati-hati

Pak Budi melihat Dilla yah gugup pun menimpalinya, "Dill,, jangan khawatir! Mereka memberikan kamu waktu untuk berfikir. Jadi kamu fikirkan saja dulu yah, tapi kalau saya bisa kasih tau kamu sedikit tentang mereka. Kyai Husein itu Kyai besar loh di Kudus. Beliau dihormati karena agamanya, akhlaknya dan juga karena ilmunya. Begitupun dengan putra-putranya, saya memang tidak bisa menjamin kebahagiaan kamu karena dinikahi anak Kyai, tapi dari background yang dia punya bukankah akan banyak benefit yang kamu dapatkan salah satunya ilmu agama yang mereka miliki " Tuntas Pak Budi panjang lebar

"Pak, saya mintaa maaf. Tapi izinkan saya memikirkan ini dulu, boleh Pak? " Pinta Dilla hati-hati

"Oh iyah, boleh boleh. Silakan kamu fikirkan masak-masak, semoga keputusan apapun yang kamu ambil memang yang terbaik untuk semua orang terutama dirimu sendiri yah " Ujarnya menenangkan

"Terimakasih Pak,, apa masih ada yang ingin disampaikan Pak? Karena kalau tidak ada lagi saya izin pamit Pak, kebetulan saya ada janji lain dengan teman-teman" Izin Dilla dengan wajah canggungnya

"Oh yah, sudah tidak ada lagi, Dill" Jawabnya singkat

"Yah sudah Pak, saya pamit dulu yah " seraya berdiri dan menangkup kan tangan di depan dadah juga tidak lupa cipika cipiki dengan istri Pak Budi. "Assalamualaikum pak, bu. Mari permisi " sambung Dilla berpamitan

"Wa'alaikumsalam wr wb " jawab Bapak dan Ibu Budi.

     Akhirnya aktivitas hari ini selesai juga, Dilla kembali ke Dormnya tak lupa ia langsung membersihkan diri dan dilanjutkan sholat isya.

Setelah itu ia merebahkan diri ke kasurnya, rasanya ia rindu sekali dengan sahabat sejatinya ini. Yah,, memang benar Dilla selalu menganggap kasurnya itu adalah sahabat sejatinya, karena sebenarnya Dilla tak begitu sering keluar kamar kalo tidak ada kepentingan, boleh dibilang dia nih mageran sekali anaknya.

Tapi tiba-tiba fikirannya melayang pada khitbah yang disampaikan Pak Budi siang tadi. Mendadak otaknya buntu tak bisa memikirkan apa-apa.

"Yah Allah,, kenapa harus dia sih" Keluh Dilla sembari menutup matanya dengan lengan tanganya.

Bagi Dilla khitbah itu benar-benar membuatnya tak bisa memikirkan hal lain dan itu sangat membuat dia stress. Kalo boleh jujur Dilla nih tipe perempuan pemikir atau kalo kata anak jaman sekarang sih overthinking, apapun yang terjadi ia pikiran terus menerus. Padahal sebenarnya itu merugikan diri sendiri.

"Ah stress gila, astagfirullahaladzim. Kapan otakku nih tenang sih, Yah Allah. Ada aja yang di pikirin, inget il jangan terlalu dipikirin ntar lu sakit sendiri" Ancam Dilla pada diri sendiri sambil menunjuk-nunjuk kepalanya dengan jari telunjuknya.

"Dah lah il, tidur tidur besok ngampus belum lagi harus lembur dipabrik "gumamnya dengan nada kesal. Bagaimana tidak, sudah hampir jam 11 malam dia belum juga terlelap.

Sedangkan di tempat lain ada seseorang yang sedang cemas memikirkan jawaban dari segala doa dan harapan, sampai akhirnya entah jam berapa mereka terlelap dengan sendirinya di waktu dan tempat yang berbeda.





















Kamis, 10 Februari 2022

Tentang Cinta , Waktu & Allah ( Penantian Cinta )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang