Dua Puluh Dua

2.8K 480 30
                                    




Ketika Freya dan Gembul masuk ke rumah Erick, dia menemukan lelaki itu sedang duduk di meja makan bersama Darel, sedang menikmati sarapan pagi mereka. Freya sempat menghentikan kakinya ketika matanya memandangi Erick lekat, lagi-lagi teringat akan kejadian beberapa saat lalu, ketika Erick mengatakan sesuatu yang menyakitinya dan membuat Freya pada akhirnya mengatakan sesuatu mengenai perasaannya.

Dan sejak kejadian itu, Freya berusaha menjaga jarak dari Erick. Bersikap dingin padanya setiap kali mereka bertatap muka. Hati Freya benar-benar sakit ketika Erick menuduhkan sesuatu yang membuat Freya merasa kalau pengorbanannya selama ini untuk lelaki itu hanya lah sia-sia. Karena pada akhirnya, Erick tetap sama seperti yang lain, memandangnya sebelah mata, seolah Freya sama sekali tak ada artinya.

Freya marah, bahkan dia ingin memberontak. Namun ketika mendengar apa yang Erick katakan di Bengkel kala itu, rasa marah Freya sedikit menyurut. Apa yang Erick katakan, dan bagaimana putus asanya dia ketika mengatakan hal itu berhasil membuat hati Freya kembali menghangat.

Erick peduli padanya. Dan bagi lelaki itu, Freya sangat berharga. Lalu Freya memaafkan Erick begitu saja.

Bodoh, umpat Freya pada dirinya sendiri. Hanya saja, Freya bisa apa ketika hatinya yang memang memiliki begitu banyak cinta untuk lelaki itu, memilih untuk memaafkannya dengan mudah.

Gembul yang lebih dulu menghampiri meja makan, duduk di salah satu kursi sementara matanya menatap meja makan. "Sarapan buat gue nggak ada, Bos?"

Menyadari kedatangan Gembul, Darel bergerak cepat, memindahkan sisa pancake ke atas piringnya, lalu menuang saus maple yang banyak ke atasnya. Darel seperti ingin memeluk piringnya demi melindungi sarapan paginya dari Gembul.

"Nggak ada. Sarapannya udah abis." Ketus Darel.

Gembul menyipitkan matanya tajam menatap Darel. Sedang Erick menahan kunyahannya, menatap Gembul dengan tatapan bingung.

"Ngapain lo kesini?" tanya Erick. Gembul melengos malas, namun matanya berkali-kali melirik ke arah tumpukan pancake di piring Darel sembari meneguk ludahnya.

"Apa lagi memangnya, kalau bukan mau numpang makan." Cibir Darel. Dan dia tersenyum miring selagi memasukkan potongan pancake ke mulutnya, mengunyahnya dengan cara yang menyebalkan, agar Gembul semakin iri padanya.

"Gue boleh jitak anak lo nggak sih, Bos?" rutuk Gembul.

"Lo belum jawab pertanyaan gue ya, Bul!" omel Erick.

"Gue yang ngajakin Gembul ke sini," sahut Freya dari tempatnya berdiri. Ketika Erick memandangnya, Freya membuang muka. Dia melangkah ke dapur, mengambil sebuah piring dan alat makan, lalu berdiri di samping Darel dan memindahkan beberapa dari tumpukan pancake dari piring Darel ke atas piring yang dia bawa.

"Freya!" protes Darel tak terima.

Namun Freya tak memedulikannya. "Kamu nggak bakalan bisa ngabisin semua itu."

"Aku bisa."

"Yeah..."

Sambil tersenyum malas, Freya membawa piring di tangannya mendekati Gembul, meletakkan piring itu di depan Gembul yang tersenyum sumringah. Freya dan Gembul saling berbagi pancake sembari melirik Darel dengan tatapan yang menyebalkan.

"Ugh!" keluh Darel frustasi. "kalian berdua menyebalkan." Darel mendorong kursinya ke belakang, lalu dia melompat turun, mengambil piring dan gelasnya, untuk dia bawa ke ruang televisi.

LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang