Luna memberanikan dirinya menatap Erick lekat, ada pancaran kehancuran di sana, yang sedang susah payah dia kuatkan. Lalu, pada akhirnya, kehancuran yang sudah lama dia kubur dalam, yang tidak pernah mau lagi dia ingat apa lagi bicarakan, kini Luna urai satu persatu di hadapan Erick.
Luna mulai menceritakan awal mula kehancuran ini terjadi. Dia bercerita mengenai pertemuan pertamanya bersama Raja, momen kedekatan mereka, masa-masa dimana dia jatuh hati pada lelaki dingin yang memiliki sejuta pesona itu. Kemudian ditampar oleh kenyataan pahit dimana lelaki pujaannya nyatanya mencintai sahabatnya.
Luna patah hati. Sungguh. Tapi, dia tidak ingin melakukan apa pun. Sebagai sahabat, Luna berusaha untuk ikut berbahagia, ikut mendukung hubungan mereka berdua. Meski ada setitik iri, meski ada setitik benci, namun dia berusaha untuk tetap berada di jalurnya.
Lalu pada akhirnya, perasaannya tak lagi terbendung. Dia memutuskan untuk memberi tahu Raja, satu hal yang paling Luna sesali sampai detik ini. Karena andai saja dia tidak mengatakannya, mungkin... Raja tak akan pernah menawarkan pernikahan padanya. Dan semua drama melelahkan ini tak akan pernah terjadi.
Cintanya tak terbalas. Luna sudah menduganya sejak awal. Hanya saja, ketika dia sudah mengutarakannya, dan meskipun cintanya tak terbalas, Luna merasa jauh lebih tenang dan bisa menerima kenyataan.
Semuanya kembali berjalan normal. Bahkan, ketika sahabatnya dan lelak pujaannya itu mengalami tragedi yang mengerikan, Luna pun tetap berada di sisi mereka, memberikan dukungan, membantu sebisanya. Luna tetap berperan menjadi seorang sahabat.
Tak ada yang aneh, tak ada yang berubah.
Sampai suatu ketika, hubungan Raja dan Nadine kandas. Nadine memutuskan pergi, dan Raja seolah telah melupakan segalanya. Bahkan, di titik itu pun, Luna tetap saja tak melakukan apa pun. Dia tak pernah mencari kesempatan, dia tidak pernah berusaha menggantikan. Bahkan, dia dan Prita pun berusaha mencari dimana keberadaan Nadine. Tapi tetap saja, Nadine tak ada dimana pun.
Kehidupan Luna tetap berlanjut. Tanpa dia rencanakan, tanpa dia minta, Raja selalu ada di sisinya, seperti Luna yang juga selalu berada di sisinya. Bahkan, saat hal itu terjadi, sekalipun Luna masih memendam cinta, tak bisa berpaling ke hati yang lain, tetap saja, tak ada setitik niat pun di hati Luna untuk mengambil kesempatan agar Raja menjadi miliknya.
Semuanya tetap berjalan normal. Sampai suatu saat, Raja menawarkan pernikahan padanya.
Pernikahan. Sebuah hubungan yang sakral sekaligus luar biasa. Bayangkan saja, lelaki yang selama ini hanya bisa kita cintai di dalam hati, hanya bisa kita kagumi seorang diri, hanya bisa kita nikmati di dalam angan, kini datang dan menawarkan pernikahan.
Luna gamang. Disatu sisi, dia masih tak percaya Raja sudah melupakan Nadine, dan Luna pun untuk mengkhianati sahabatnya. Tapi di sisi lain, sebagai gadis yang masih memendam cinta, sisi manusiawi Luna muncul. Dia ingin memiliki Raja. demi Tuhan, dia ingin memiliki Raja. melakukan banyak hal bersama Raja, seperti yang pernah Raja lakukan bersama Nadine dahulu. Luna tahu itu adalah kesalahan, tak seharusnya dia membayangkan hal itu. Tapi, sekali lagi, Luna pun hanya manusia biasa. Dia sudah lama menekan perasaannya, sudah lama untuk tetap berpikir waras. Sayangnya, Raja menawarkan sesuatu yang membuatnya kehilangan kewarasan.
Di tengah kegamanangannya, Luna kembali mencari Nadine dengan perasaan yang tak bisa dia baca. Terkadang dia ingin Nadine tak pernah ditemukan, agar dia bisa memiliki Raja. Lalu terkadang dia ingin Nadine muncul di hadapannya, memarahinya, bahkan memakinya pun tak apa, agar Luna tetap berada pada pendiriannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
General FictionPasca perceraiannya, Luna memilih untuk menjauh dari segala hal yang berhubungan dengan mantan suaminya. Termasuk juga sahabat-sahabatnya. Luna hanya ingin melupakan, tidak lagi menoleh ke belakang sekalipun dia tahu jika dia tidak akan sembuh denga...