Keluar dari mobilnya, Erick melangkah tergesa-gesa memasuki rumah besar. Rumah itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Dan saat Erick sampai di ruang utama, dia melihat banyak sekali anggota Malvori yang berada di sana, membentuk sebuah lingkaran, membuat Erick melangkah masuk ke dalam lingkaran itu.
Erick melihat Sean berlutut lemas di tengah ruangan, dimana tepat di atasnya terdapat sebuah lampu gantung yang indah, serta lima orang lelaki yang mengelilingi sembari memegang besi di tangan mereka masing-masing Sean terlihat kesulitan membuka matanya yang membengkak sempurna, darah yang membaluti wajah hingga lehernya terlihat mengering, namun tetesan darah baru juga terlihat mengalir dari dahi hingga lehernya.
Erick menatap sekitarnya. Beberapa petinggi Malvori tampak hadir, duduk tenang dibarisan sofa sembari menikmati minuman yang disediakan untuk mereka, dan tentu saja ada Leon di sana. Seolah sudah tak sabar untuk menyaksikan pertunjukan.
Erick juga menemukan Freya yang berdiri menyandar pada salah satu pilar rumah. Dia beradan di antara kerumunan orang-orang, menatap Erick dengan tatapan tenang, sedang Gembul di sampingnya tampak sangat resah menatap Erick.
Erick melihat Leon mengangguk pada salah satu anak buahnya yang sepertinya sejak tadi dia tugaskan untuk memukuli Sean, seperti menyuruh mereka untuk kembali melakukannya lagi.
"Berhenti!" ujar Erick dengan suara tegasnya, hingga suasana ruangan itu mendadak sunyi dan seluruh mata memandang padanya. Termasuk Leon dan juga para petinggi yang hadir. Dengan langkah yang begitu tenang, Erick menghampiri dimana Sean berada. Ekor matanya mendapati pergerakan dari Leon yang juga menghampirinya. Erick berdiri di depan Sean, lalu Sean mengangkat wajahnya susah payah untuk menatap Erick, membuat Erick memiringkan wajahnya, menatap lekat pada Sean.
Leon berdiri di samping Erick. "Rick—"
"Sean milik gue." ujar Erick. Suaranya terdengar tenang dan berbahaya. Dan seluruh orang di ruangan itu pun tahu jika dari nada suara Erick yang terdengar, lelaki itu sedang menahan amarah.
"Dia pengkhianat." Cetus Leon. Erick menoleh, menatap Leon yang terlihat marah. "dia udah mengkhianati lo, dan bekerja sama dengan Polisi sialan itu, Rick. Dan pengkhianat nggak akan pernah mendapatkan tempat apa pun di Malvori."
Suara sorakan terdengar ricuh di ruangan itu. Semua orang setuju dengan apa yang Leon katakan, dan mereka semua mendukung apa yang ingin Leon lakukan.
"Dari mana lo tahu?" satu Alis Erick terangkat ke atas. "cuma gue sama Gembul yang tahu soal Sean."
Wajah Leon terlihat pias ketika mendengar pertanyaan Erick, membuat Erick menatapnya lekat dengan wajah semakin marah.
Lalu, tiba-tiba saja, Sean tertawa dengan suara ringkihnya yang serak. Erick dan Leon menoleh serentak padanya, begitu pun seluruh orang yang berada di sana.
Bahu Sean berguncang pelan, wajahnya sedikit merunduk ketika tawanya terdengar. Geraman Leon terdengar, dia ingin menghampiri Sean namun Erick menahannya. Ada sesuatu yang Sean ketahui namun tidak dengan Erick.
Dan tawa Sean saat ini seperti sedang mengejek seseorang, yang tentu saja juga berada di sini.
Memangnya lo nggak tahu, siapa aja yang selama ini membenci lo, walaupun di depan lo, mereka semua... bersikap layaknya keluarga. Kalau lo ngebunuh gue sekarang, lo nggak akan tahu, nasib buruk apa yang sedang dipersiapkan buat lo, Erick.
Erick masih mengingat apa yang Sean katakan padanya kemarin. Yang Erick pahami, Sean tidak menyukainya. Itu kenapa dia memberitahu Chris mengenai siapa Erick. hanya saja, kalimat aneh yang Sean katakan, seolah-olah menyatakan jika Sean tidak bekerja sendiri. Sean menyebut-nyebut mereka yang membenci Erick namun selalu bersikap baik ketika di hadapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Narrativa generalePasca perceraiannya, Luna memilih untuk menjauh dari segala hal yang berhubungan dengan mantan suaminya. Termasuk juga sahabat-sahabatnya. Luna hanya ingin melupakan, tidak lagi menoleh ke belakang sekalipun dia tahu jika dia tidak akan sembuh denga...