Erick dan Darel berjalan beriringan sembari bergenggaman tangan menuju pulang ke rumah mereka. Sisa-sisa kesedihan masih terlihat jelas di wajah Ayah dan anak itu. Darel bahkan terus menerus merundukkan wajahnya, seolah tak memiliki tenaga untuk menegakkan kepala.
Erick yang mengamati gelagat menyedihkan putranya itu merasa semakin mencelos. Dia baru saja hendak menawarkan es krim pada Darel, siapa tahu saja es krim bisa membuat putranya ini sedikit membaik. Hanya saja, sebuah motor dan mobil tiba-tiba saja berhenti di hadapan mereka berdua.
Motor milik Freya dan mobil milik Gembul. Kini kedua orang itu turun dari kendaraan mereka masing-masing dengan paras wajah yang sama. Cemas dan juga bingung.
"Kenapa lo berdua?" tanya Erick pada mereka.
Gembul menghampiri Erick lebih dulu. "Bos nggak apa-apa?"
Erick mengernyit. "Memangnya gue kenapa?"
Sembari bersedekap dan menyandar pada motornya, Freya berujar. "Lo keluar dari Malvori?"
Sejenak, Erick hanya terdiam memandang Freya yang seolah meminta penjelasan padanya. Kemudian dia menghela napas dan membuang muka. "Hm."
Freya dan Gembul saling memandang satu sama lain dengan penuh arti. "Kok Bos nggak bilang dulu ke kita?" tanya Gembul lagi. Ada sedikit kekecewaan dalam nada suaranya. Freya memilih diam, namun kekecewaan yang sama tampak begitu jelas di wajahnya
Bagaimana pun, mereka bertiga adalah teman seperjuangan. Mereka adalah sebuah team yang selalu bekerja sama di Malvori. Tapi bagaimana bisa Erick tak mengatakan apa pun mengenai keputusannya.
Ketika Erick merundukkan wajah, matanya bertemu pandang dengan kedua mata Darel yang menyorotinya lekat. Merasa tak ingin putranya mendengar lebih banyak, Erick menatap Freya dan Gembul dengan tegas. "Nanti gue jelasin. Lo berdua pergi dulu, gue mau pergi sama Darel." Erick menggoyangkan genggaman tangan mereka. "Ayo, ke mobil. Papa mau ajak kamu makan es krim."
Darel tak mengatakan apa pun, hanya kepalanya saja yang megangguk lesu. Dan sikap diam Darel serta penurutnya yang tak biasa itu mencuri perhatian Freya. Ketika Erick dan Darel melanjutkan langkah mereka berdua menuju pekarangan rumah, Freya mengamati mereka berdua dengan lekat. Ada sesuatu yang sedang mengganggunya saat ini.
"Gue dengar, Malvori akan mengirimkan hadiah perpisahan buat lo, Rick." Cetus Freya tiba-tiba hingga Erick menghentikan langkahnya. "gue rasa sebaiknya lo dan Darel tetap di rumah sampai keadaan benar-benar aman."
Erick tahu apa arti hadiah yang Freya ucapkan. Bahkan Freya dan Gembul pun sedang mencemaskan Erick sejak kabar itu terdengar oleh mereka.
"Kenapa, Pa?" Darel bertanya dengan wajah menengadah ke atas. Meski sejak tadi diam, meski dia hanya lah seorang anak kecil, tapi dari percakapan yang sejak tadi Darel dengar, dia memahami satu hal. Ada sesuatu yang mengancam keselamatan mereka saat ini.
"Nggak apa-apa." Erick mengulas senyuman tipis. Dia kembali melanjutkan langkahnya.
"Bos, ada satu hal yang harus Bos tahu." Ujar Gembul tiba-tiba. "soal anak buah Sean kemarin."
Erick menoleh ke belakang. "Kenapa?"
"Gue udah beresin mereka semua. Bersih. Tapi anehnya, kejadian itu udah menyebar di Malvori." Gembul menatap Erick penuh arti. "Gue khawatir ada yang ngikutin Bos atau anak buahnya Sean kemarin."
Erick kembali mengingat kejadian kemarin. Dia sudah menghabisi semua anak buah Sean tanpa sisa. Tidak ada siapa pun lagi di sana kecuali dirinya dan Luna. Aneh rasanya jika hal itu menyebar luas ke yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Ficción GeneralPasca perceraiannya, Luna memilih untuk menjauh dari segala hal yang berhubungan dengan mantan suaminya. Termasuk juga sahabat-sahabatnya. Luna hanya ingin melupakan, tidak lagi menoleh ke belakang sekalipun dia tahu jika dia tidak akan sembuh denga...