Freya tersenyum tipis saat matanya memandang pada sosok lelaki yang sedang duduk di balik meja bar, menikmati minumannya sendirian sembari menghisap rokok di tangannya. Lalu kakinya melangkah mendekat, duduk di samping lelaki itu dengan gestur yang anggun dan terlihat sebiasa mungkin. "Tequila." Ucap Freya dengan suaranya yang merdu pada bartender yang sedang menatapnya.Dan Freya berhasil membuat lelaki yang duduk di sampingnya itu menoleh padanya. Meski Freya hanya menatap lurus ke depan, namun melalui ekor matanya, Freya bisa mengetahui kalau lelaki itu masih tetap memandanginya.
Kini lelaki itu memerhatikan Freya dari atas rambut hingga ujung kaki. Penampilan Freya malam ini berbeda dari biasanya. Dia mengenakan bodycon dress hitam bertali satu. Rambut panjangnya yang tergerai tampak sedikit bergelombang malam ini, membuatnya terlihat begitu seksi dan menggoda hingga setiap mata yang memandangnya sulit sekali untuk berpaling.
Ketika segelas minuman tersaji di depannya, Freya mengangguk singkat pada bartender itu. Jemarinya menyentuh gelasnya, membawanya mendekati bibir, meneguknya pelan sembari mengedarkan pandangannya ke sekitar. Lalu dengan gestur senormal mungkin, Freya menatap lelaki di sampingnya. Dia melepaskan gelas dari bibirnya, mengulas senyuman tipis yang manis, lalu menyapa lelaki itu dengan suara ramahnya yang merdu. "Hai."
Bak gayung bersambut, lelaki itu pun membalas senyumannya dengan cara yang sama. "Hai." Lalu dia mengulurkan tangannya. "Chris."
Freya tidak langsung menjabat uluran tangan itu, matanya memandangi telapak tangan Chris sejenak, lalu senyuman miringnya yang memukau terlihat begitu saja. Awal yang menyenangkan, batin Freya senang. Lalu dia menjabat telapak tangan Chris dan memandangnya. "Freya."
"Sendirian?"
"Hm."
"Elo?"
"Sama. Gue juga sendirian."
Freya menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga, matanya yang kecokelatan itu memandang Chris geli. "Nggak masalah kalau gue temenin?" tanyanya dengan nada suara ramah yang terdengar sangat lembut dan merdu.
Chris tersenyum tipis, kepalanya mengangguk, lalu dia menekan ujung puntung rokoknya ke atas asbak. Chris mengambil gelasnya, mengulurkannya pada Freya lalu mereka melakukan cheers sebagai salam perkenalan.
"Lo kelihatan sedikit kacau." Ujar Freya. Dia melipat kedua tangannya di meja, wajahnya menghadap ke samping, memandang Chris yang juga menatapnya.
"Hm."
"Boleh gue tanya kenapa?"
Chris mendesah panjang. "Cuma soal pekerjaan."
"Itu berarti, gue baru aja kenalan sama cowok pekerja keras."
"Oh, ya?"
"Hm. Lo ada di sini," Freya mengibaskan tangannya ke udara, "di tempat seberisik ini, ada alkohol dan rokok yang bisa buat lo bersenang-senang, tapi lo masih aja mikirin soal pekerjaan."
Chris tertawa pelan. Bukan karena ucapan Freya, tapi karena raut wajah dan gerakan bibir Freya yang menggemaskan menurutnya. Freya sangat ekspresif, dia juga selalu menyimpan senyuman di bibirnya, membuat Chris yang menjadi lawan bicara merasa percakapan yang mereka lakukan cukup menyenangkan meski mereka berdua baru saja berkenalan.
"Apa itu terdengar aneh?" tanya Chris.
"Banget," Freya tertawa pelan lalu menyeruput minumannya. "kecuali, pekerjaan lo memang penting banget." Freya menggerakkan telunjuk dan jari tengahnya, membentu tanda kutip.
"Bukannya semua pekerjaan itu penting?"
"Nggak juga. Bagi gue, pekerjaan itu cuma sekedar pekerjaan yang terpaksa gue lakukan karena gue butuh uang," Freya mengerling geli padanya. "pekerjaan itu menyebalkan."
![](https://img.wattpad.com/cover/263372847-288-k987654.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
General FictionPasca perceraiannya, Luna memilih untuk menjauh dari segala hal yang berhubungan dengan mantan suaminya. Termasuk juga sahabat-sahabatnya. Luna hanya ingin melupakan, tidak lagi menoleh ke belakang sekalipun dia tahu jika dia tidak akan sembuh denga...