"Nasi goreng seafood yang paling penting, Bang! Es krimnya coconut delight yang coklat ya!"
Klik.
"Semprul, main matiin aja." Gumam Agam saat sang adik langsung mematikan sambungan panggilan setelah menyebutkan sederet pesanan yang dititipkan pada Agam.
Setelah mendapat titah dari adiknya, Agam mulai melangkahkan kakinya keluar dari coffee shop tempat janji temu dengan kliennya menuju kedai dessert yang letaknya tidak jauh dari mall ini.
Haah. Harusnya gue nggak ngasih tau meeting di sini.
Meskipun kesal dengan adiknya yang selalu merampok Agam setiap bulan, tepatnya setelah Agam gajian. Agam tetap menuruti setiap kemauan adiknya. Selagi bisa bahagiakan adik, pikirnya.
Kedai sudah terlihat dari posisi Agam yang siap menyebrang. Baru saja Agam melangkahkan kakinya ke jalanan, seseorang entah dari mana tiba-tiba saja menubruk pria itu. Membuat dia jatuh ke aspal dengan tidak indahnya.
Agam jelas kesal dengan penabrak tersebut, apalagi si penabrak tidak ada niatan membantunya sama sekali. Melirik saja tidak, malah berlari setelah mengucapkan maaf seadanya.
Beruntung penabraknya seorang perempuan.
Setelah menjawab seorang pejalan kaki yang mempertanyakan kondisinya. Agam terus memperhatikan perempuan yang menabraknya.
Itu Nisrina, kan? Kenapa dia lari-lari kayak dikejar debt collector gitu?
Karena khawatir, Agam memutuskan untuk mengikuti perempuan yang sudah terpaut jarak cukup jauh dengannya.
Untungnya Nisrina memakai baju berwarna kuning, cukup mencolok dan memudahkan Agam untuk menemukan jejaknya.
Saat posisinya sudah dekat, Agam melihat Nisrina memeluk seorang laki-laki. Agam mengenalnya, laki-laki itu pacar Nisrina.
Setelah memastikan Nisrina tidak mengalami hal buruk. Agam memutuskan untuk kembali meneruskan niatnya tadi.
Namun, belum sempat membalikan badan. Agam melihat seorang perempuan mendekati dua orang yang sedang berpelukan itu.
Agam dibuat bingung saat menyaksikan ketiga orang tersebut malah diam, saling pandang satu sama lain.
Ini mereka lagi syuting acara Uya Kuya apa gimana, sih?
Melihat ketiga orang tersebut mulai beranjak, Agam pun ikut membalikan badannya menuju kedai.
Saat sampai di halaman kedai. Agam hampir saja ditabrak untuk kedua kalinya oleh seorang perempuan.
Beruntung, perempuan tersebut sempat mengerem dirinya.
Tia terkejut mendapatkan Agam di depannya, hampir ia tabrak. "Gam? Sorry, sorry."
"Lo berdua janjian mau nabrak gue. Apa gimana, sih?" Agam heran, karena dua orang yang saat SMA selalu kemana-mana berdua itu seakan kompak ingin menubruk Agam. Yang satu bahkan sudah.
Agam berdecak melihat Tia yang keheranan. "Sobat lo bahkan nubruk gue, tadi."
Mata Tia membulat mendengar perkataan Agam. "Lo liat, Nisrina? Kemana dia? Hampir ketabrak motor, tadi. Tuh anak main keluar aja dari mobil. Untung lagi diem mobilnya karena macet!"
"Tenang aja, udah sama Ridho, kok."
"Hah?" Tia sangat terkejut. "Ridho?!"
"Eh, nama pacarnya Ridho, kan?" Agam kebingungan melihat reaksi Tia.
Apa pacarnya Nisrina bukan Ridho aja, ya?
Tanpa menjawab pertanyaan Agam, Tia menyeret Agam untuk menunjukan dimana keberadaan Nisrina. Agam pasrah saja karena sudah diseret oleh kekuatan Tia yang muncul tiga kali lebih kuat saat sedang kepepet seperti sekarang. Hal itu membuat Agam batal ke kedai, untuk ketiga kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meant to Be Loved
RomanceNisrina pikir, kepergian Ridho adalah akhir dari segalanya. Ternyata, itu adalah gerbang pembuka untuk kisah-kisah lain yang menantinya di kemudian hari.