The day before…
Adri sudah siap menekan starter mobil saat sebuah getaran ponsel mengalihkan perhatiannya. Setelah menghela napas, Adri memutuskan untuk mengangkat panggilan tersebut.
“Assalamu’alaikum.”
“Waalaikumsalam, A. Lagi apa?”
“Lagi siap-siap mau ke rumah sakit.” Adri berusaha keras menahan suaranya tetap datar supaya tidak menjadi ketus. Fokusnya terbagi saat seseorang mengetuk jendela mobil.
“Dipanggil komandan, urgent.” Ujar rekan satu letting Adri, setelah Ia membuka pintu mobilnya.
“Oh, gitu… A, aku udah—”
“Srin, maaf, aku ada panggilan dari Komandan. Sudah dulu, ya. Wassalamu’alaikum.”
Tanpa menunggu jawaban dari Nisrina, Adri keluar dari mobil, lalu berlari untuk menemui komandannya. Nasib sial menghampiri Adri saat Ia berbelok di tikungan koridor. Dari arah berlawan ada seseorang yang sedang berjalan dan hendak berbelok ke arah Adri, tubrukan pun tidak dapat dihindari.
“Ya ampun. Rusuh banget, Dri.” Arman yang mengekori Adri di belakang langsung menolong ke dua orang tersebut. “Nih, ponsel lo sampe retak gini.” Lanjutnya sambil menyerahkan ponsel Adri yang terlempar sampai ke dekat tempat sampah.
-
Adri tertegun membaca sebuah nama di kartu status pasien yang sedang dipegangnya.
Muhammad Ragam Husein
Ingatannya kembali memutar kejadian kemarin saat laki-laki ini berpelukan dengan Nisrina. Akan tetapi, Adri harus mengesampingkan perasaan pribadinya saat Agam memasuki ruangan dan mulai Ia periksa.
“Jadi terapinya bisa dilakukan sendiri di rumah, Dok?”
“Iya, kamu bisa lakukan TMJ Exercises sendiri. Untuk saat ini, batasi terlebih dahulu gerakan rahang yang berat. Jangan mengonsumsi makanan-makanan keras, kamu juga bisa menggunakan pelindung mulut untuk mencegah menggertakkan gigi saat tidur.”
Agam lega luar biasa karena rahangnya tidak mengalami hal serius. “Terima kasih banyak, Dok. Saya doakan, semoga Dokter dan Nisrina langgeng.” Ujarnya sambil tersenyum.
Adri menaikkan sebelah alisnya saat mendengar ucapan Agam, membuat senyum Agam semakin melebar. “Saya sudah tahu, Dok. Saya ikut senang Nisrina sudah menemukan kebahagiaannya sendiri. Nisrina banyak cerita soal Dokter ke saya. Mungkin Dokter juga sedikit tau tentang saya.”
“Saya lihat kalian berpelukan kemarin.” Ujar Adri berterus terang.
Agam terkejut dan mengerjapkan matanya beberapa kali. “Di pernikahan Tia?” tanya Agam memastikan. “Maaf kalau perbuatan saya kemarin kurang berkenan di hati Dokter. Saya melakukan itu sebagai perpisahan saja. Malam ini saya harus terbang lagi ke Amerika, dan nggak akan pulang dalam waktu dekat. Jadi, saya pasti akan merindukan Nisrina lagi.”
“As a friend, Dok. Tenang aja.” Lanjut Agam sambil terkekeh saat tatapan Adri berubah tajam.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Meant to Be Loved
DragosteNisrina pikir, kepergian Ridho adalah akhir dari segalanya. Ternyata, itu adalah gerbang pembuka untuk kisah-kisah lain yang menantinya di kemudian hari.