Saatnya

435 47 0
                                    

Seperti menjadi Iron Man rasanya, saat aku menemukan Fania di rumah Agam keesokan harinya. Fania langsung pamit pulang begitu aku tiba.

Setelah mobil Fania meninggalkan halaman rumah, aku kembali mendorong Agam untuk masuk ke rumah.

"Fania dateng ke sini buat minta maaf lagi, ngerasa nggak enak liat Abang babak belur gara-gara mantan suaminya." Bunda bercerita saat kami duduk berdua di meja makan. Agam sedang tiduran di kamar, sedangkan Syifa sedang mengerjakan tugas sekolah.

"Ini tuh bukan pertama kalinya Agam bantuin Fania gini, Bun." Bunda Sofja terkejut mendengar ucapanku.

"Oh, iya? Kapan memang?"

"Tahun lalu, dua bulanan sebelum aku launching komik. Waktu itu Fania belum cerai sama suaminya." Jawabku.

"Ya Allah." Bunda Sofja memegang tanganku di meja.

"Neng Srin tau kalau Fania mantan pacarnya Abang?" Aku tertegun mendengar pertanyaan Bunda Sofja.

"Tau, Bun."

"Maaf, ya, Bang Agam bikin khawatir. Abang itu nggak suka kalau lihat perempuan dikasarin. Mantan suaminya Fania itu abusive, makanya Fania milih cerai. Kasihan dia, orang tuanya Fania juga terpukul begitu tahu laki-laki yang dijodohin sama anaknya sekasar itu." Mataku membesar begitu mengetahui fakta Fania menikah karena dijodohkan.

-

Sudah seminggu berlalu sejak obrolan aku dengan Bunda Sofja.

Saat di rumah sakit, aku masih bisa merasa besar kepala di hadapan Fania. Setelah mendengar cerita dari Bunda, keberanianku menguap entah kemana. Apalagi, seminggu ini Agam tidak mengabariku sama sekali. Aku juga merasa takut untuk mendatangi Agam.

Perkataan Mona di mobil waktu itu membuat pikiranku semakin kalut. Mona bilang, dia sepupu Fania. Mona sering dicurhati perihal Agam semasa masih pacaran dulu. Selama enam tahun, Agam dan Fania backstreet dari keluarga Fania. Nahasnya, saat Agam menampakan diri di keluarga Fania, Ayah Fania menolak Agam karena sudah memiliki calon untuk putrinya. Agam sempat memperjuangkan cintanya pada Fania, sebelum menyerah saat tanggal pernikahan Fania dan laki-laki itu sudah ditentukan.

Rasa sakit saat Agam memeluk Fania muncul lagi. Aku takut Agam kembali pada Fania. Waktu itu Agam bilang nggak mungkin karena Fania sudah bersuami. Sekarang, setelah perceraian Fania, semua menjadi mungkin, kan?

Rintik hujan mulai terdengar di luar. Sekarang masih pukul 2 malam, keinginan untuk menutup mata entah pergi kemana. Akhirnya aku memutuskan untuk membuat coklat panas di dapur.

"Srin?" aku terlonjak saat mendengar sebuah suara memanggilku. "Kamu belum tidur, ya?" Mami berjalan menghampiriku yang duduk di kursi meja bar.

"Kelihatan ya, Mi?" aku bertanya sambil nyengir, membuat Mami menepuk pipiku.

"Coba deh ngaca, lihat sendiri itu mata kamu gimana."

Mami berkata sambil membawa dua gelas mug, kemudian duduk di sampingku. "Mami mau, airnya cukup buat dua?"

"Cukup, Mi." aku mencabut colokan listrik, kemudian menuang air panas ke dalam mug yang sudah berisi bubuk coklat.

"Jadi, ada apa, Nak?" Mami bertanya setelah coklat panas berada di tangan kami masing-masing.

"Hmm... Mami... pernah patah hati, nggak?"
Mami tertawa kecil mendengar pertanyaanku.

"Pernah, dong. Mami juga pernah muda seperti kamu."

"Jadi, sebelum sama Papi pernah pacaran dulu sama yang lain?" Aku bertanya lagi.

"Iya." Jawab Mami sambil mengangguk, kemudian mata Mami seperti mengenang sesuatu. "Waktu SMA, Mami pacaran sama yang udah kuliah selama setahun. Diputusin waktu kelas 3 karena dia kepincut sama model. Mami sakit hati sampe males buat buka hati. Tapi, kamu tau nggak hikmahnya apa?" Mami bertanya sambil merangkulku.

Meant to Be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang