Acara pengumuman pemenang lomba membuat komik akan dilaksanakan di perpustakaan Kota, minggu depan. Hal itu bertepatan dengan puncak hari ulang tahun perpustakaan. Setiap tahunnya, perpustakaan tersebut selalu mengadakan berbagai event yang berlangsung selama sepekan.
Tahun ini, salah satu event yang turut memeriahkannya yaitu lomba membuat komik ini. Kebetulan, panitia penyelenggara acara HUT Perpustakaan menunjuk Parama Pustaka sebagai partner dalam penilaian komik.
Tugasku beserta 3 juri lainnya sudah selesai sejak kemarin sore. Jadi, aku memiliki waktu luang selama satu minggu.
Bucket list-ku —hasil browsing dan rekomendasi dari rekan-rekan di sini— untuk menjelajahi Kota ini cukup panjang. Dan… akan dimulai sore nanti.
Sejak pagi tadi sampai siang ini aku masih menikmati kenikmatan rebahan di kasur yang sudah aku tempati selama dua minggu ini.
Kesibukan selama dua minggu ini sangat aku syukuri, karena berhasil mengalihkan pikiranku yang kalut pasca kejadian di mall itu.
Selama dua minggu ini, aku memutus kontak dari Agam. Lebih tepatnya, aku belum siap mendengar penjelasannya atas kejadian waktu itu. Aku hanya takut, kalau ternyata seluruh dugaanku terbukti benar.
Ponsel yang baru kubeli dua minggu lalu —ponsel lama aku simpan di rumah— berdering menunjukan panggilan grup dari Mami dan Papi.
“Assalamu’alaikum…” sapaanku dijawab kompak oleh Mami dan Papi. Mami dan Papi tampak berada di ruangan kerja masing-masing.
“Itu rambutnya kenapa awut-awutan begitu?”
Pertanyaan Mami membuatku mencari kaca untuk melihat rambutku yang ternyata memang benar kata Mami, awut-awutan.“Srin mau dikepang, Mi. Tapi malah jadi kaya gini.” Ucapku masih sambil melihat bayanganku di kaca.
“Memangnya kenapa mau dikepang?” sekarang giliran Papi yang bertanya.
“Panas di sini, Pi. Biar singset.”
“Udah makan siang belum? Jangan sampai kelewat, ya.”
“Ini Srin mau ke restoran, makan siang sama panitia.”
Panggilan video terus berlangsung sampai aku selesai bersiap berbarengan dengan selesainya jam isoma Mami Papi. Kemudian, kami mengakhiri sambungan karena Mami dan Papi harus melanjutkan aktivitasnya.
Setelah puas dengan rambutku yang kini pasrah hanya diikat satu di belakang —ala ekor kuda—, aku mulai memesan ojol yang akan menghantarku ke tempat makan.
Makan siang kali ini dipenuhi oleh canda-tawa dari rombongan kami. Aku sangat senang berkenalan dengan orang-orang baru dari berbagai kalangan ini.
Mereka tidak ragu untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman masing-masing. Di antara ketiga juri lainnya, aku yang paling muda. Tetapi, mereka dengan senang hati merangkulku yang junior dan masih minim pengalaman ini.
-
Sore ini aku memulai salah satu list-ku, yaitu memancing ikan. Banyak yang bilang kalau memancing ikan itu banyak gabutnya. Tapi, bagiku memancing itu sangat menyenangkan.
Kakekku yang mengenalkan dunia mancing padaku. Setiap liburan di rumah Kakek, beliau selalu membawaku ke tempat pemancingan. Semenjak Kakek meninggal, aku sudah tidak pernah memegang pancingan lagi.
Saat mengetahui di dekat tempatku menginap ada tempat pemancingan besar, aku langsung memasukan memancing di daftar teratasku.
Aku juga pernah membaca manfaat memancing bagi kesehatan. Health Fitness Revolution menyebutkan ada lima, diantaranya :
1. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh;
2. Meningkatkan kesehatan kardiovaskular;
3. Meningkatkan keseimbangan;
4. Meningkatkan kekuatan; dan
5. Memberikan efek relaksasi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Meant to Be Loved
RomanceNisrina pikir, kepergian Ridho adalah akhir dari segalanya. Ternyata, itu adalah gerbang pembuka untuk kisah-kisah lain yang menantinya di kemudian hari.