Yesterday is history, tomorrow is a mystery, but today is a gift. That is way it is called a present. Begitulah kalimat dari Master Oogway di film Kungfu Panda yang menginspirasi banyak orang di dunia. Salah satunya, aku.
Kurang lebih maksudnya begini, kemarin adalah sejarah, besok adalah sebuah misteri, tapi hari ini adalah anugerah. Hal yang sudah terjadi biarkanlah berlalu, kita bisa menjadikannya sebagai pelajaran untuk berbuat lebih baik di masa depan. Untuk hari esok, kita tidak perlu berlari untuk mengejarnya, hanya perlu menyelesaikan hari ini dengan perlahan, dan mempercayai bahwa hari ini adalah anugerah.
Saat melihat anak-anak Rumah Singgah yang tertawa dan berlarian kesana-kemari. Aku merasa sangat bersyukur. Mereka datang dengan cerita masa lalu yang membuat hati kita teriris saat mendengarnya.
Walaupun tidak tahu dengan apa yang akan dilalui di masa depan, mereka tetap menjalani hari ini dengan sepenuh hati, mensyukuri segala nikmat yang telah dianugerahkan pada mereka.
Hari ini, tepat tiga tahun peresmian Rumah Singgah. Sebagai perayaannya, Surya, sebagai founder, mengajak seluruh bagian dari Rumah Singgah melakukan outbound di Lembang. Tentunya, hal ini disambut dengan sukacita oleh anak-anak, termasuk aku. Kami sangat bersemangat menikmati berbagai fasilitas yang tersedia, mulai dari flying fox, paintball, berbagai wahana jembatan, permainan tradisional, serta ATV.
Setelah puas bermain, kami diboyong ke restoran untuk menyantap makan siang yang sedikit terlambat. Aku sangat terkejut mendapati Agam sedang duduk di salah satu meja, di hadapannya ada kopi yang sudah tinggal separuh.
"Pangeran lo dateng, tuh." Bisikan Tia tidak aku hiraukan, aku memilih langsung menghampiri meja Agam.
"Kok, nggak bilang, nyusul kesini?" Tanyaku begitu sampai di meja Agam.
"Udah telpon, tapi nggak diangkat." Jawab Agam.
"Aku nggak pegang ponsel, sih, selama main." Jawabanku membuat Agam mengusap puncak kepalaku. Kemudian, Agam berdiri untuk bersalaman dan berkenalan dengan Surya, Kang Dendi dan Mona. Kang Dendi dan Mona itu teman Surya yang membantu mengurus Rumah Singgah.
Setelah mengatur dan memastikan anak-anak mendapatkan makanannya, kami mulai menyantap hidangan.
"Kak, itu pacar lo?" Mona bertanya dengan suara pelan, membuat aku dan Tia berpandangan.
"Hmm..." aku melirik Agam yang duduk di meja sebelah bersama Surya dan Kang Dendi.
"Mereka komitmen, Mon." tanpa aku minta, juru bicaraku sudah angkat suara.
Mona manggut-manggut mendengar jawaban dari Tia. "Kenal dimana?" tanyanya masih dengan suara pelan.
"Kita sekelas waktu SMA." Jawabku.
"Ini kenapa jadi bisik-bisik gini, sih?" Tia mencondongkan badannya ke arahku dan Mona. "Lo kenal Agam, Mon?"
"Oh. Itu-,"
Jrenggg~
Suara petikan gitar membuat kami serempak menoleh ke arah pangung. Disana, Agam sudah duduk di depan standing mic dengan gitar dipangkuannya.
"Halo, semua. Ada seseorang yang berbisik pada saya, dia mengaku pertama kali jatuh cinta ketika melihat saya memainkan gitar. So, this is for you."
KAMU SEDANG MEMBACA
Meant to Be Loved
RomanceNisrina pikir, kepergian Ridho adalah akhir dari segalanya. Ternyata, itu adalah gerbang pembuka untuk kisah-kisah lain yang menantinya di kemudian hari.