Satu hari setelah pernikahan, Nisrina terbangun dengan keadaan tubuh yang berdenyut nyeri. Pantatnya bahkan sudah lebam.
Perempuan itu termenung, memikirkan nasibnya yang malang. Entah bagaimana caranya, kemarin dirinya bisa bertahan berada di pelaminan menyambut tamu-tamu yang datang.
"Srin, kok bangun? Masih sakit?"
Suami Nisrina yang baru keluar dari kamar mandi buru-buru menghampiri Nisrina yang terduduk di atas kasur.
"Sini, aku usap-usap lagi badannya."
Laki-laki itu berbaring, kemudian membawa Nisrina ke dalam pelukannya. Tangannya mengusap-usap punggung Nisrina, berusaha memberi kenyamanan.
Nisrina tahu kalau suaminya merasa sangat bersalah, melihat dirinya kesakitan seperti ini. Walaupun bukan salahnya juga, karena Nisrina sendiri yang melompat dari pangkuan sang suami.
"Maaf ya, Sayang."
Nisrina yang berada dalam pelukan suaminya itu hanya menganggukan kepala setelah mendapatkan kecupan di puncak kepalanya. Perempuan yang baru sehari berstatus sebagai seorang istri itu sedang meresapi kenyamanan yang diberikan oleh suaminya.
Sebuah tangan mulai turun ke pinggang Nisrina, lalu usapannya semakin turun dan berhenti tepat di tempat lebam.
"Kalau aku usap ini. Sakit nggak, Sayang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Meant to Be Loved
RomanceNisrina pikir, kepergian Ridho adalah akhir dari segalanya. Ternyata, itu adalah gerbang pembuka untuk kisah-kisah lain yang menantinya di kemudian hari.