Ada yang suka merasa gugup sebelum berkencan? Kalau iya, itu merupakan efek dari stimulasi adrenaline dan norepinephrin. Hal itu akan ditandai dengan detak jantung lebih cepat dari normal dan tangan akan banyak berkeringat.
Itulah yang aku rasakan saat ini, 5 menit menuju pukul 10 pagi, aku sedang berusaha menormalkan detang jantungku yang tiba-tiba lebih kencang sejak aku selesai bersiap 5 menit yang lalu.
Biasanya, aku tidak segugup ini di kencan sebelumnya. Bahkan dengan Agam, yang notabenenya orang yang aku idamkan dari SMA.
Eh, memangnya ini kencan? Cuma ke opening kafe aja, kan?
Aku sedang mengecek penampilanku sekali lagi di standing mirror ketika pintu kamar diketuk. Bi Atik mengabarkan kalau Adri sudah menunggu di luar.
Okay, Bella! Kencan atau bukan, let’s face it!
Adri sedang menatap taman kecil di depan rumah saat aku sampai di teras. Aku jadi bingung harus menyapanya bagaimana. Kemarin dia minta aku nggak panggil Bapak lagi, kan? Panggil apa, dong? Om?
“Srin?”
“Iya, Om?!” Aku langsung menutup mulut secara dramatis karena refleksku barusan. Sedangkan Adri hanya memandang datar.
Aku buru-buru mengalihkan pandangan dan menegakkan kembali badanku. “Ekhem. Mau.. masuk dulu atau… langsung?” tanyaku kikuk.
Adri tidak langsung menjawab, tapi mengecek jam di tangan kirinya terlebih dahulu. “Langsung aja, biar nyetirnya lebih santai.” Katanya.
“O… kay.”
Aku langsung mengekori Adri menuju mobil yang kemarin malam dia gunakan untuk mengantarku. Padahal aku sudah siap kalau pakai motor. Dress sebetisku tidak terlalu riweuh kalau naik motor juga.
“Kamu suka musik genre apa?” Ardi bertanya setelah menyalakan mesin mobil.
Dia sedang mengotak-atik ponselnya sekarang. “Hmm. Apa aja, sih, selagi masih enak didenger.”
Adri menaikan tatapannya membalas tatapanku. “Keroncong suka berarti, ya?” tanyanya sambil tersenyum.
“Keroncong itu bengawan solo?” tanyaku.
Adri terkekeh mendengar pertanyaanku. “Salah satunya itu, tapi bukan bengawan solo aja, masih banyak lainnya. Salah satunya ini, Oh Kekasihku.” Kemudian mobil melaju.
Pipiku menghangat begitu Adri mengatakan kalimat terakhir sambil menatapku, yang ternyata itu adalah judul lagunya.
Dasar, Bella!
“Kok, bisa suka musik keroncong?” Aku bertanya setelah menetralkan kembali suhu pipiku.
“Hmm… sejak kecil aku udah terbiasa denger aja. Abah suka muter keroncong tiap sore.” Jawab Adri.
Aku manggut-manggut mendengar jawaban Adri. “Kalo almarhum Aki aku suka banget sama Kecapi Suling. Waktu kecil aku suka protes kalo Aki udah nyetel itu.”
Adri terkekeh lagi. “Pasti karena ngerasa bosen, ya?”
Aku menjentikan jari. “Betul. Sekarang, sih, kalo denger, suka kangen Aki. Eh, kalau yang ini judulnya apa?” Aku bertanya saat lagu berganti.
“Ini judunya Mengapa Kau Menangis dari Khairizal Khaidir.”
“Ah… disebutin di awal, ya, ternyata.”
“Iya. Judul lagu-lagu keroncong banyak yang judulnya ada di lirik awal. Kamu kalau mau request lagu boleh.” Kata Adri sambil menolehkan kepalanya saat terhenti di lampu merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meant to Be Loved
RomansaNisrina pikir, kepergian Ridho adalah akhir dari segalanya. Ternyata, itu adalah gerbang pembuka untuk kisah-kisah lain yang menantinya di kemudian hari.