[04]

742 69 18
                                    

Semprotan parfum semerbak begitu harum memenuhi ruangan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semprotan parfum semerbak begitu harum memenuhi ruangan itu. Seorang gadis yang memakai pakaian kodok itu berdiri di depan cermin sambil menghias diri. Rambutnya ia kepang ke belakang supaya lebih rapi.

"Gak nyangka gue kenapa ada cewek secantik ini lahir di dunia."

Setelah merasa tampilannya sudah sempurna ia keluar dari rumahnya untuk pergi ke rumah Sendy, teman dekat sekaligus tetangganya untuk ia suruh mengantarkan ke rumah sakit.

Prinsip Seren: [Kalo masih bisa ngerepotin orang? Kenapa harus ngerepotin diri sendiri? Hehehehe]

Dari jauh Seren bisa melihat Sendy yang sedang mengelap motornya sampai kinclong kayak kepalanya Pak Roni.

"Yailah motor butut kek gitu di elus-elus mulu, kepentok dikit paling lecet," komentar Seren berjalan ke arah Sendy.

"Jadi cewek bacot banget sih lo. Pantesan gak ada yang mau." sahutnya dengan kesal karena motor kesayangannya di ejek.

"Heh, Ngomong apa anda? Tidak bisakah anda melihat cewek secantik dan seseksi ini di depan anda?"

Sendy melirik penampilan Seren yang sangat berbeda dengan biasanya. Gadis itu juga tampak harum dengan parfum yang menyengat di hidungnya.

Gadis itu memakai dress putih panjang. Bukannya terpesona dengan kecantikan temannya justru pandangan Sendy malah menganggap bahwa Seren mirip kuntilanak.

"Eh kuntilanak, mau ngapain lo segala pake baju kayak gini. Kayak cewek aja lo," ucapnya dengan heran.

"Tai lo! Gue kan emang cewek," umpatnya.

Seren mendekatkan kepalanya ke Sendy yang masih menatapnya.

"Gue cantik kan?" tanyanya sambil menaik turunkan alisnya menggoda pria itu karena sedari tadi matanya tidak berkedip.

"Gak, lebih cantikan motor gue sih," jawabnya sambil mengalihkan pandangannya ke motornya.

"Dih. Motor murahan aja dibanggain." jawabnya sambil menendang motor itu. Melihat motor kesayangannya ditendang membuat sang pemilik berdercak kesal.

"Eh anjir, mahal ini ragatannya."

"Bodo amat, sekarang mending lo anterin gue ke rumah sakit."

"Rumah sakit jiwa?" tanya Sendy yang membuat Seren langsung menggeplak kepalanya.

"Rumah sakit yang kemarin, jengukin calon."

"Lo yang mau jengukin kenapa gue yang repot,"

"Ah lo mah sama temen sendiri perhitungan banget, ayo gak pake lama."

Sendy yang tak mau berdiri membuat kaki Seren gatal ingin menendang motornya.

Duag!

"Itu buat penolakan."

Alwafa [END✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang