Obrolan dan canda tawa dua keluarga besar ini sudah terlihat sangat akrab. Keluarga Azizah terus memberi suport agar adik perempuannya terus bersemangat karena final lombanya akan segera terlaksanakan. Dia terpilih tiga besar dan akan mengikuti final lomba hafiz Minggu depan.
Gadis yang masih duduk di bangku SMP itu memang tinggal di pondok pesantren milik Azizah, dan lomba itu juga yang mengusulkan ayah Azizah. Oleh karena itu, ayah Wafa sangat menghormati ayah Azizah. Mereka terlihat seperti saudara sendiri. Sangat akrab.
"Supaya mempererat hubungan saudara di antara keluargaku dan keluargamu bagaimana jika kita besanan? Apa tidak asik itu? Kita menjadi lebih dekat daripada ini hahahaha." kata Ayah Azizah yang diakhiri oleh tawanya, begitu juga semua yang ada disana.
"Uhuk... Uhuk..." Wafa yang sedang fokus menghabiskan makanannya pun tersedak makanannya.
Azizah yang berada di sampingnya langsung segera mengambilkan minuman dan menyerahkannya ke pria itu. Wafa meraihnya dengan segera, dia tersenyum menerima gelas yang diberi Azizah.
"Terimakasih," ucap Wafa berterimakasih karena sudah diambilkan minum.
"Kalo ngomongin besanan sih saya mau aja, tinggal anak-anak nya aja setuju atau tidak. Kalo kata nenek moyang jaman dulu, cinta kan tidak bisa dipaksakan," balas ayah Wafa dengan sedikit bercanda.
Mereka semua menanggapi pembicaraan itu dengan sedikit bercanda. Bagi Wafa, pembicaraan ini sepertinya sudah tidak bercanda lagi. Semua mata tertuju kepada Wafa dan juga Azizah. Azizah hanya bisa menunduk malu sedangkan Wafa hanya diam tak bisa menjawab apa-apa. Sebenarnya dia sudah sangat tidak nyaman berada di sini dari tadi. Sepertinya ayah Azizah selalu memancingnya supaya berdekatan dengan putrinya.
"Wafa, kamu sudah lulus sekolah kan? Jadi kapan kamu berencana akan menikah?" tanya Ayah Azizah, sebut saja Pak Kyai, karena memang dia Kyai di pondok pesantren.
"Kalian ini sangat cocok loh. Ummi sampai gak bisa bayangin bagaimana seandainya Azizah dan Wafa menikah. Pasti akan menjadi pasangan paling romantis," timpal Ummi Azizah sambil tertawa, begitu pun dengan semua yang ada disana. Mereka seakan menyetujuinya termasuk orang tua Wafa. Mereka berdua hanya tersenyum menanggapinya.
"Jadi bagaimana Wafa? Orang tua kamu sudah setuju. Tinggal menunggu keputusanmu. Apakah kamu juga setuju? Kalo setuju, Ummi dan Abahnya Zizah bersedia menanggung semua biaya pernikahan kalian. Dan kamu akan meneruskan pondok pesantren Al-fatah menggantikan Abah, karena Abah yakin kamu adalah satu-satunya laki-laki yang cocok untuk Azizah."
Kali ini memang sudah tidak bercanda. Mereka diam menantikan jawaban laki-laki yang masih diam dalam posisinya. Sungguh, dia bingung harus menjawab apa. Jika menolaknya dia sangat tidak enak dengan Azizah dan orang tuanya karena mereka sudah sangat baik dengan keluarganya. Namun dia juga tidak ingin berbohong untuk menerima perjodohan itu. Memang benar pilihan orang tua tidak pernah salah, tapi dia juga ingin mencari cinta sejatinya sendiri tanpa ada kata perjodohan.
"Sebelumnya saya minta maaf Pak Kyai, Ibu Ningsih. Saya belum mempunyai niat untuk menikah. Saya mau mewujudkan cita-cita saya terlebih dahulu. Setelah cita-cita saya tercapai, saya akan menentukan wanita pilihan saya sendiri. Entah itu Azizah atau orang lain karena masing-masing orang pasti punya pilihannya sendiri." Semuanya disana tampak terkejut dengan jawaban darinya.
"Satu lagi, saya akan menikah dengan uang saya sendiri, saya tidak akan meminta sepeser pun harta dari orang tua saya maupun calon mertua saya. Jadi izinkan saya untuk mewujudkan cita-cita saya terlebih dahulu." Ayah Azizah sedikit tersindir karena tadi dia bilang akan membiayai pernikahan mereka berdua jika mereka setuju.
"Saya salut sama kamu Wafa. Jangan pernah menyerah dalam mewujudkan cita-citamu ya!" Ibunya Azizah tersenyum menatap laki-laki yang berada di samping putrinya itu, namun dia sedikit melirik Azizah yang memasang ekspresi datar.
"Saran Abah, jangan pernah salah memilih wanita! Jangan melihat wanita dari cantiknya saja, lihat wanita dari ibadahnya," kata ayah Azizah sedikit memberi pesan supaya Wafa tidak salah memilih wanita.
Menurutnya, saran itu memang benar. Tapi menurut Umma nya tidak. Wanita itu pernah bilang jika dia tidak boleh memilih-milih wanita. Entah dari segi fisik atau segi apapun itu. Mereka sama-sama manusia, manusia tidak ada yang sempurna dan tidak ada yang berbeda di mata sang pencipta.
Dulu, Ummanya memang tidak pernah beribadah namun sejak bertemu dengan Abah, dia selalu dipaksa dan akhirnya dia menjadi seorang wanita yang sangat ia sanjungi. Seorang ibu yang sholehah dan selalu memberikan jalan di kehidupannya. Dia mau beribadah karena Umma mencintai Abah, dia mau beribadah karena dia mencintai pencipta Abah.
"Jika wanita yang saya cinta lalai dalam ibadahnya, saya yang akan menuntun dan mengajarinya. Itu tugas kepala rumah tangga juga kan? Bukan begitu Umma?" tanya Wafa sambil melirik seorang wanita yang kali ini sedang menunduk. Wanita itu menegakkan badannya kemudian memandang anaknya dengan tersenyum.
"Iya sayang, jangan lihat dari segi apapun. Semua manusia sama, tidak ada yang sempurna selain Allah SWT," balas wanita itu.
Mereka semua terdiam mendengarnya. Azizah tak kuasa menahan air matanya. Gadis itu berusaha mengelap matanya dengan tangan.
"Saya permisi duluan ya Abah, Bu Ningsih, Zah!"
Azizah berdiri dan berlari pergi menuju kamarnya. Wafa mengamati punggung gadis itu. Dia bingung mengapa gadis itu tiba-tiba pergi begitu saja. Apakah yang dia ucapkan barusan salah?
Wafa daritadi terus diam setelah kejadian itu. Orang tuanya juga tampak diam setelah hal itu terjadi. Melihat tatapan mata orangtuanya, sepertinya mereka kecewa dengannya.
"Maaf Umma, Abah karena sudah mengecewakan kalian!"
Mereka berdua menoleh menatap anak laki-lakinya yang seperti sedang ketakutan. Dia menunduk tidak berani menatap orang tuanya.
"Tidak apa-apa, kamu sudah berusaha jujur. Jika kamu menerimanya tapi dengan berbohong. Umma yang kecewa sama kamu." Lagi-lagi Umma terus membuatnya kembali tersenyum.
Wanita itu memeluk Wafa dengan erat, menuangkan bentuk kasih sayang seorang ibu yang sesungguhnya.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Alwafa [END✅]
Teen FictionStart : 14 Desember 2021 Finish : 5 November 2022 "WAFA KALO LO GAK MAU BUKA PINTUNYA GUE BAKALAN TERIAK BUNTING ANAK LO." Bagaimana Jadinya jika gadis bar-bar kesengsem dengan anak ustadz? Serena Natalia, yang Memiliki otak minus dibawah rata-rata...