[42]

455 46 2
                                    

Seren meremas roknya dengan rasa gugup yang luar biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seren meremas roknya dengan rasa gugup yang luar biasa. Umma berdiri di sampingnya dengan wajah yang tenang. Wanita itu mengetuk pintu rumahnya berkali-kali, menunggu untuk dibukakan.

Ceklek!

Seorang pria dengan kursi rodanya mendongak melirik kedua perempuan yang ada di depannya dengan bingung.

"Seren." Suara itu membuat Seren takut. Dia masih menunduk tidak berani berkontak mata dengan ayahnya.

"Seren, Kamu masuk kamar dulu ya! Umma ingin berbicara dengan ayahmu," ucap Umma kepada Seren yang langsung diangguki oleh gadis itu. Seren berlari masuk ke dalam rumahnya untuk menuju ke kamar.

Ayah Seren mengalihkan pandangannya ke arah wanita tinggi yang ada di hadapannya saat ini. Dia bingung dengan apa yang terjadi. Mengapa wanita itu bisa bersama dengan Seren. Itu yang ia pertanyakan.

"Silahkan masuk!" ucap Ayah Seren dengan peka menyuruh Umma untuk masuk.

"Saya Alma, sebelumnya saya pernah bertemu dengan Pak Danu saat pernikahan anda dengan istri anda."

"Ah iya, saya ingat. Anda orang tuanya Alwafa itu kan?" tanya Danu, ayah Seren.

"Benar."

Ayah Seren memang sudah bertemu dengan Wafa dan Umma saat pernikahannya dengan istri barunya saat itu. Karena saat itu Seren sengaja mengundangnya.

"Saya datang kesini untuk meminta maaf karena tadi malam Seren sengaja tidak saya izinkan untuk pulang karena dia mengalami kondisi yang tidak baik."

"Maksud ibu?" tanya Danu dengan penasaran.

"Bapak tau kan kalau di kota ini banyak sekali anak-anak berandal di jalanan?" Danu mengangguk saat mendapat pertanyaan itu.

"Hampir saja, Seren dicelakai oleh mereka sore itu," jawab Umma yang saat itu sedikit membuat Danu terkejut.

"Lalu bagaimana? Bagaimana keadaan Seren?" tanya Danu sambil melirik ke tangga kamar Seren yang berada di lantai dua. Matanya sedikit memasang tampak kekhawatiran mengenai anak perempuan nya itu.

"Alhamdulillah Seren bertemu dengan anak saya yang kebetulan rumah saya juga di daerah sana," balas Umma menjelaskan.

"Saya mohon pengertiannya. Seren itu kan anak perempuan. Seren satu satunya perempuan yang harus di jaga di keluarga bapak. Maaf sebelumnya, saya sudah diceritakan semuanya sama Seren. Saya tau latar belakang keluarga anda seperti apa."

"Bukan maksud saya ikut campur Pak, tapi tindakan anda terhadap Seren itu sudah keterlaluan."

"Saya ikut sakit hati Pak saat Seren menangis di pelukan saya mengadu bahwa dia ditampar oleh ayahnya sendiri..."

Danu tertegun mendengarnya. Dia sedikit merasa bersalah saat itu karena melihat Seren yang langsung pergi dari hadapannya.

"Bahkan suami saya saja tidak pernah sama sekali menampar anak laki-lakinya sendiri. Tapi bapak dengan teganya menampar anak perempuan satu-satunya. Padahal, anak perempuan itu satu-satunya berlian bagi seorang ayah."

Alwafa [END✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang