[19]

456 45 0
                                    

UKK telah usai, ujian kelas 12 juga telah selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

UKK telah usai, ujian kelas 12 juga telah selesai. Ini saatnya Seren ke salon karena dia sudah berjanji jika menang balapan dia akan memotong rambutnya.

Mumpung liburan...

"Mas, potong pendek, jangan terlalu pendek. Sekalian warnain biar tambah cantik dan keren."  Mas-mas berumur 20 tahun itu mengangguk.

"Kalo dilihat-lihat masnya cakep juga," batin Seren sembari sesekali melirik kaca di depannya yang menampakkan mas-mas tukang potong itu sedang fokus menggunting rambutnya.

Seren kadang berfikir sendiri, apakah nanti nya jika dirinya sudah memiliki suami akankah masih kecantol dengan cowok ganteng lagi? Pasalnya setiap kali liat cogan raganya tidak mau menolak untuk mengajaknya berkenalan.

Seren menepuk kepalanya berkali-kali. "Sabar Seren! sabar! Wafa lebih manis," ucapnya berusaha mengalihkan pandangannya ke pria itu.

"Mbak, rambutmu banyak ketombe, ga pernah keramas ya?" tanya pria itu cekikikan yang membuat mata Seren melotot seketika. Gadis itu berdiri dari duduknya kemudian berbalik arah melotot ke arah pria itu.

"Mana ada? Shampo gue itu mahal. Jangan ngawur lo!"

Seren melangkahkan kakinya untuk keluar dari salon itu. Ternyata tidak semua cowok ganteng itu baik. Ternyata ada yang mulutnya lemes. Dia sungguh kesal dengan pria itu.

"Mbak mau kemana? Saya cuman bercanda loh! Baperan amat," ucapnya yang melihat kepergian Seren.

"Gue doain mulut lo ketombean, jadi cowok kok lemes banget punya mulut." 

Awas saja, jika nanti dia ketemu lagi dia akan beri dia pelajaran. Dia sangat tidak suka dengan cowok seperti itu. Bukannya memiliki masalah rambut itu memang hal yang lumprah ya buat tukang salon? Ah sial, kenapa dirinya menjadi kesal setengah mati seperti ini.

Gadis itu menendang kaleng yang ada di depannya dengan keras, meluapkan rasa kesalnya lewat tendangan itu.

Kaleng itu mendarat tepat di kepala seseorang yang ingin menyebrang jalan. Gadis itu menutup mulutnya dengan tangan saat kalengnya salah sasaran.

"Wafa?"

Dari potongan khas rambut nya dia sudah yakin bahwa itu adalah Wafa. Cowok itu meringis sambil mengelus-elus kepalanya.

"Duh, bego banget lo Ser."

Seren berlari kecil menghampiri cowok itu. Cowok itu melirik Seren dengan malas.

"Ada yang lecet? Perlu dibawa ke rumah sakit gak?" tanya Seren sambil membolak-balikkan badan Wafa.
Untung saja cowok itu menggunakan pakaian panjang, jadi mereka tidak akan bersentuhan. 

"Ngaku!"

Seren menyiritkan dahinya bingung dengan apa yang dikatakan Wafa. Dia tidak paham apa maksud cowo itu menyuruhnya untuk ngaku.

"Ngaku apa? Ngakuin pacar kamu?" tanya Seren cengengesan.

"Kamu pake dukun kan? Soalnya setiap saat saya pasti ketemu sama kamu," balasnya yang membuat Seren tertawa.

"Ah itu mah namanya jodoh kali."

"Lebih baik kamu berkaca dulu siapa kamu dan coba perbaiki diri kamu."

Desiran aneh terjadi di lubuk hatinya saat Wafa mengatakan itu. Seren menghentikkan senyumnya berganti dengan tatapan bingung.

"Dan mulai sekarang jauhin saya dan anggap kalo kita tidak pernah kenal!"

Jleb!

Gadis itu menatap kepergian Wafa dalam diam. Dia tidak bisa mengeluarkan kata-kata. Apa barusan dia ditolak? Padahal ini baru permulaan saat dia ingin membuka  hatinya untuk Wafa dengan tulus. Dia sudah yakin bahwa Wafa lah pemenang dari list cobain (cogan baik dan keren) yang ia tulis di bukunya.

Matanya berkaca-kaca saat tubuh pria itu sudah hilang dari pandangannya. Dia mengibaskan tangannya ke wajah.

"Monangis."

•••

Seren kembali dengan wajah yang lesu. Setelah memarkirkan motornya ke dalam bagasi dia masuk ke dalam rumahnya. Dia terkejut saat mendapati ayahnya yang sedang kesusahan untuk menyapu lantai menggunakan kursi roda.

Seren tidak bisa menahan air matanya. Tetes demi tetes mengalir di pipinya. Dia langsung berlari memeluk ayahnya dari belakang.

"Papi jangan ngapa-ngapain! Biar Seren aja yang urus semuanya."

Dulu mereka memperkerjakan ART untuk mengurus rumah. Sekarang, Tante Amira sudah tidak mau lagi memperkerjakan nya. Dia memilih agar semua tanggungan yang ada di rumah ia pasrahkan ke Seren. Alasannya supaya Seren lebih mandiri saja dan tidak bergantung pada ART.

"Kamu kan belum terbiasa mengurus semuanya, jadi papi mohon kamu fokus sekolah aja. Biar papi yang tanggung jawab." Ayahnya mengelus puncak kepala Seren dengan penuh kasih sayang.

Seren menggeleng keras. Dia mengambil sapu itu dari tangan ayahnya. Dia mengelap air matanya dengan kasar. Dia tidak boleh terlihat sedih didepan ayahnya.

"Biar Seren yang lakuin semuanya. Seren kan cewek. Masa cuman nyapu doang gak bisa? Nanti Seren kan juga jadi istri, Pi! Jangan manjain Seren gitu ah." Seren tersenyum berusaha meyakinkan ayahnya bahwa dia bisa menanggung ini semua.

Setelah berhasil menyapu dan mengepel yang membuat hidungnya menjadi gatal karena debu, dia segera pergi ke dapur. Dia berencana ingin memasak.

"Masak apa ya? Gue kan cuman bisa bikin mie."

Seren merogoh kantongnya yang masih terdapat banyak uang hasil balapannya kemarin. Berhubung dirinya sudah jarang makan enak. Dia ingin go food saja.

Setelah semua pekerjaan selesai dia segera kembali ke kamar. Dia terduduk ranjangnya sambil menatap foto yang ia cetak besar di depan kamarnya. Itu adalah foto Wafa dengan kucingnya.

"Memangnya seburuk itukah gue sampe lo minta gue buat jauhin lo?"

"Kenapa rasanya berat ya? Biasanya gue ditolak cowok gak sampe segininya."

"Apa gue benar-benar udah jatuh cinta sama Wafa?"

Bersambung...

Maaf jarang up 😭

Doain semoga kedepannya lancar dan bisa tamatin ini cerita.

Jangan lupa share cerita ke temen-temen kalian ya! Terimakasih sudah mau mampir🥰

Alwafa [END✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang