"Kita pulang ya!"
Wafa menatap Seren dengan tatapan khawatir. Bukan apa-apa. Hanya saja dirinya takut gadis itu akan jatuh sakit karena seragam yang ia kenakan benar-benar basah kuyup.
Seren menggeleng pelan. Sungguh, dia takut gadis itu akan mengalami depresi karena kejadian tadi. Tatapan matanya kosong, seakan sudah tidak ada yang menarik baginya.
"Aku gak mau pulang..." balasnya tanpa mau membalas tatapan Wafa sedikit pun.
"Tapi kamu harus pulang." Wafa tetap memaksa agar gadis itu mau pulang.
"Aku gak mau pulang Wafa! Biarin aja aku disini!" Seren tetap keras kepala tidak mau pulang.
"Seragam kamu basah, kamu harus pulang dan ganti baju. Kamu mau sakit?" tanya Wafa masih menatap Seren dengan tatapan khawatir.
"Mati sekarang pun gue mau, gue udah gak berguna Waf... Gue gak tau harus ngelanjutin hidup gue atau enggak... Gue udah gak punya masa depan..."
Seren mulai meneteskan air matanya lagi. Wafa sedikit tertegun mendengarnya. Dia tidak tau apa yang terjadi dengannya. Ini adalah pertama kalinya mereka bertemu setelah berbulan-bulan lamanya.
"Seren, kamu masih punya mimpi yang harus diwujudkan. Kamu sendiri yang bilang kalau kamu ingin sukses lalu kamu ingin membantu anak-anak yang kurang mampu. Kamu ingat kan?" tanya Wafa berusaha memastikan bahwa gadis itu tidak lupa dengan mimpinya.
"Tapi aku udah gak sekolah Wafa! Aku dikeluarin..."
Wafa tidak bisa berkata apa-apa setelah mendengar jawaban itu. Tatapan matanya masih tertuju ke arah gadis di depannya. Kali ini gadis itu juga menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Aku malu..."
"Aku takut Papi malu punya anak kayak aku..."
"Aku takut untuk pulang..."
Wafa menghela nafasnya panjang. Laki-laki itu tampak memejamkan matanya sejenak. Sungguh, dia tidak tahan saat melihat wanita menangis.
Tangannya menggapai tangan Seren yang sudah terbalut dengan jaketnya. Seren menunduk melihat apa yang akan dilakukan Wafa.
"Seren, kita pulang!"
Seren mendongak lagi menatap Wafa. Tatapan sendu dan senyuman tulus yang mampu membuatnya sedikit merasa tenang. Tatapan mata yang sangat ia rindukan. Senyumnya pun masih sama. Tidak pernah hilang atau pun berubah. Sudah lama ia tidak berjumpa dengan pemilik senyum manis itu.
Seren ingin menjawab pertanyaan itu dengan kata tidak. Dia masih tidak mau untuk pulang.
"Ke rumahku," lanjut Wafa sambil menarik pelan pergelangan tangan Seren.
Wafa akhirnya membawa Seren ke rumahnya. Siapa tau gadis itu akan sedikit lebih tenang jika bertemu dengan Umma. Umma adalah tempat cerita terbaik. Dia sampai tidak sadar jika Umma nya itu memang sangat bijak dalam mengatasi situasi dan kondisi. Permasalahan apa saja kalo sama Umma semuanya akan beres.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alwafa [END✅]
Teen FictionStart : 14 Desember 2021 Finish : 5 November 2022 "WAFA KALO LO GAK MAU BUKA PINTUNYA GUE BAKALAN TERIAK BUNTING ANAK LO." Bagaimana Jadinya jika gadis bar-bar kesengsem dengan anak ustadz? Serena Natalia, yang Memiliki otak minus dibawah rata-rata...