[24]

465 44 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Alby mengunyah mangga muda yang sudah ia bumbui oleh sambel sambil memperhatikan Seren yang tengah berdiri di depan cermin sambil membolak-balikkan tubuhnya saat dia mencoba gamis yang diberi oleh  Nila.

"Gimana gimana By? Gue cantik kan pake gamis ini?" tanya Seren melihatkan penampilannya ke arah cowok yang duduk di ranjangnya.

"Kayak tante-tante," balas Alby dengan malas. Dia masih asik memakan mangga muda hasil colongan dari tetangga sebelah rumah Seren.

"Huft. Lo gak bisa ya sekali aja muji gue cantik?" tanya Seren dengan sinis.

"Gak bisa, kata cantik terlalu bagus buat kelakuan lo yang mirip Dakjal."

Seren mendongakkan kepalanya, dia berbalik arah menghadap ke arah cowok itu dengan pandangan mata lurus tajam.

"Berapa kali gue harus ngasih tau lo kalo di depan gue sekarang ada kaca, lo harus ngaca. Lo sama gue itu gak ada bedanya. Sebelas dua belas, ngerti?" balas Seren sedikit berteriak yang membuat Alby hanya cekikikan tertawa.

"Emangnya itu cewek siapa sih? Baik banget kasih lo baju." tanya Alby penasaran. Karena sedari dia masuk sekolah gadis itu itu tidak pernah dekat dengan seorang wanita apalagi teman wanitanya itu seperti gadis tadi, sangat anggun. Berbanding balik dengan Seren yang kelakuannya mirip cacing kepanasan. Tidak bisa diam dan selalu usil.

"Dia itu Vanila panggilannya Nila, adik kelas kita," balas Seren yang langsung mendapatkan anggukkan mengerti dari cowok di depannya.

"Tau gak By, dia ngajarin gue sholat. Dia juga yang ngajarin gue hafalan doa-doa," ungkap Seren yang membuat Alby langsung melirik gadis yang membelakangi dirinya. Dia bisa melihat dari kaca cermin gadis itu sedang malu-malu saat mengatakan itu.

"Demam lo?" tanya Alby balik yang membuat Seren mendenguskan nafasnya kesal.

"Ish gue serius."

"Sejak kapan lo belajar sholat?" tanya Alby lagi.

"Lo gak percaya kalo gue udah bisa sholat? Mau gue bacain niat sholat sampai selesai sholat?" tawar Seren berusaha membuat cowok itu mempercayai nya.

"Gak usah. Gue udah tau kali kalo cuman bacaan sholat. Lo pikir berandalan kayak gue gak sholat? Sholat itu wajib. Gue juga tau itu."

"Senakal apapun gue, gue gak akan pernah ninggalin sholat."

Seren terdiam cukup lama. Alby yang cowok saja sholat, masa sebagai cewek dia tidak sholat. Gadis itu merasa berdosa sekali telah meninggalkan sholat selama enam belas tahun lamanya. Dia tidak menyadari bahwa teman-temannya yang mungkin bisa dibilang berandalan itu ternyata banyak yang sholat. Namun tidak diumbar saja. Seperti Fatur kemarin. Dan sekarang Alby mengakui bahwa dirinya juga sholat. Jadi selama ini dia yang tidak sholat sendiri?

"Kenapa lo diem? Gak percaya?"

"Agak kaget sih denger lo ngomong gini."

"Gue yang kaget denger lo belajar sholat."

"Iya dong, sholat itu sekarang udah jadi kebiasaan gue. Itu semua berkat Nila."

"Kayaknya gue pernah liat itu cewek deh. Tapi dimana ya?" Alby tampak berfikir. Dia seperti pernah melihat cewek itu sebelumnya tapi dia lupa dimana mereka bertemu.

"Dia anak kelas 10 IPA 1, dia sering di-bully sama temen sekelasnya. Dia gak punya temen. Dia dikucilkan sama temen-temen nya."

Mendengar cerita Seren membuat pikirannya melayang jauh sewaktu dia tidak sengaja mendengar adik kelas sedang bergerombol merencanakan sesuatu di roftop sekolah, mereka berencana akan mencegat seseorang pulang sekolah. Alby yang penasaran pun mencari tau siapa orang itu. Ternyata mereka berencana akan mengerjai teman sekelasnya.

Dia tidak habis pikir. Bagaimana pola pikir mereka. Bisa-bisanya membully teman sendiri. Padahal mereka sama-sama perempuan.

Alby menggagalkan rencana itu dengan cara mengajak pulang bareng  cewek itu. Ia menjejeri gadis itu supaya teman-temannya itu berfikir dua kali untuk mengerjai temannya karena ada kakak kelas yang berjalan di sampingnya.

"Kapan-kapan lo harus bantuin gue bikin perhitungan sama temen sekelasnya. Bisa-bisanya Nila sebaik itu dibully habis-habisan."

"Gue bakal bikin perhitungan sama temen-temen nya. Pasrahin aja sama gue! Semuanya beres," balas Alby dengan yakin.

🍥🍥🍥

Hari ini aku bertemu lagi dengannya.
Namun kali ini kami sudah berkontak fisik melalui mata dan mulut. Tidak, bukan hanya itu saja. Dia juga tidak sengaja memegang kedua bahuku.

Gadis berhijab Rabbani yang sedang duduk di meja belajar itu mencoret-coret kertas yang baru saja dia tulis. Dia tidak kepikiran akan  menulis itu.

"Plis jangan suka sama cowok. Jaga mata... Jaga mata..."

"Lupain!"

"Anak bunda lagi jatuh cinta ya?"

Nila terkejut bukan main. Tiba-tiba saja seorang wanita paruh baya berdiri di belakangnya, tengah melihatnya menulis sesuatu yang memalukan. Dia segera menutup buku diary nya dengan cepat yang membuat paruh baya itu tersenyum mengelus puncak kepala malaikat kecilnya itu.

"Astagfirullahalazim maafin Nila bunda. Nila gak akan pacaran kok. Nila bakalan jaga mata. Bunda jangan marah ya?"

"Gak sayang, bunda gak marah. Menyukai itu wajar kok. Pasti semua orang pernah mengalami. Yang pasti Nila harus tau batasan. Jangan mendekati zina." Nila mengangguk mengerti.

Bersambung...

Alwafa [END✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang