[43]

494 42 8
                                    

Kling!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kling!

Suara notifikasi line masuk. Gadis itu dengan cepat melihatnya. Dia baru saja bangun tidur. Mungkin karena kelelahan dia sampai tidak sadar bahwa jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.

From Calon Imam:
saya tunggu di dekat Danau

Seren terpelonjak kaget melihat notifikasi itu. Dia berdiri sambil memandang cermin yang ada di depannya. Dia membolak-balikan badannya. Rambutnya berantakan, baju piyama yang sangat kumuh.

"Seperti gembel."

Dia mengendus-endus bau badan yang juga cukup menyengat ke rongga pernafasan. Sepertinya dia harus mandi untuk hari ini.

Gadis itu berjalan untuk pergi ke kamar mandi. Namun tidak jadi, dia memilih untuk menghentikan langkahnya dan berbalik badan ingin kembali ke kamar.

"Seren."

Suara berat laki-laki yang menghampiri dirinya menggunakan kursi roda tersebut terdengar sangat jelas. Ini masih terlalu pagi untuk mendapatkan kata-kata menyakitkan.

"Kamu tadi dicariin sama Alwafa. Katanya ditunggu di dekat danau," ucapnya yang kali ini membuatnya terdiam sejenak. Apakah ayahnya tidak memarahinya lagi?

Melihat putrinya itu tidak menjawab membuat Danu menghembuskan nafasnya.

"Maafkan Papi atas semua kesalahan Papi. Papi bukanlah ayah yang baik buat kamu. Tapi, kamu adalah putri terbaik untuk Papi. Kamu adalah anugerah tuhan terbaik. Maafkan Papi ya nak!" Ucapan itu membuat Seren sedikit terkejut. Dia pelan-pelan berbalik arah memandang ayahnya yang tampak menunduk bersalah.

"Papi..." Seren ingin memeluk tubuh pria itu namun tangannya di tahan oleh pria itu.

"Nanti kita bicarakan lagi, lebih baik kamu mandi dan segeralah temui kekasihmu itu." Dia tau siapa yang dimaksud oleh ayahnya. Pasti, Wafa.

"Papi! Dia bukan kekasih Seren," balasnya yang membuat
Danu terkekeh.

"Bukankah dulu kamu bilang dia adalah calon mantunya Papi?" tanyanya yang membuat Seren malu sendiri.

"Itu kan dulu."

"Kalo sekarang juga boleh kok."

"Aku mandi dulu!"

Seren segera melangkahkan kakinya untuk masuk ke kamar mandi. Danu menggelengkan kepalanya geli melihat tingkah putrinya itu.

Setelah mandi dia segera mengeringkan rambutnya dan sesekali bersenandung kecil. Saat dia ingin mencari baju ayahnya lebih dulu masuk ke dalam kamarnya. Pria itu menyerahkan sebuah dress putih.

"Pake ini! Ini adalah baju kesayangan almarhum ibumu. Pasti kamu cantik banget pake ini."

Seren membulatkan matanya tidak percaya. Gadis itu langsung meraih dress berwarna putih itu dengan tersenyum sendu. Dia ingin menangis lagi. Tapi ini bukan saatnya. Air matanya sudah cukup kering untuk ia gunakan lagi.

Alwafa [END✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang