[27]

471 46 3
                                    

Brak!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brak!

Seren membuka pintu kamarnya dengan keras. Ia langsung berlari menuju tempat tidur sambil membuang tas nya ke sembarang arah. Gadis itu membaringkan tubuhnya di kasur dengan muka yang sudah merah padam.

"ARKHH GAK KUAT GANTENG BANGET," teriaknya sambil menenggelamkan wajahnya ke dalam bantal.

Gadis itu membuang bantal nya dan tersenyum manatap langit-langit kamarnya. Hampir saja dirinya tak bisa mengontrol mulutnya. Setelan peci dan baju kokoh tadi seakan membuatnya ingin berteriak kencang namun ia tahan. Dia berusaha untuk menjadi wanita feminim seperti yang diusulkan oleh Nila.

Drttt... Drttt....

Suara telepon berbunyi membuatnya sedikit melirik handphone yang sudah sedikit pecah. Yah, dia beli handphone bekas untuk mengganti handphone nya.

Foto profil Ultraman yang menunjukkan jari tengah itu sudah menjadi ciri khas temannya. Dia sudah tau tanpa membaca namanya bahwa orang yang meneleponnya adalah Alby.

Dia segera mengangkatnya dengan malas. Sungguh, Alby ini kalau nelpon tidak tau kondisi, lagi bucin-bucinnya juga malah diganggu.

"Halo By? Ngapain lo telepon gue? Kangen lo?"

"Najis banget kangenin lo, gue cuman mau nanya aja, besok lo berangkat sekolah gak?" tanyanya.

"Ya berangkat lah. Pertama masuk jadi kakak kelas masa gak berangkat sih, kan mau nyari dekkel."

Yah, besok adalah hari pertama dia menjadi kakak kelas, yaitu kelas 12. Dimana dirinya akan leluasa bergerak dan tidak ada yang mengomentarinya. OSIS-OSIS di kelas 12 seperti Kartika sudah lulus. Tapi rasanya dia belum puas menghajar cewek itu. Lima puluh persen dia senang karena cewek itu lulus, lima puluh persennya lagi dia tidak rela karena belum puas menghajar cewek itu.

Soal Adit, dia sudah jarang sekali bertemu dengannya. Dia juga tidak peduli lagi dengan cowok itu. Bisa dibilang hubungan mereka sedikit renggang gara-gara permasalahan Kartika sewaktu itu.

"Mata lo perlu gue congkel deh rasanya biar gak kegatelan jadi cewek."

"Astagfirullah gue itu gak gatel, ini namanya hobi. Hobi gue cari cogan," balas Seren.

"Besok gue jemput lo!" Seren sempat terkejut mendengarnya. Tidak, ini bukan Alby yang dia kenal. Alby yang dia kenal itu pemalas. Bahkan ia suruh antar ke koperasi buat beli pensil saja gak mau. Eh ini malah menawarkan diri.

"Ada maksud apa nih tumben-tumbenan mau jemput gue? Ah gue tau, lo pasti mau tinggalin gue di jalan biar gak sekolah kan?" tuduh Seren yang membuat Alby mendenguskan nafasnya.

"Seudzon banget lo jadi cewek. Udah, ngikut aja kenapa sih?"

"Tapi lo gak minta bayaran kan?" tanya Seren.

"Gak santai ae."

"Yaudah oke, Mayan lah gak buang-buang tenaga sama bensin. Ada ojek baru sekarang."

"Matamu ojek!" balas Alby sedikit kesal yang kemudian tertawa menggiringi tawa Seren.

Alwafa [END✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang