-Jika ada orang yang menghina kamu, jangan terburu buru menyangkal pernyataan mereka. Sepertinya mereka benar- Quotes of the day-
________________________________________
Pagi hari telah tiba, sinar matahari menerangi kamar melalui ventilasi jendela kamar yang tertutup gorden. Kamar yang berbau khas mint serta terlihat begitu rapi kecuali tempat tidur.
Bibir Zee menyecap nyecap seperti yang sedang berciuman tapi nyatanya tidak. Karna ia sedang bermimpi ++ yang diberikan oleh sistemnya sebagai ganti hadiah misinya yang kemaren.
Mengeliat tak nyaman karna merasakan sesuatu dikakinya. Zee dengan mata yang masih menutup segera ia bangkit lalu duduk. Matanya ia paksakan untuk terbuka walau masih terasa mengantuk.
"HUWAA... ADA OM PEDOPHILE!." triak Zee diruangan yang kedap suara, nyawanya yang tadi belum terkempul sekarang dengan energy berteriak lantang bahkan pemuda yang disangka pedophile sudah bangun dengan keadaan linglung.
Seakan tersadar dari linglungnya ia membekap mulut Zee agar tak berisik. Memeluk Zee dari belakang menyalurkan rasa hangat, dagunya ia tumpukan dibahu Zee.
"Ssst... Ini abang." bisik Bara dengan suara beratnya. Memalingkan mukanya kesamping dan benar ternyata itu abangnya yang dikira om karna memeluk kakinya.
"Tapi kenapa abang mirip om? Umur abang berapa sih?." tanya Zee penasaran berapa umur abangnya. Bara yang mendengar itu langsung mendatarkan ekspresinya. Sepertinya, ia tertekan.
"Abang itu ganteng nggak mungkin mirip om om trus umur abang 19thn." jawabnya dengan menyugar rambutnya kebelakang sambil mencopoti kancing bajunya dan menampakan roti sobek yang menggoda.
"Dan kalau abang om om trus Daddy yang umurnya 35thn dipanggil apa? Leluhur." lanjutnya. Zee yang mendengar itu sontak tertawa terbahak bahak. Benar juga yah apa kata abangnya ini.
"Mandi bareng yuk!." ajak Bara yang langsung dilempari senyum mesum ala Zee. Tangan kekar Bara mengulur meraih tangan Zee yang putih begitu cantik.
Belum selangkah maju tapi Zee sudah ditarik kesamping kepelukan seorang pemuda. Dengan erat pemuda itu merangkul bahu Zee. Tatapan dingin didapati Zee, firasatnya mengatakan kalau ada hal buruk yang akan terjadi.
Mundur selangkah demi selangkah, akhirnya Zee bisa lepas dari pelukan erat pemuda yang diyakini salah satu tunangannya yaitu, Gabriel. Kalau Zee disana terus bisa saja ia akan mati kedinginan.
Menghembuskan nafasnya lega kala dirinya sudah keluar dari kamar Bara meninggalkan kedua pemuda yang tak menyadarinya pergi. Zee dengan langkah malas langsung masuk kekamarnya melakukan ritual paginya.
Disisi kedua pemuda. Gabriel dan Bara sama sama memasang wajah dingin serta tatapan tajam yang menusuk bahkan cicak pun hampir kehabisan nafas karna tak kuasa menahan dinginnya kamar. Sepertinya, cicak tersebut butuh oksigen pernafasan kebetulan sekali ada cicak wanita lantas cicak wanita tersebut menghampiri dan memberi oksigen dengan menciumnya.
"Nggak usah nyesatin Zee!." ucapnya dengan nada dingin. Zee tidak diajarkan saja sudah sesat apalagi kalau diajarkan ya tambah sesat. Tanpa memperdulikan ucapan Gabriel, Bara pergi kekamar mandi sebelum itu ia sempat memberikan tatapan mengejek.
"Gue jual baru tau rasa lo. Lebih baik gue ke Zee buat pamitan sama my future wife." ucapnya dengan nada semangat serta berlari pergi menghampiri Zee. Membuka knop pintu kamar mandi, Bara menyembulkan kepalanya dipastikan bahwa kamarnya sudah sepi atau belum.
Sesampainya Gabriel dikamar Zee, ia mengacak acak rambutnya, mencopot dasi kerjanya serta membuka tiga kancing kemejanya itu ia lakukan agar bisa berduaan dengan Zee. Membuka knop pintu kamar Zee lalu melangkahkan kakinya menuju Zee yang tengah mencepol rambutnya asal tapi dimatanya Zee begitu sexy.
Menghampiri Zee lalu mencium pipi kanannya setelah itu ia memeluk Zee dari belakang. Tentu saja Zee terkejut akan tindakan Gabriel yang tak seperti biasanya. Ia biasanya hanya mencium lalu berangkat kekantor.
"Zee pakein aku dasi!." pinta El dengan bumbu merenggek seperti bayi kelaparan. Sontak Zee memutar badanya kebelakang menghadap El yang berantakan dimatanya. El menyengir lucu kala Zee mencubit hidungnya.
Zee memakaikan dasi El dengan telaten. Gini gini zee pernah jadi tukang kebun loh jadinya ia bisa tau cara memakaikan dasi.
"Sisirin rambut aku juga." pinta El dengan tersenyum manis membuat ketampanannya berkali kali lipat dari biasanya. Zee mengganguk, selesai sudah ia memakaikan dasi ke El kini ia mengambil sisir yang sering ia gunakan. Raut wajahnya terlihat serius kala Zee menyisir rambut tebal nan wangi milik Gabriel sesekali juga ia mencium rambut El.
"Pasangin kancing juga!." matanya sontak melihat tiga kancing El yang terbuka. Menghirup dan menghembuskan nafasnya pelan, ingatkan Zee untuk tak mengrepe grepe tunangannya itu.
Tangan Zee bergemetar bukan karna takut tapi takut khilaf memperjaka El. El nampak menyeringai tipis kala melihat gelagat Zee seperti menahan sesuatu. Satu persatu Zee sudah berhasil mengancingi kemeja putih milik El.
Menarik tengkuk Zee guna mendekat kearah wajahnya, semakin dekat dapat Zee rasakan nafas yang berbau mint menyeruak masuk dihidungnya. Bibir El menempel dibibir Zee yang merah semerah cherry.
"WOY SEKOLAH!!."
Belum sempat El melumat bibir Zee tapi sudah dikagetkan dengan suara keras dari Ardi dan Abi membuatnya berdecak kesal, gagal sudah tak mendapat morning kiss dari tunangan tercinta.
___________
Penulis:NVL.EL
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Zee [END]
FantasyBagaimana jadi nya kalau kita bertransmigrasi ke dunia novel? Dan juga ditemani oleh sistem yang kadang menyebalkan! OH NO!! Apalagi menjadi GEMBEL!!!. [ Bukan lapak untuk anak kecil segera menjauhlah jika masih dibawah umur, saya takut kepolosan an...