"Eungh." lenguh Zee seraya terbangun dari tidurnya. Kedua tangannya meraba raba bagian kiri dan kanan tapi ia tak merasakan sebuah badan seseorang tapi yang ia rasa adalah sebuah kotak dengan pita. Ia bangun dari tidurnya sambil menoleh kesamping.
"Kotak?." ucapnya sambil mengambil kotak tersebut. Perlahan tapi pasti, ia mulai membuka kotak tersebut dan memperlihatkan sebuah kertas putih dengan bertuliskan.
"Cantik!. Jangan lupa dipakai, 'ya?!
Sekarang!!.""Hm. sekarang, 'ya?." tanpa waktu lama ia mengambil dres putih panjang dengan pita berwarna merah dibagian pingang serta beberapa berlian kecil diatas dada dan dibawah lutut. Zee memakai dres tersebut dengan pikiran melayang kemana mana.
Setelah selesai memakai dres dan bercermin menampakan dirinya yang begitu cantik lalu pandangan matanya tak sengaja melihat benang merah panjang mengikat dicermin dan menuju kepintu. Seperti tak terputus.
Zee mulai memegang benang tersebut dan mengikuti arah benang merah. Dibukanya pintu kamar dan mulai berjalan mengikuti benang yang mungkin tak ada habisnya. Zee berhenti disebuah meja kecil dengan vas bunga disampingnya, ia heran mengapa ada begitu banyak permen disebuah keranjang yang cukup besar.
"Makanlah permen itu. Semoga masih tetap hidup!. Canda sayang~."
"Mmhh. Manis." komennya saat Zee memakan satu buah permen dan ia mendapatkan permen manis, mungkin ini keberuntungannya. Sedang asik asiknya memakan permen, Zee tak sengaja melihat kertas. Diambilnya kertas tersebut dengan rasa penasaran.
"Berjalanlah kearah pintu samping."
"Pintu samping?." katanya sembari tersentak kaget kala mendapati sebuah benang merah panjang mengarah ke pintu samping seperti tulisan yang tadi. Diikutinya lagi dengan berlari pelan. Rasa penasarannya semakin tinggi karna mendapati kejutan kejutan tak terduga.
Sesampainya, ia dipintu samping. Dirinya dibuat bingung, kenapa ada labirin? Disaat itulah ia merasa bahwa apakah benar ini rumah keluarga baskara, seingatnya disini tak ada labirin apalagi labirin ini terbuat dari tanaman hijau tapi tak urung dia juga terus mengikuti benang merah tersebut sampai masuk kedalam labirin.
Ia berbelok kesamping kiri dan terus berjalan tanpa henti. Langkahnya kini berhenti kala melihat meja bundar kecil dan satu kursi yang diisi oleh seorang pemuda dengan setelan jas hitam dan dilapisi kemeja putih serta saku bagian depan diisi dengan bunga mawar, terlihat gagah dan tampan!. Dia, Varo.
"Varo!." pangil Zee sambil berjalan mendekat kearah Varo yang memasang senyum manis dan memegang satu botol minuman serta kertas putih ditangan kanan dan kiri. Jujur saja, dirinya sangat terpesona kepada Zee yang begitu cantik bahkan mengalahkan para perempuan diluaran sana.
Varo memberikan kertas putih itu kepada Zee dan diterima baik oleh Zee. Walaupun ia masih bingung sekaligus penasaran dengan isi kertas yang dipegangnya saat ini. Perlahan lahan ia mulai membuka kertas itu dan membacanya seketika raut wajahnya menjadi datar.
"Minumlah air itu agar kau masih bisa bernafas."
"Apa yang terjadi? Bagaimana bisa ada labirin disi---." ucapnya dengan nada sangat penasaran. Tangan Varo terangkat dan menempel dibibir merah Zee sambil tersenyum.
"Sstt.. Mending kamu ikut aku aja, yuk!." ucapnya dan mulai memasangkan kain hitam dan menutup mata Zee. Varo menuntun Zee dengan menggengam tangan Zee erat dan mulai melangkahkan kakinya kedalam labirin.
Langkah Varo terhenti dan Zee pun ikut berhenti. Apakah sudah sampai?, pikir Zee. Dirinya ingin sekali membuka penutup matanya tapi dicegah oleh Varo. Mereka berdua kembali berjalan ketengah tengah bundaran labirin yang luas. Dengan perlahan Varo membuka penutup mata tersebut.
"SUPRISE."
Zee terdiam dengan kedua tangan menutup mulut tak percaya, matanya pun ikut berkaca kaca. Perasaannya campur aduk antara senang, terharu dll menyatu sempurna dihatinya. Bisa ia lihat para tunangan dan keluarga besar lainnya yang tengah ikut bahagia.
Keluarga besan atau keluarga para tokoh antagonist, figuran, protagonist pun ada disini kecuali keluarganya yang sudah tidak ada atau tidak peduli pada anaknya sendiri. Mereka dengan senang hati memberi restu kepada anak-anaknya. Karna Zee sudah sangat lama diincar para emak emak untuk dijadikan menantu. Memang sedari Zee kecil mereka semua sudah saling bertemu.
Para tunangan Zee segera berlutut didepan Zee sambil menghela nafas guna menetralkan kegugupan yang tiba tiba saja datang. Segera dengan kompak mereka mendongak mendapati Zee yang masih berkaca kaca. Kelilipan mata zee.
"Izinkan aku dengan segala perasaan yang dititipkan Tuhan ini untuk membuat pengakuan. Sudah sejak lama diri ini menyimpan rasa suka yang sangat besar. Bukan, aku tidak ingin memilikimu. Aku hanya ingin menjagamu hingga halal bagiku menyentuhmu." ucap mereka secara bersamaan bagai paduan suara. Memang, mereka sudah lama menghapal untuk hari bahagia ini.
"Berjuta rasa rasa yang tak mampu diungkapkan kata kata. Dengan beribu cara-cara kau selalu membuatku bahagia. Kau adalah alasan dan jawaban atas semua pertanyaan, yang benar benar kuinginkan hanyalah kau untuk selalu di sini ada untukku. Maukah kau tuk menjadi pilihanku? menjadi yang terakhir dalam hidupku. Maukah kau tuk menjadi yang pertama? Yang selalu ada di saat pagi ku membuka mata?." ucap meraka lagi dengan kompak walau ada kegugupan didalam hatinya.
"Will you marry me, my princess?." ucap salah satu mewakilkan dengan membuka tempat cincin.
"Yes." jawab Zee. Bibirnya berkedut menahan senyuman, ia sangat bahagia sekali. Salah satu dari mereka langsung memasangkan cincin dijari Zee dengan perasaan berbunga bunga lalu dikecup 'kan pungung Zee dua kali.
Mereka semua bangkit dari berjongkoknya dan mulai memeluk Zee bersama sama, terlihat akur!. Seorang pria dengan setelan jasnya tiba tiba datang berdiri dibelakang mereka sambil membawa sebuket bunga.
"Ekhem, bagus 'ya dah nggak inget lagi sama aku?." dehem pria itu dengan nada ngambek. Tubuh Zee menegang, tangannya bergemetar mendapati suara yang sangat ia rindukan. Dilepasnya pelukan mereka dan melihat pria itu lalu ia berlari dan langsung memeluknya.
"Kau bahagia, hm?." bisik pria itu sambil membalas pelukan Zee dengan erat.
"Akan lebih bahagia lagi kalau kita bersama, sayang." jawab Zee sambil menitihkan air matanya. Para tunangan Zee terlihat santai karna memang kemarin malam mereka bertemu pria itu dan mengetahui asalnya usulnya. Awalnya, mereka terkejut dan tidak percaya.
Dia adalah Aaron de Altezza. Aaron adalah suami pertama Zee dan seorang King Mafia didunia pertama Zee dan didunia kedua Zee ia memiliki pacar dua dan kini dirinya dipertemukan lagi dengan suaminya. Makanya Zee ngomongnya nggak pake filter dan blak blakan karna memang udah di cobl*os.
"Karna memang kita ditakdirkan untuk bersatu sayang." ucap pria itu sambil melepaskan pelukan dan menghapus sisa air mata dipipi Zee lalu mengecup bibir merah cherry.
"Ayo sayang kita lakuin 'itu'." ucap pria itu dengan memasang wajah mesum. Para harem Zee langsung bangkit dari duduknya dan juga ikut memasang wajah mesum serta mengulung lengan baju.
"AYO GASSS!." jawab Zee dengan semangat. Aaron dengan cepat mengendong Zee ala bridal style dan berlari, diikuti para harem Zee yang adu lomba lari bahkan terlihat semangat. Para orang tua hanya tertawa gembira melihat para menantunya akur.
END
Penulis:NVL.EL
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Zee [END]
FantasiaBagaimana jadi nya kalau kita bertransmigrasi ke dunia novel? Dan juga ditemani oleh sistem yang kadang menyebalkan! OH NO!! Apalagi menjadi GEMBEL!!!. [ Bukan lapak untuk anak kecil segera menjauhlah jika masih dibawah umur, saya takut kepolosan an...