-Di dunia ini ada tiga hal yang paling dibenci oleh orang, yaitu otak kosong, omong kosong, dan juga dompet kosong-Quotes of the day.-
________________________________________
Saat sudah sampai disekolahan mereka semua cengo. Gimana nggak cengo kalau biasanya ada siswa/i yang menunggu kedatangan mereka dengan berteriak histeris dan sekarang tidak ada satu pun orang orang yang berlalu lalang alias kosong melompong!.Mata Xavier tak sengaja melihat jam tangannya yang melekat indah dipergelangannya. Seditik kemudian, ia ngeh dengan keadaan sekarang, yaitu mereka sedikit lagi terlambat untuk datang ke upacara makanya mereka heran kalau diparkiran tak ada seorang pun.
"Kita sebentar lagi terlambat upacara." dengan cepat mereka melesatkan mobilnya diparkiran khusus untuk mobil. Satu persatu mereka turun dari mobil dengan Zee yang sedang malas.
Firasatnya mengatakan kalau si Manda tidak akan berbuat ulah tapi seperti merujuk ke hal lain. Kadang firasatnya ini ampuh dan no kaleng kaleng.
Berjalan menelusuri koridor yang sedikit sepi, hawa terik matahari yang kian mulai panas. Zee dan yang lainnya segera baris dibelakang yang mungkin sedikit adem.
Tiga tunangannya ada didepan, dua dari mereka ada yang disampingnya yaitu kiri dan kanan, dibelakang juga ada tiga dan totalnya ada 9 tunangan yang satu Gabriel sedang mencari nafkah.
Upacara berlangsung seperti pada umunya, Zee yang sangat asik memakan cilok dengan disuapi Leon. Hari ini, ia begitu malas. Sesekali ia juga menyeruput boba yang dipegang Varo. Entah dari mana keduanya dapat makanan dan minuman.
Manda dia hari ini lebih banyak diam dari biasanya tapi jika diteliti lebih dalam dirinya sedang memikirkan aksi untuk kedepannya agar tak gagal.
'Bersenang senanglah dulu mantan Queen haha.' tawanya dalam hati dengan sedikit menyeringai.
Ah. Apakah rahasia Zee terbongkar? Jika ia hanya Manda dan Zee yang mengetahuinya. Mereka, berdua dulunya juga adalah 'mantan' dengan pangkat yang berbeda.
Mata Zee menyipit kala dirinya tak sengaja melihat sesosok bayangan hitam yang tiba tiba saja lewat. Bukannya, takut atau merinding dirinya dibuat penasaran dengan memfoto dari tempat ia berdiri tanpa diketahui siapa pun.
'Bayangan hitam? Tanda phoenix? Itu...'
Lamunan Zee buyar kala ada yang menepuk pipinya. Menoleh sekaligus mendongak mendapati Varo yang terlihat khawatir karna Zee melamun.
"Hah? Kenapa?." tanya Zee dengan wajah linglung yang kentara sekali. Varo nampak menghela nafas lega.
"Upacaranya udah selesai, yuk kekelas." ajak Ardi sambil mengandeng tangan Zee. Varo yang ingin berbicara seketika mengatupkan bibirnya lagi. Zee mengangguk sebagai respon.
Mereka semua berjalan beriringan dengan Zee yang selalu ditengah takutnya ia akan kabur mencari laki lain yang lebih tampan dari mereka semua.
"ZEE!." triak siswi dengan lantang. Mereka semua menghentikan langkahnya tanpa ada niatan untuk berbalik apalagi menoleh kebelakang. Terlalu malas menolehkan kepala.
Siswi tersebut akhirnya sampai didepan Zee dengan nafas yang terengah engah. Mukanya yang pucat, keringatnya sudah membanjiri lehernya.
Keduanya saling pandang tanpa ada niatan untuk berbicara. Padahal bell sebentar lagi akan berbunyi.
"Amanda nyuruh gue buat ngasih tau lo.." ucapnya ngantung karna memang dia masih mengontrol nafasnya agar benar benar normal. Sebenarnya, dia juga gugup dan takut karna ditatap tajam oleh tunangan Zee.
Mencoba memberanikan dirinya agar berbicara lancar tanpa gugup dan bergemetar. Zee yang tau segera menepuk nepuk bahu siswi tersebut guna menyalurkan rasa hangat.
"Ngomong aja." ucap Zee membuat siswi itu tersenyum kikuk. Baru kali ini ia berdekatan langsung dengan primadona sekolah, biasanya ia hanya melihat dari kejauhan tanpa ingin mendekat.
"...Dia nyuruh gue buat ngajak lo tanding basket. Tiga hari lagi." ucapnya yang sudah lancar nafasnya juga sudah kembali normal.
"Kalo lo nggak mau dia bakal ngejek lo dengan sebutan 'sampah'." lanjutnya lagi dengan menundukan kepalanya karna takut melihat reaksi Zee yang hanya diam.
"Cih, penghianat itu akhirnya mengungkapkan wajah aslinya." ucap Abi dengan tiba tiba membuat mereka menatap tajam abi. Zee terdiam sejenak pandangan matanya tiba tiba menajam seperti ada kilatan dendam tapi itu hanya sementara.
"Penghianat?." ucap Zee sedikit menyeringai. Mereka saling pandang dan mengangguk, saatnya Zee tau cerita mereka yang menyebut Manda 'penghianat'.
"Ceritakan dirumah saja." ucap Zee. Para tunangan zee mengganguk setuju dengan ucapan Zee. Type lelaki penurut ya gini.
"Thank's info-nya dan btw ada cogan?." ucap Zee tersenyum manis dan diakhiri bisikan. Tenang Zee mah setia tadi cuma lagi khilaf. Sepertinya Zee pengin nambah tapi semoga saja tidak.
"Errr." siswi itu tampaknya bingung ingin menjawab apa. Tanpa waktu lama siswi itu akhirnya pergi karna diusir oleh para tunangan Zee.
'Queenku aku merindukanmu, cepatlah kesini menjemputku'.
Zee merasakan bisikan yang membuatnya merinding setiap kata dan pengucapan sangat familiar dipendengarannya.
'Phoenix'.
'Siapa yang mengirimu kesini, King?.'
Zee tersenyum dalam diam, jantungnya berdegup dengan cepat tak seperti biasanya.
_______Penulis:NVL.EL
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Zee [END]
FantasyBagaimana jadi nya kalau kita bertransmigrasi ke dunia novel? Dan juga ditemani oleh sistem yang kadang menyebalkan! OH NO!! Apalagi menjadi GEMBEL!!!. [ Bukan lapak untuk anak kecil segera menjauhlah jika masih dibawah umur, saya takut kepolosan an...