✒ [ Chapter 10 ]

3.8K 195 0
                                    

Ketika jodoh adalah cerminan diri maka kenapa harus kau cerminkan dia dalam gender yang sama.
-1505

Setelah bertengkar karena arsya sempat tak mau membantunya kini keduanya tengah berjalan menuju gudang.

Arsya terus menatap punggung perempuan di depannya, arsya akui kalau perempuan itu mempunyai tubuh sexy dan bibir yang menggoda.

Sial, sadar arsya jangan bayangkan sesuatu hal terlalu jauh, jangan gila dalam bertindak, dia masih sama seperti dirimu, perempuan.

Arsya menggelengkan kepalanya sast pikiran tak senonoh itu melintas di otaknya, ia harus mencuci otaknya kembali sebelum terkontaminasi oleh hal yang iya iya.

"Taro disitu aja"

Arsya kembali sadar karena mereka sudah sampai di depan sebuah gudang, ia cepat-cepat membereskan buku-buku itu sesuai perintah perempuan itu.

"Apa lagi?" Tanya arsya.

"Eum kek nyah udah deh, thank ya"

Perempuan itu tersenyum ramah dan itu berhasil membuat darah arsya mengalir deras seperti ada sesuatu di dalam perutnya.

"Apa-apaan nih" batinnya.

Karena merasa tak beres dengan detak jantungnya, arsya berniat keluar dari gudang namun sesuatu hal terjadi begitu saja.

Brakkkk

Saat arsya hendak keluar dari gudang itu sebuah lemari besar terjatuh tepat di depan pintu sampai tidak ada celah untuk mereka keluar dari sana.

Merasa terkejut dengan kejadian yang tiba-tiba itu, arsya masih mematung dengan kedua matanya yang membulat sempurna.

Bahkan ia sampai mengelus dadanya saking ia merasa terkejut dengan jatuhnya lemari itu tepat di hadapannya.

"Untung kaga kena pala gue, kalo kena langsung beda alam keknya"

Arsya mencari celah untuk meminta tolong, namun tak ada celah karena lemari itu menutupi pintu yang terbuka di dorong ke dalam dan pintu itu akan otomatis tertutup saat ada orang memasuki gudang.

"WOY!!! ADA HUMAN GAK!!! TOLONGIN GUA!!! ADA LEMARI JATOH DEPAN PINTU!!! GUA GAK BISA KELUAR!!!" Teriaknya.

"WOY!!!"

Arsya menggedor lemari di depannya dengan keras namun nihil sepertinya tidak ada orang di luar sana hingga ia teringat sesuatu.

"Tas" ucapnya.

Ia membalikan tubuhnya namun arsya terkejut melihat perempuan itu duduk meringkuk memeluk kakinya dengan wajah yang ia tenggelamkan di kedua lututnya.

"Eh lo kenapa" tanya arsya.

Arsya menghampiri perempuan itu dengan seksama ia bersimpuh di hadapannya.

"Eh lo kenapa? mo mati? jangan dulu dong"

"Sesaakk" jawabnya.

Rasyel mengeratkan tangannya memeluk kedua lututnya, terlihat tangan rasyel begitu gemetaran hingga tangan itu beralih menuju dadanya, memukul-mukul dadanya yang seperti kesakitan itu.

"Gue harus apa?"

Arsya malah ikut panik karena melihat wajah perempuan itu berubah pucat dengan keringat di wajahnya.

Namun perempuan itu malah terisak menangis sampai tangannya beralih mencengkram lengan arsya.

"Takut" lirihnya.

Dengan sedikit keberanian, arsya duduk di samping perempuan itu dan menarik tubuhnya untuk ia peluk.

"Ada gue" jawab arsya.

Arsya bisa merasakan kalau tubuh perempuan itu mendingin dengan getaran kecilnya, apa ia ketakutan ruangan gelap?.

Dirasa mulai tenang, arsya melepaskan pelukan itu dan menatapnya dengan lekat.

"Masih lama ya?" Tanya perempuan itu.

"Kenapa? lo mau berak?"

Masih sempat saja arsya menanyakan hal seperti itu di keadaan genting seperti ini.

"Sesaakk" ucap rasyel

Ia memegangi dadanya dengan kuat dengan nafasnya yang tak beraturan seolah ia butuh oksigen.

"Lo pobia ruangan gelap ya?" Tanya arsya dan di angguki perempuan itu.

"Lo bawa obat?"

Ia menjawabnya dengan gelengan, wajahnya mulai memucat pasi dengan air mata yang tak hentinya menetes.

Perempuan itu semakin terkulai lemas dan hampir saja terjatuh, namun arsya sigap menahan tubuhnya dan ia peluk kembali.

Karena panik melihat perempuan itu memejamkan matanya, arsya mencoba menepuk kedua pipinya namun tsk kunjung ia membuka matanya.

"Jangan gini dong, masa mati sih, gak seru banget lo"

"Heuhhh"

Nafasnya mulai tercekat dan membuat arsya panik namun kepanikan itu pudar saat sesuatu terlintas dalam otaknya

"Sebelumnya sorry, gue cuman niat bantuin lo aja" ucapnya.

Tau kepanjutannya apa? Iya, arsya mencium perempuan itu, tepatnya ia memberikan pertolongan pertama agar nafas perempuan itu stabil kembali.

Tidak ada respon dari rasyel, arsya pun menarik tengkuk leher rasyel untuk memperdalam nafas buatannya hingga akhirnya terdengar nafas rasyel yang sedikit beraturan kembali dan arsya pun melepaskan ciumannya.

"Lo diem disini, gua coba dorong lemari itu"

Arsya menyenderkan kepala rasyel ke dinding dan ia berdiri untuk memindahkan lemari di hadapannya itu atau mungkin mendobrak-dobraknya.

"LEMARI SIALAN!!"

"Sya" panggil perempuan itu dengan lirih.

"Kenapa? sesak lagi?" Tanyanya khawatir.

Ia menggeleng dan menepuk lantai di sampingnya, meminta agar arsya duduk di sebelahnya.

"Kenapa?"

Arsya membantu perempuan itu untuk bersandar di bahunya, jantungnya tiba-tiba saja berdetak tak karuan saat perempuan itu terlihat memejamkan matanya.

"Jangan tidur"

-
-
-
-
-

Vote-Comen Ngaruh Buat Kelancaran Update Cerita Ini Ya

RASYA GxG [ TAMAT🏳️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang