✒ [ Chapter 38 | 🔞 ]

5.7K 97 0
                                    

Hanya maut tuhan yang mampu memisahkan hubungan kita, yang lain bodo amat.
-1505

Arsya dan rasyel sudah berada di penthouse bukan di rumah keluarga arsya, sendari tadi arsya hanya menyaksikan rasyel menangis.

"Hiks maaf"

Rasyel kini bersimpuh di hadapan arsya, ia terus menangis memegang kedua kaki arsya seolah ia akan di bunuh.

"Bangun, itu bukan salah kamu, itu salah tua bangka yang menjelma jadi ayah mu"

Arsya menarik tubuh rasyel ke pangkuannya, ia duduk di sofa sedangkan rasyel malah bersimpuh di depannya.

"Aahkk hiks kenapa gak bilang sa-sama aku?"

"Udahlah, aku juga baru tau tadi"

Arsya menyenderkan tubuhnya di sofa, menarik tubuh rasyel ke pelukannya.

"Kok kamu bisa disana? Kamu tau dari mana?" Tanya arsya.

Flasback On

Rasyel baru saja menidurkan arsyan di ranjangnya, sekilas ia menatap meja belajar arsya.

"Arsya kebiasaan deh kalo mainin laptop gak pernah di matiin"

Rasyel menghampiri meja belajar arsya, matanya membelalak melihat foto pria yang sangat rasyel kenali.

"Papah?"

Rasyel terus mengscroll laptopnya sampai ia mendapatkan satu alamat dan berbagai informasi disana kalau papahnya lah yang membunuh kakeknya arsya.

Ia menyalin alamat yang ada di lapto ke ponselnya dan harus bergegas cepat kesana.

"Aku harus kesana"

Flasback Of

"Lain kali jangan gitu, aku gak suka, tangan kamu jadi kotor"

"Maaf"

"Terus arsyan gimana?"

"Aku titipin sama oma"

"Aku pikir kamu ninggalin arsyan sendirian di kamar"

"Eum arsya"

Ia beralih turun dari pangkuan arsya dan duduk di sampingnya dengan kedua tangan rasyel yang sedikit gemetara.

"Ada apa?"

"Hubungan kita---Aku akan lanjutkan"

"Tapi aku---Aku tidak peduli masa lalu keluarga kamu, aku hanya peduli pada kekasih ku ini"

"Bagaimana dengan keluarga kamu?"

"Come on syel, kita jalani saja hubungan kita seperti biasa, jangan hiraukan keluarga ku atau keluarga mu"

"Aku takut mereka mengetahui ini dan memisahkan kita"

"Kamu harus ingat satu hal, jika pun ada yang memisahkan kita, itu bukan mereka melainkan maut yang tuhan ciptakan"

"Apa kamu akan membunuh ku juga? Seperti kamu membunuh pria itu?"

Sejenak arsya termenung dengan ucapannya kalau ia akan menghabisi semua orang yang berada di dekat pembunuh itu bahkan keluarganya.

Tapi apa arsya tega membunuh gadis ini? Kekasihnya sendiri yang selalu membuatnya bahagia, apa ia tega melenyapkan nyawanya.

"Aku tau kamu pasti menyimpan dendam sampai pada keluarga pembunuh kan?"

Arsya memalingkan wajahnya tak bisa ia menatap mata rasyel yang berkaca-kaca menahan bobolan air mata.

Rasyel beranjak dari duduknya, ia berjalan menuju dapur mencari sesuatu, ia membuka sebuah laci dan mengambil pisau dapur.

Ia kembali menghampiri arsya dan menyondorkan pisau itu di depan arsya, keduanya saling menatap dimana rasyel berdiri di depan arsya.

"Bunuh aku"

Arsya mengambil pisau yang ada di tangan rasyel, ia beralih berdiri di hadapan kekasihnya itu dengan jarak yang sangat dekat.

Pranggg

Arsya melempar pisau itu ke sembarang arah, mendengar suara itu rasyel memejamkan matanya.

"Apa kamu mau kematian itu?" Tanya arsya.

Tangannya mencengkram dagu rasyel namun tidak terlalu keras.

"Setidaknya dendam kamu terbayarkan" jawab rasyel.

Chup

"Eeunhhh"

Arsya mencium bibir rasyel dengan lumatan kasar, ia tak peduli kalau kekasihnya itu terus berontak.

"Aaahhhkk"

Arsya melepaskan ciumannya dan menarik tubuh rasyel ke dalam pelukannya, ia hirup wangi khas kekasihnya itu.

"Aku tidak akan membunuh kamu, itu bukan tujuan ku" bisik arsya.

Rasyel membalas pelukan itu dengan tangisannya, jujur saja kalau rasyel merasa hina dan bersalah atas kematian kakeknya arsya yang di perbuat oleh orang tuanya.

"Jangan bicara seperti itu lagi, aku bahkan tidak berniat melenyapkan nyawa kamu"

"Hiks aku merasa bersalah"

"Itu bukan salah kamu, lupakan kejadian tadi dan kembali lagi seperti kita tidak melalui hari buruk tadi"

Arsya menangkup kedua pipi rasyel untuk ia hapus air mata yang berjatuhan di pipi kekasihnya.

"Jangan menangis lagi" pinta arsya.

Beberapa jam sudah berlalu, rasyel sudah tertidur di kasurnya sedangkan arsya sedang berdiri di balkon kamarnya.

Matanya memejam ke atas langit, ia sedang bermunajat doa pada tuhannya.

"Ya tuhan, maafkan dosa-dosa yang aku perbuat ini, maaf karna aku melakukan larangan mu, maaf karna aku telah mengambil nyawa hamba mu

Jika memang hubungan ku ini tidak engkau restui bahkan engkau laknat hubungan kami, jangan pisahkan kami dengan perpisahan yang terlalu menyaki dirinya

Pisahkan kami dengan takdir mu, carikan pengganti ku untuk dia, jangan buat hatinya terluka karna perpisahan kita nanti

Aku memang sadar kalau aku calon penghuni neraka, tapi tolong jangan seret kedua orang tua ku ya tuhan dan jangan seret gadis itu ke dalam dosa ku ini

Dia tidak bersalah, aku yang salah sudah mengajaknya ke dalam kehidupan dosa ku ini, dan biarkan mereka istirahat di surgamu, biarkan aku menebus dosa-dosa ku kelak, aku akan mempertanggung jawab atas apa yang aku perbuat kelak di hadapan mu"

Kepalanya menunduk seolah sudah berat menampung air matanya, ia menangis tanpa suara, hanya sunyi malam yang mengetahui kalau arsya tengah menangis malam itu.

RASYA GxG [ TAMAT🏳️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang