[ Extra Part 1 ]

2.8K 99 6
                                    

Aku tidak akan pernah melupakan mu, arsya ardigandra.
-1505

"ARSYAN!!!"

"IYA MOM"

Sudah 10 tahun berlalu dari masa pahit kehidupan yang menimpa keluarga ardigandra.

Kini arsyan sudah tumbuh besar di rawat ibu sambungnya, rasyel putriani gantara.

"Udah siap?" tanya rasyel.

"Udah mom, aku bawa piagam kebanggaan aku, sama ini"

Arsyan tersenyum bangga memperlihatkan piagamnya dan kalung yang selalu ia kenakan dari kecil.

"Bagus, cepat masuk mobil sebelum hujan"

Keduanya memasuki mobil dengan di antar oleh ajudannya menuju pemakaman.

"Aku gak sabar mau ketemu, mamih, papih, sama kak arsya"

"Kita akan bertemu mereka"

Tak terasa perjalanannya pun sudah sampai, mereka sudah berada di pemakaman khusus keluarga ardigandra.

Arsyan menaburkan bunga di makam, ardi, sarah, dan arsya secara bergantian di bantu oleh rasyel.

Arsyan duduk di tengah makan ibu dan ayahnya, sedangkan rasyel, dia duduk menatap batu nisan kekasihnya.

"Mih, pih, maaf aku gak ngunjungin kalian, mamih papih liat, aku menang lomba basket, aku di pilih jadi leader, bulan depan aku sama momy rasyel bakalan ke china, aku ada lomba disana, anak kalian hebat kan? aku udah lomba ke luar negara tau, sebenernya masih banyak yang harus aku tunjukin, cuman kata momy 'bawa yang penting aja arsyan'" ucapnya menirukan suara rasyel.

Sedangkan rasyel yang mendengar itu hanya tersenyum menatap anaknya itu yang sudah besar, tak terasa waktu berlalu secepat ini.

"Mamih liat aku pake ini"

Arsyan menunjukan kalungnya yang dulu pernah di berikan oleh arsya.

"Cincin nya masih kegedean jadi masih aku kalungin, Ini kalung dari kak arsya mih, kalo cincinnya sih aku tau dari siapa, itu dari mamih sama papih pastinya"

Rasyel hanya tertawa melihat arsyan yang tidak hentinya bercerita, dia sedang merindukan mereka.

Arsyan berdiri dari duduknya, ia berpindah duduk di samping rasyel menatap makam kakaknya.

"Kak arsya" panggilnya.

"Liat nih piagam aku"

Arsyan memperlihatkan piagamnya di depan batu nisan arsya.

"Uuhh aku mau sombong sama kakak, bulan depan aku sama momy mau jalan-jalan wle, kakak pasti iri kan gak di ajak"

Ia memajukan tubuhnya agar semakin dekat dengan nisan kakaknya.

"Kak arsya liat nih adek botak kakak udah gede"

Suara arsyan tiba-tibs menjadi lirih sambil berdiri sebentar menunjukan tinggi badannya dan ia kembali berjongkok.

"Kak arsya tenang disana ya, bilangin sama mamih papih kalo aku kangen mereka"

"Eum aku juga kangen kak arsya"

Ia memeluk nisan arsya dengan erat sesekali menciumnya.

"Momy bilang kak arsya itu batu, gak pernah dengerin omongan orang lain, omongannya gak boleh di bantah, manja, nyeleneh, tapi kata momy yang bisa liat sikaf kakak cuman orang kesayangan kakak"

"Coba aja kakak masih ada, ku pukul kepala kak arsya, bisa-bisanya kakak ngegepengin gulali doraemonnya momy"

Hahah apa kalian ingat kejadian gulali di pantai dulu? arsyan bahkan tau semua cerita mendiang kakaknya ini.

Rasyel hanya tertawa, arsyan sepertinya sama seperti arsya, nyeleneh.

"Arsyan, udah sore sayang kita pulang ya, takut hujan"

"Iya mom"

Arsyan berdiri menatap 3 makan keluarganya dengan tersenyum lebar.

"Mih, pih, kak arsya, aku pulang dulu ya see you"

"Kamu duluan ke mobil ya, nanti momy nyusul"

Rasyel menatap kepergian arsyan, matanya terus memantau arsyan sampai ia masuk ke dalam mobil.

"Sayang"

Rasyel mengelus nisan itu dengan senyumannya.

"Gimana kabar kamu? maaf, 10 tahun ini aku gak dateng jenguk kamu, mamih, sama papih"

"Arsyan udah gede dong yang, ia persis kek kamu, nyeleneh orangnya"

"Cincin kamu aku yang pake yang, liat deh"

Rasyel menunjukan tangannya dimana cincin itu melingkar di jari manisnya.

"Cincin punya arsyan masih kegedean, jadi masih dia kalungin"

"Oh iya Arsyan pernah mimpiin kamu yang, kok kamu gak dateng ke mimpi aku sih?"

"Kamu lagi marah ya sama aku?"

"Dateng ya malem ini, aku kangen kamu sya"

"Aku gak bisa lama, udah sore kasian arsyan pasti dia kecapean"

"Lain kali aku bakalan sering jenguk kalian, mulai sekarang aku tinggal disini lagi"

"Bilangin mamih papih ya, mantunya pulang dulu"

Rasyel beranjak dari duduknya, ia menyimpan setangkai bunga mawar putih di atas makam arsya.

"See you baby"

Arsya berjalan meninggalkan area pemakaman, ia melihat arsyan yang melambaikan tangan dari mobil dan rasyel membalasnya dengan senyuman.

"Mom"

"Iya sayang kenapa?"

"Aku kangen mereka"

Rasyel tersenyum pada arsyan, ia mensrik tubuh arsyan kedalam pangkuannya, terus ia elus punggung anaknya ini.

10 tahun bukan lah waktu yang cepat, rasyel menghabiskan waktu itu bertiga dengan ibunya di jawa, tempat pertemuan pertama arsya dan rasyel.

Arsyan yang selalu penasaran dengan cerita keluarganya, selalu merengek meminta mendatangi makam keluarganya, bukan tanpa alasan rasyel menolak itu.

Rasyel belum siap bertemu banyak awak media dan ia takut kalau arsyan akan terganggu dengan semua pertanyaan tentang keluarganya.

"Maafin momy ya, momy baru ajak kamu kesini sekarang"

"Gak papa kok, arsyan ngerti kalo momy khawatir sama keadaan arsyan, makasih udah jagain arsyan selama ini"

"Arsyan harus janji sama momy, jadi anak yang shaleh ya nak"

"Arsyan janji, arsyan bakalan bahagiain momy dan keluarga arsyan yang lainnya"

"Anak momy udah gede, udah pinter banget kayak kakaknya"

"Aku kan duplikatnya kakak arsya"

"Sekarang istirahat, kita pulang ke rumah dengan penuh kenangan keluarga kamu disana"

RASYA GxG [ TAMAT🏳️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang