✒ [ Chapter 37 | 21+ ]

4.4K 104 0
                                    

Jangan mempermainkan singa tidur jika kamu tidak berniat untuk memberinya santapan.
-1505

Arsya berjalan masuk ke sebuah gedung dengan di setiap sisinya para ajudannya itu menunduk memberikan hormat.

"Dimana tamu ku?"

"Dia ada di dalam nona"

"Buka kan pintunya dan siapkan hadiah ku"

Pintu terbuka menampakan seorang pria terikat di kursi tepat di bawah lampu remang.

Ia memakai sebuah sarung tangan hitam dan berjalan mendekati pria itu dengan senyum simpulnya.

"Buka penutup matanya"

Salah satu ajudannya membukakan penutup mata pada pria itu, pria yang membunuh kakeknya, bertahun-tahun lamanya ia mencari keberadaan belut satu ini.

"Selamat datang tuan, sudah lama kita tidak bertemu"

Arsya sedikit setengah berjongkok di depan pria paruh baya itu, wajahnya benar-benar datar dengan matanya yang menajam pada pria di hadapannya.

"Bagaimana pelarian mu tuan? 5 tahun ini cukup pintar untuk bersembunyi dari ku, bahkan mereka tidak bisa menemukan mu tuan"

Bugh

Arsya melayangkan sebuah pukulan di wajah pria itu, ia benci dengan tatapan pria di depannya ini.

"Mengganti identitas dan bersembunyi di kota kecil di sebuah negara kincir angin? Hebat sekali pelarian mu tuan"

"Maaf nona ini hadiah yang anda maksud"

Arsya mengubah posisinya untuk berdiri saat ajudannya itu membawakan sebuah koper kecil berwarna hitam.

Braakkk

Arsya menendang dada pria itu hingga terjatuh ke belakang, pria paruh baya itu terus menggeliat kesakitan.

Jari telunjuk arsya terangkat ke atas dan berputar, ajudan yang paham itu langsung membenarkan posisi pria itu untuk duduk kembali.

"Eeunghh maaf kan saya nona"

"Apa? Maaf? Kenapa harus meminta maaf sekarang? Aku tidak menerima maaf dari siapa pun"

Koper hitam terbuka memperlihatkan pistol lamanya itu di dalam sana, ia mengambil pistol itu di genggamannya.

"Setelah membunuh kakek ku, kau berharap aku memaafkan mu? Sungguh?"

Bugh

Arsya melayangkan pukulan di dagu pria itu menggunankan pistolnya sampai dagu pria itu robek mengeluarkan darah.

"BRENGSEK!!"

"Cuih"

Arsya menatap ke bawah tepatnya sepatu yang ia kenakan, pria itu dengan berani meludahi sepatunya.

"KURANG AJAR!!!"

BUGH

Arsya menendang pria itu sampai kembali terjatuh dengan kursi yang terikat dengan tubuhnya, kepala pria itu bahkan menghantam lantai dengan keras.

Arsya kembali mengacungkan jari telunjuknya dan berputar seperti perintah, ajudannya pun kembali membenarkan posisi pria itu.

"Dimana barang kesayangan ku?"

Salah satu ajudan memberikan arsya kantung hitam, arsya membukanya dan meronggoh sesuatu di dalam sana.

"Aku sudah lama tidak memainkan benda ini, terakhir aku menggunakannya untuk melukis karya ku di wajah teman-teman mu tuan"

Pria di hadapan arsya tidak bisa berkutik, nafasnya pun sudah mulai terpenggal, ia hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan tubuh yang berontak berusaha keluar dari perangkap singa di depannya.

"Jangan mati dulu tuan, aku belum bermain dengan mu"

"Aaahk"

Arsya menjambak rambut pria itu dengan keras, ia menyentuhkan pisau kecilnya itu tepat di dahi si pria.

"Apa yang harus ku lukis disini"

Arsya menunjuk dahi itu menggunakan ujung pisaunya, belum apapun pisau itu sudah membuat luka disana.

"Maaf nona saya mengganggu, ada berkas lainnya yang belum anda baca"

"Biar ku lihat"

Arsya mengambil berkas di tangan ajudannya, ia membaca dengan teliti tulisan di atas kertas putih itu.

Bugh

Arsya menendang keras dada ajudannya itu hingga dia terkapar memegang dadanya.

"BODOH!!! BAGAIMANA BISA KALIAN MELEWATKAN BERKAS PENTING INI!!!"

"ARSYA!!!"

"Rasyel?"

Plak

Arsya memegangi pipinya yang baru saja di tampar oleh rasyel.

"Bagaimana kamu bisa kesini?"

"Rasyel?"

Mata rasyel tertuju pada pria paruh baya yang terikat kencang oleh tali, ia melangkah mengambil paksa pistol yang ada di salah satu ajudan arsya.

Dor

Rasyel menarik pelatuk pistol itu dan mengeluarkan peluru panas yang mengenai dada kiri pria itu.

"RASYEL!!!"

"Aku yang akan membunuh pria brengsek itu"

Dengan cepat arsya mengarahkan pistol itu ke atas hingga peluru itu melesat menembak atap.

Dor

"Biarkan aku yang melakukannya, aku tidak mau melihat tangan mu menjadi kotor" bisik arsya.

Arsya mengambil alih pistol di tangan kekasihnya itu, ia menodongkan pistol itu ke arah jidat si pria.

"Nak, selamatkan papah"

Langkah rasyel mendekati pria paruh baya itu.

"Tidak, kau harus mati, ini balasan karna kau sudah membuang ku, memasukan ibu ku ke rumah sakit, memfitnah ibuku, dan berselingkuh dengan jalang di luaran sana"

Tidak mau membuang waktu lagi arsya pun menarik rasyel ke dalam dekapannya, tangan kanannya melingkar di kepala rasyel, menutup telinganya dan menutup mata rasyel dengan telapak tangannya.

Tangan kiri arsya sudah menodongkan pistol di depan dahi pria paruh baya itu.

"Nak papah moho----

Dor

Rasyel semakin mempererat pelukannya pada arsya begitu pun arsya, peluru itu berhasil menembus kepala pria paruh baya itu yang ternyata ayah dari rasyel.

"Maaf"

RASYA GxG [ TAMAT🏳️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang