✒ [ Chapter | 17 🔞 ]

11.5K 225 2
                                    

Ternyata aku terlibat rindu padanya
-1505

Ceklek

"Rasyel?"

Namun sayang kepala arsya semakin berat hingha ia terjatuh tepat di pangkuannya rasyel.

"Bangun ihh gue kesini mau jenguk bukan jadi babu lo"

"Pala gue sakit banget syel" ucapnya.

Mau tak mau rasyel membantu arsya agar dia beristirahat di sofa, membopong masuk ke dalam dan mendudukan arsya di sofa.

Rasyel membantu arsya untuk berbaring di sofa, ia alasi kepala arsya dengan bantal, dengan pelan ia mengangkat kepala arsya dan menaruh bantal di bawah kepalanya.

"Lo sendiri disini?" Tanya rasyel dan di jawab anggukan oleh arsya.

"Nih gua bawain bubur buat lo, belum makan siang kan lo?"

Arsya menjawabnya dengan gelengan, meskipun lemah masih bisa rasyel lihat.

"Yang sakitnya kepala tapi mulut yang gak bisa ngomong" cetusnya.

Arsya membuka matanya yang sempat terpejam karena sakit kepalanya, ia menatap rasyel yang duduk di  bawah, arsya membenarkan posisinya untuk duduk tegap menatap seseorang yang 3 hari ini selalu arsya dambakan kehadirannya.

"Jangan jauhin gua syel"

Deg

Rasyel merasakan ada hantaman di hatinya saat bertatapan dengan manik mata arsya, posisi ia di bawah semakin jelas melihat wajah pucat arsya.

"Makan dulu, gue dah beliin bubur ayam buat lo" alihnya.

Arsya menggeleng lemah "Gue alergi daging ayam"

Tanpa banyak bicara rasyel memisahkan suwiran ayam yang ada di atas bubur itu.

"Udah gua pisahin, jan banyak protes, aaaa"

Rasyel menyuapkan sesendok bubur itu ke mulut arysa namun karena posisinya duduk di bawah, arsya sedikit susah karena ia tak bisa menunduk dengan sakit kepalanya ini.

Ia menarik rasyel untuk duduk di sampingnya dan melahap suapan rasyel, meskipun terkejut dan takut terjadi sesuatu lagi pada dirinya, rasyel mencoba untuk terus tenang.

"Aaaaa"

"Udah"

"Baru 5 suap"

"Kenyang"

"Ish mana kenyang 5 suap"

"Aku sakit syel, gampang kenyang"

Rasyel yang hendak mengambil gelas berisikan air minum sejenak berfikir mencerna ucapan arsya, apa ia tak salah dengan pendengarannya, aku? Di bilang aku?.

"Haus syel"

"Ooh iya lupa, nih minum terus minum obat. obatnya mana?"

Arsya menunjuk kotak obat yang terletak di samping tv dan rasyel pun membawakan obat itu untuk arsya.

"Minum obat terus istirahat"

Setelah meminum obatnya arsya pun menidurkan kepalanya di pangkuan rasyel tanpa persetujuan sang empu.

"Di kamar aja gih"

Arsya menggeleng tak setuju, ia membalikan badannya menjadi terlentang menatap wajah rasyel dari bawah sana.

"Apa?"

Arsya menyembunyikan wajahnya di perut rata rasyel sontak saja rasyel terkejut karna ulahnya ini, apa arsya tidak tau kalau jantungnya sedang berdegup tak beraturan.

"Gue kangen syel" ucap arsya.

Arsya memeluk pinggang rasyel dan semakin mendekatkan wajahnya di perut rasyel, meskipun terkejut dengan penuturan arsya, rasyel membalasnya dengan usapan lembut di rambut arsya.

"Istirahat biar cepet sembuh"

"Jangan jauhin gua syel, sakit" lirihnya.

Rasyel hanya diam tidak berniat menjawab pembicaraan arsya dan menit selanjutnya Arsya terlelap dalam tidurnya karna efek obat yang dia minum.

16:54 wib.

"Eunghhh"

Arsya menggeliatkan tubuhnya, kepalanya sudah sedikit membaik tidak seperti tadi, merasa ada yang hilang ia langsung terlonjak bangun.

"RASYEL!!!" Teriaknya.

"Berisik gue lagi beresin dapur"

Arsya menghampiri rasyel yang sedang membereskan piring-piring kotor di dapur.

"Itu bukan kerjaan lo"

Arsya memeluk rasyel dari belakang sontak saja rasyel kembali terkejut, jika terus begini di dekat arsya bisa-bisa rasyel mungkin akan terkena serangan jantung.

"Lepas gue lagi cuci piring" pintanya.

Bukannya melepaskan pelukan itu, arsya malah semakin mengeratkan pelukannya di perut rasyel dengan sesekali ia mencium pundak rasyel.

"Jangan di lanjutin, itu kerjaan bi idah"

Rasyel mengelap tangan basahanya membalikan tubuhnya menghadap arsya yang dimana ia terpaksa melepaskan pelukannya itu.

Keduanya saling berhadapan dengan jarak dekat, namun karena arsya yang lebih tinggi dari rasyel, ia mengulum senyumnya menatap rasyel.

"Mangkannya tinggi" ledek arsya.

"Ngeledek lagi"

Merasa tak terima di ledek oleh arsya, rasyel mencubit pinggang arsya hingga arsya membungkuk meringis kesakitan.

"Sakit syel"

"Mangkannya gak usah rese"

Chup

Arsya mencium sekilas bibir rasyel yang terlihat menggoda imannya, hingga sang empu menutup bibirnya.

Plak

Rasyel membalas dengan menampar bibir arsya dan sang empu kembali meringis memegang bibirnya.

"Nyosor mulu iihh"

"Ya mangkannya jangan ngegoda iman gue, belok kan gua sama lo" jawab arsya.

Rasyel terdiam mencerna ucapan arsya, namun melihat ekspresi itu arsya malah menggendong rasyel menuju sofa.

Dengan posisi rasyel yang berada di pangkuannya, arsya memandangi wajah cantik rasyel yang memabukan, apalagi bibir nya yang aahkk rasanya ingin sekali ia memakan bibir kenyal itu.

-
-
-
-

Vote-comen-follow ya reader kiyowok

See you kalian semua

RASYA GxG [ TAMAT🏳️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang