✒ [ Chapter 26 ]

4.6K 147 0
                                    

Aku tidak suka seseorang mengusik seseorang yang sedang aku jaga
-1505

Arsya, rasyel, angela, zara, rio, dan gio sudah berada di ruang rapat, mereka semua duduk di sebelah kiri dari tempat pak rudi duduk, sedangkan di sebelah kanan adalah orang tua murid, dengan di saksikan semua dosen yang berdiri disana.

"SIAPA YANG BUAT ANAK SAYA BABAK BELUR!!!" Ucap seorang wanita paruh baya, yang duduk di depan rio.

"Ibu tenang dulu, biar kita cari tau dari mereka apa yang terjadi"

"BAGAIMANA SAYA BISA TENANG, LIHAT WAJAH ANAK SAYA PENUH LUKA!! CEPAT ANGKAT TANGAN SIAPA YANG MEMBUAT ANAK SAYA SEPERTI INI!!!"

"GUE!!!"

BRAK

Arsya menggebrak meja di hadapannya membuat keadaan semakin memanas.

"Dasar anak kurang pendidikan, dimana orang tua kamu hah?"

"Amerika"

Arsya menjawabnya dengan santai, ia kembali duduk santai menyilangkan kskinya sedangkan ibu di depannya tersulut emosi sampai berbicara saja berdiri.

"Bagaimana bisa kampus terpandang seperti ini bisa menerima siswa seperti dia" tunjuknya pada arsya.

"Ya bisalah, buktinya gue ada disini"

Pak rudi mencoba menenangkan arsya agar tidak berbicara dulu namun siapa lah pak rudi yang hanya bawahan arsya.

"Siapa nama orang tua kamu?"

"Cari tau sendiri! Lo yang pengen tau kan"

"Pak rudi, saya minta keluarkan dia dari kampus ini!"

"Ibu tenang dulu, kita bisa bicara baik-baik"

"Keluarin? Seenak jidat aja lo mak lampir, yang harus di keluarin tuh bekicot kek mereka"

Arsya menunjuk rio, gio, angela, dan zara.

Namum beberapa dosen yang ada disana tampak mengulum senyumnya saat mendengar arsya memanggil perempuan paruh baya itu dengan sebutan mak lampir.

"Diam kalian semua! Saya minta keluarkan anak ini atau saya akan laporkan kejadian ini pada bapak agas!"

"Masalahnya yang ibu lawan, cucunya bapak agas" batin pak rudi.

"Kok lo semua pada bego sih? Kampus segede ini pasti ada cctv kali" ucap arsya.

Pak rudi menepuk jidatnya bagaimana bisa ia lupa tentang itu, pak rudi pun menyuruh bu anggi untuk mengambil laptop yang terhubung dengan semua cctv dan di hubungkan dengan layar tancap yang besar.

"Biar saya saja bu" ucap arsya mengambil alih laptopnya.

Arsya mengotak-atik laptop di depannya, dan menatap sekilas pada rio dkk yang tampak waswas, orang tua mereka sudah stay melihat ke layar besar untuk mencari kebenarannya.

"Buka nih matalo semua, yang rabun pake kaca matanya" ucap arsya.

Arsya mengklik satu video rekaman yang menunjukan kejadian di kantin dimana awal permulaan keributan itu terjadi.

Semua orang tua menatap tajam anak-anaknya saat mengetahui kalau mereka lah yang bersalah.

"Kita lanjut lagi nih sama dua curut anak mak lampir satu ini" ucap arsya dengan mendelikan matanya pada wanita paruh baya itu.

Semua mata terbelalak terkejut saat melihat adegan gio memukul leher arsya menggunakan balok.

"Jadi gimana? Masih mau lapor sama bapak agas? Guesih yes yes aja" tantang arsya.

Namun semua orang yang ada disana bungkam karena tau kalau anak-anaknya lah yang salah.

"Keluarin mereka berempat dari kampus ini sebelum bapak agas yang bertindak" ucap arsya.

Dan ya seperti perkiraan kalau mereka di keluarkan tidak hormat dari kampus, tidak ada kesempatan untuk mereka, perintah arsya adalah sesuatu yang wajib mereka laksanakan.

Hingga masalah selesai arsya dan rasyel pun berpamitan untuk pulang, keduanya berada diparkiran dan kebetulan arsya membawa mobil hari ini mengingat rasyel masih kesusahan berjalan.

Keduanya memasuki mobil tapi arsya melihat rasyel hanya diam terus tidak berbicara apapun pada dirinya.

"Kamu kenapa?"

Rasyel membuka jas arsya dan melemparkannya ke jok belakang, ia menatap tubuhnya yang terexpos dengan kissmark yang begitu banyak di dadanya.

"Masih ada yang kamu pikirin?"

"Aku udah kek jalang ya" mirisnya.

Ia tersenyum mirip melihat tubuhnya ini, ia merasa memang ia seperti pemuas nafsu orang-orang di luaran sana, ia yakin setelah ini banyak yang mencela dirinya saat mereka sudah melihat rasyel di penuhi kissmark.

"Jangan ngomong gitu, jangan dengerin mereka ya?"

Keduanya saling menatap saat tangan arsya terulur memegang pipi rasyel, ia ukir senyumannya saat rasyel menatap lekat manik matanya.

"Kamu milik aku, kamu bukan jalang seperti yang mereka pikirin, jangan dengerin omongan gak berguna dari mereka"

"Aku takut" lirihnya.

Arsya menarik rasyel untuk ia peluk, keduanya saling berpelukan dengan rasyel yang terus menangis di bahu arsya.

"Maafin aku" ucap arsya.

Ia merasa bersalah dengan semua ini, tubuh rasyel seperti itu karena ulahnya sendiri, ia menjauhkan tubuhnya dari rasyel dan kembali di jok kemudinya.

"Maaf syel"

Rasyel berpindah posisi duduk di pangkuan arsya membuat sang empu terkejut dengan pergerakan rasyel yang tiba-tiba.

Rasyel menangkup kedua pipi arsya dan mencium bibir kekasihnya itu dengan lembut, terus berciuman sampai berubah menjadi lumatan.

Tangan arsya sudah menggerayami punggung rasyel yang basah untuk memberikan sentuhan sensual.

Tangan rasyel berpindah ke bawah sana untuk memegang kepemililam arsya,seperti perkiraannya kalau arsya memakai benda itu.

Tok

Tok

Tok

Arsya dan rasyel spontan melihat ke kaca dimana seorang satpam mengetuk kaca mobilnya.

Arsya membantu rasyel untuk kembali ke tempat duduknya, ia meraih jas yang di lempar oleh rasyel dan ia taruh di tubuh rasyel yang terbuka.

Arsya menurunkan kaca mobilnya dan melihat satpam tersebut yang sedikit menunduk.

"Ada apa pak?"

"Ini ada titipan dari pak rudi"

Satpam itu memberikan sebuah kresek putih berisikan sebuah kue kukus.

"Bilangin makasih ke pak rudi ya pak"

"Iya mbak, saya permisi"

Arsya menaruh kue itu di pangkuan rasyel yang sedang pura-pura tertidur.

"Buat kamu" ucap arsya.

-
-
-

Vote🌟 Komen💭 Share✔

RASYA GxG [ TAMAT🏳️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang