✒ [ Chapter 32 ]

2.9K 99 0
                                    

Aku rapuh jika kalian pergi, aku mohon kembali, biar aku saja yang menggantikan kematian itu.
-1505

Arsya sedang berada di sebuah rumah yang khusus arsya beli untuk ibu rasyel, semua ini arsya berikan karna ibu rasyel pernah menyelamatkan nyawanya saat dia hampir tenggelam di kolam renang.

"Kamu nginep disini aja temenin mamah kamu, biar aku pulang sendiri"

"Kenapa gak nginep disini aja sih?"

"Aku gak mau ganggu waktu kalian berdua"

"Makasih ya, hati-hati di jalan"

Rasyel memeluk tubuh arsya, hari ini arsya sudah membuatnya begitu bahagia, bahagia bertemu ibunya dan bahagia bertemu teman lamanya yang ternyata sekarang kekasihnya.

Bahkan ia terus tersenyum mengingat adegan panas mereka beberapa jam lalu di dalam mobil.

"Aku pulang, jangan begadang"

Ia mengusap rambut rasyel dengan lembut yang di balas senyuman oleh kekasihnya itu.

Kini arsya sudah berada di rumahnya, ia menatap langit-langit kamarnya, terasa sepi tak ada ocehan rasyel, sebentar... sepertinya bukan ocehan melainkan suara merdu rasyel.

"Kangen arsyan deh"

Ia mengambil handphone yang ada di sakunya mengetikan satu nama 'nyonya besar'

Drett

Drett

Drett

"Kok gak di angkat ya? apa udah tidur?"

"Yaudah lah ntar juga nelfon" lanjutnya.

Arsya memejamkan matanya, di otaknya berputar wajah sexy rasyel yang menggodanya barusan, ia tersenyum menyadari bahwa rasyel sangan agresif.

"Sial belum juga sehari"

Pov amerika

"Gimana pih udah siap?" tanya sarah.

"Udah, semua hadiah udah papih masukin dan hadiah istimewanya ada di brankas"

"Mamih gak sabar ngasih kejutan buat arsya, dia pasti suka banget"

"Kita berangkat sekarang tuan?"

"Ya kita ke bandara sekarang"

Sarah dan ardi sedang dalam perjalanan menuju bandara, ia sudah menyiapkan banyak hadiah untuk arsya, bahkan mereka sengaja tidak memberi kabar pada anaknya itu kalau mereka akan pulang.

"Semua barang sudah saya masukan"

"Baiklah terima kasih"

Sarah dan ardi sudah masuk kedalam pesawat mereka yang berada di ruangan VVIV.

"Tunggu kita pulang sayang"

Sarah menatap foto kedua anaknya dari balik ponsel, ia merindukan kedua anaknya ini, lega rasanya ia bisa pulang menemui mereka.

Pesawat sudah lepas landa beberapa menit lalu, sarah dan ardi terus mengobrol tentang kejutannya nanti, ia berharap arsya bisa berdamai kembali dengan ketakutannya.

"Pih, kok agak goyang sih?" Tanya sarah.

Baru saja pesawat lepas landas di ketinggian 49.000 kaki, sesuatu nampak terasa berguncang, sarah dan ardi saling melempar pandangan kesekitar penumpang, terlihat mereka hanya diam namun wajah mereka tampak terlihat pucat pasi.

"Ini gimana mas?" Tanya sarah.

"Kamu tenang, gpp kok kita pasti bisa pulang"

Ardi memberikan genggaman hangat pada istrinya meskipun dirinya pun merasakan panik, awan mulai menggelap bahkan siluet petir lah yang seolah menyinari penerbangan hari itu.

Beberapa pramugari berdatangan memberikan instruksi pada para penumpang untuk menggunakan alat pengaman, semua di perintah menggunakan baju pelampung dan masker oksigen.

Belum lama dari intruksi tersebut, barang-barang yang tersusun rapi di atas bagasi mulai berjatuhan seiring guncangan yang semakin terasa.

Ardi menarik tubuh istrinya untuk ia peluk, ia tenangkan istrinya yang mulai menangis histeris, bukan hanya sarah melainkan semua penumpang pesawat yang sudah mulai berteriak meminta tolong bahkan mengucap syahadat.

Pov indonesia

"MAMIH!!!"

Arsya terbangun dari tidurnya, ia baru saja bermimpi buruk tentang mamihnya yang terjatuh.

"Gilaa mimpinya"

Arsya beranjak dari kasur ia memilih mencuci muka dan menonton televisi di ruang tamu.

"Tumben ni malem ujan?"

Arsya menyalakan televisinya dan hendak menonton kartun namun teralihkan oleh siaran berita yang menarik perhatiannya.

"Telah terjadi sebuah kecelakaan pesawat airplane 209 tujuan amerika-indonesia hilang kendali di ketinggian 49.000 kaki, penyebab pesawat hilang kendali belum di konfirmasi jelas namun banyak spekulasi adanya badai yang di lalui, dari 55 penumpang baru 43 yang terindentifikasi berada di pesawat dan salah satunya ada pasangan sarah sri wigandi dan sang suami ardi gandra"

Deg

Bagai tersambar petir, tubuh arsya melemas mendengar nama orang tuanya disebut dalam berita pesawat hilang kendali.

"Gak, gak mungkin, mamih sama papih kan di amerika, pasti itu bukan mereka"

Arsya beranjak dari duduknya ia mengambil kunci motornya, dan dia harus memastikan kalau daftar nama itu salah.

Arsya melajukan motornya di atas rata-rata, hujan malam semakin deras, motor yang arsya kendarai terpeleset karna menerobos polisi tidur terlalu kencang.

Brakkk

"Hiks AAAHHHKKK ITU BUKAN MEREKA!!!"

Arsya kembali menaiki motornya ia tidak peduli dengan lengan atasnya yang sudah bersimbah darah, fokusnya adalah memastikan semua ini salah tak peduli sakit tubuh dan gemetar tubuhnya, ia harus memastikan semua ini salah.

Sesampainya di bandara arsya menerobos kerumunan orang-orang, melempar sembarang helmnya, penampilan nya sungguh sangat prihatin, sekujur badan basah dengan lengan kiri yang terus mengeluarkan darah di tambah ia memakai kemeja putih.

Semua orang menatap keberadaan arsya yang kacau, tangisan beberapa keluarga disana pun terdengar oleh arsya namun ia mengabaikannya.

"Periksa kembali penumpang atas nama ardi gandra dan sarah sri wigandi"

"Maaf, biar saya obati dulu luka anda" ucap salah satu satpam.

"DIAM!!! CEPAT CARI NAMA ITU!!!"

"Atas nama ardi gandra dan sarah sri wigandi terdaftar dalam kecelakaan pesawat airplane 209"

"Gak mungkin, kalian pasti salah memasukan nama kan?"

"Maaf tapi itu memang terdaftar disini"

Drett

Drett

Drett

"Dimana mereka?" Tanya arsya.

"...."

Seketika kaki arsya melemas, ia tersungkur duduk dengan kekacauannya, ini tidak mungkin terjadi, ini hanya mimpi saja.

"AAAHHHKKKK"

Brakkk

Arsya membanting handphonenya sampai benar-benar hancur tak berbentuk, suasana bandara semakin riuh dengan tangisan dan teriakan.

RASYA GxG [ TAMAT🏳️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang