✒ [ Chapter 16 ]

6K 197 1
                                    

Kenapa sesakit ini di abaikan oleh dia
-1505

Hari ini arsya menghadiri seminar bersama perwakilan dari fakultas lainnya, namun arsya tidak pergi bersama mereka, arsya memilih pergi di antar pak arhan.

Sesampainya disana arsya bergabung dengan yang lainnya, ia duduk di paling depan dengan di sebelahnya ada erika dan wahyu dari fakultas hukum dan komputer.

Ia hanya diam menatap ke depan dengan tatapan kosongnya tanpa ia ketahui, di belakang sana ada rasyel yang ikut seminar itu juga.

Setelah beberapa jam seminar selesai dan tidak sampai sore hari hanya sampai siang saja, arsya hendak keluar dari ruangan itu, ia membalikan tubuhnya namun sekilas ia seperti melihat rasyel.

"Rasyel?"

Ia hendak keluar untuk memastikan apa bemar itu rasyel namun tangannya di tahan oleh erika.

"Sya, kita makan siang bareng yuk?" Ajaknya.

Ia menatap jam tangannya sudah menunjukan jam makan siang, ia pun mengangguki ajakan erika karena ia juga merasa lapar.

"Mungkin salah liat" batin arsya.

Keduanya menuju kantin di susul oleh wahyu, adli, fian, syam, dan haris.

Mereka semua makan di meja besar bersama-sama, arsya hanya diam fokus pada makanannya.

"Eh cewe satu lagi mana deh?" Tanya fian.

"Siapa?" Tanya adli.

"Anak fakultas kedokteran itu, dia juga ikut seminar kan?"

"Udah balik duluan kalian" jawab wahyu.

"Sya mau tambah?" Tanya erika.

"Nggak"

"Sya, lo fakultas mana?" Tanya syam.

"Kedokteran" jawabnya.

"Si arsya kali yang lo cari fi" cetus haris.

"Bukan, ada satu lagi" jawabnya.

"Yang mana sih?" Tanya haris.

Singkat cerita makan siang pun usai, arsya berpamitan lebih dahulu pada teman-teman lainnya.

Ia berjalan menuju loby karena pak arhan sudah menunggunya disana, namun belum ia sampai di loby langkahnya terhenti.

"Rasyel?"

Manik mata keduanya saling beradu namun saat arsya melangkah hendak menghampiri rasyel, dengan cepat perempuan itu membalikan tubuhnya dan berbelokan arah jalannya ntah kemana.

Ia hendak mengejar rasyel namun perempuan itu berlari menyusuri koridor, ia menatap punggung rasyel yang semakin menjauh dari pandangannya.

"Lo ngehindarin gue syel?" Tanyanya.

Ia tak mengejar rasyel lagi, sekarang kepalanya terasa berat membuat arsya ingin cepat-cepat pulang saja saat itu juga.

Sesampainya di loby arsya pun memasuki mobil, namun ia hanya diam menatap jalanan di luar sana.

"Gua kenapa sih?"

Pikirannya terus menuju pada rasyel, ia bensr-benar merasa bersalah di tambah rasyel yang seperti sengaja menghindarinya.

"Aaarghh" teriak arsya.

Ia menjambak rambutnya dengan keras merasa stres dengan kelakuannya, bagaimana semua itu bisa terjadi.

"Non kenapa?" Tanya pak arhan yang terkejut mendengar arsya berteriak.

"Saya gak papapak, lanjut aja nyetirnya"

Arsya sudah sampai di penthousenya, disana hanya ada arsya namum sesekali bi idah datang untuk membuat sarapan saja.

Arsya menidurkan tubuhnya di atas ranjang karena ia merasa benar-benar lelah meskipunhari itu masih siang pukul 2.

Ia dengan cepat tertidur saking kelelahannya, bahkan arsya tidak melepas sepatunya, ia langsung tengkurap di atas kasur.

"Non bangun"

"Eunggh, bi idah?"

"Non gak papa?"

"Kepala aku sakit banget bi"

"Mau bibi pijitin?"

"Gak usah, ini jam berapa bi?"

"Udah jam 6 pagi non"

"Aku harus ke kampus bi"

Saat hendak duduk tiba-tiba saja kepalanya sangat berat dan pusing sampai ia hampir terjatuh karena tak seimbang.

"Lebih baik non arsya istirahat saja biar bibi panggilkan dokter ya"

Arsya menjawabnya dengan anggukan pelan, ia tertidur dari siang sampai menjelang pagi lagi, bagaimana ia tidak pusing.

Hingga tak terasa sudah 3 hari arsya tidak masuk ke kampus karena sakitnya yang semakin parah, bahkan kini ia menderita demam.

Meskipun begitu arsya melarang bi idah atau siapa pun melaporkannya pada mamih atau papihnya, karena mereka terlalu berlebihan, ia takut mereka khawatir dan mengganggu pekerjaannya disana.

Suntuk diam di kamar saja, arsya pun berjalan ke bawah menuju ruang santai untuk menonton televisi.

Disana bi idah sedang membersihkan dapur yang tak masih terlihat dari ruang santai.

"Bibi boleh pulang, aku baik-baik aja kok"

"Non arsya serius?"

"Aku udah mendingan bi"

"Yaudah bibi pulang, kalo ada apa-apa telfon aja ya"

Selepas kepergian bi idah, arsya pun menidurkan tubuhnya menyamping di sofa, menonton acara kartun.

Ting nong

Ting nong

"Siapa sih ganggu orang lagi sakit aja"

Arsya beranjak dari tidurnya kepalanya semakin berat namun karna suara bel itu arsya terpaksa untuk membukakan pintu.

"Sebentar" lirihnya.

Arsya berjalan menghampiri pintu, tangan kirinya ia simpan di atas kepala menahan sakit kepalanya yang semakin menyeruak menghantam keras.

Ceklek

Arsya mendongakkan kepalanya dengan susah payah karena terasa berat baginya.

"Rasyel?"

-
-
-
-
Vote-comen-follow ya reader kiyowok

See you kalian semua

RASYA GxG [ TAMAT🏳️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang