Past 17

10.5K 970 70
                                    


Sementara itu didalam ruang pesta Alva terus menatap tajam pada keberadaan keluarga Darmawangsa, lebih tepatnya kearah Villan yang tampil begitu memukau dengan dress biru langit selutut.

Memang cantik dengan rambut yang digulung tinggi dan dihiasi bunga kristal berwarna silver dan kalung mutiara.

Namun cantiknya hanya diluar saja!

Alva adalah saksi bisu dari kejamnya sifat Villan yang juga terlalu bodoh. Bukan tandingan seimbang untuk Zafriel tentu saja.

Namun perkataan yang sering terlontar dari mulutnya itu yang kejam. Penghinaan secara batin selalu Zafriel dapatkan.

Mindset untuk terus membenci Zafriel ditanamkan oleh Nyonya Vania sejak dini. Membuat pikirannya sudah tercemar sedari kecil.

Villan tak ayal hanyalah boneka mainan keluarganya. Gelar putri tunggal keluarga ternama tak menjamin kelangsungan hidupnya bebas tanpa tuntutan.

Nyatanya saat dirinya tak mampu melakukan apa yang Neneknya mau, dia bisa saja terusir begitu saja.

Gadis yang malang namun terasa pantas saat mendapatkan kehidupannya yang seperti itu. Bergelimang harta namun miskin kebebasan.

"Hari ini Princess Darmawangsa terlihat sangat cantik."

"Jika Tuan muda Sciglio tak tertarik maka akan ada banyak sekali Tuan muda lain yang mengantri."

"Keturunan ningrat tentu saja berbeda dari yang lain."

Villan yang dipuji hanya tersenyum malu.

"Terimakasih Nyonya Vandaria. Princess kami tentu tak mungkin mengecewakan." Nyonya Vania menjawab dengan sopan, namun tersirat nada kesombongan disana.

"Putri kecil yang rendah hati."

"Benar, banyak Tuan muda yang tertarik padanya."

Nyonya Vania semakin tersenyum bangga "kami membiarkan Villa memilih sendiri pasangannya Nyonya, kami tak terlalu suka memaksa."

Tersenyum lebar dalam diamnya menjaga keanggunan diri, Villan semakin besar kepala.

'Cih bahkan tak tahu malu saat tersenyum lebar.'

Alva yang sedari tadi melihatnya hanya bisa mengutarakan semua kekesalannya dalam batin. Mulutnya terasa begitu kotor jika harus mengungkapkannya secara langsung.

"Vano, Zafi jadi kesini?"

Bank yang sibuk menyuapi bayinya es krim mendadak menolehkan pandangannya kesana-kemari mencari keberadaan Zafriel.

'Mungkin bersama Elgar?'

"Zafriel belum sampai, tapi dia datang."

Alva hanya mengangguk pelan. Sifatnya disini tak terlalu manja karena berada di keramaian.

"Zafi pasti sendirian."

"Sama Kak Elgar."

"Huh? Kak Elgar?"

Hiruk pikuk yang terdengar semakin ramai, dari pintu utama pesta yang terbuka lebar menampilkan sepasang pria dewasa yang terlihat begitu serasi.

Arkan dan Aksa justru terlihat seperti akan mengulang kembali resepsi pernikahan mereka dengan stelan jas hitam untuk Arkan dan silver untuk Aksa.

Setangkai bunga mawar putih terselip manis dalam genggaman tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya melingkar di lengan kiri Arkan, pasangan yang sempurna.

Zafriel terpukau dengan desain ballroom hotel yang sudah disulap seindah itu,mata hitamnya bersembunyi dibalik topeng membuat penasaran banyak orang.

Ruang pesta itu terlihat begitu indah dengan dominan warna putih. Juga terdapat banyak bunga ciri khas dari Aksa yaitu bunga mawar putih, ingat Aksa adalah pencinta warna putih.

In The Past [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang