Elgar sudah terlelap sambil memeluk Zafriel dengan erat tanpa tahu kalau si manis mendengar pembicaraan mereka dibawah sana.Bukan berniat menguping Zafriel hanya mencari Elgar karena takut sendirian di kamar luas itu. Merasa terbiasa akan kehadirannya membuat Zafriel semakin enggan berpisah.
Namun tak menyangka saat keluar dari lift dan menuju ruang tamu malah mendengar pembicaraan mereka.
Zafriel tahu diri jika ia memang layak dijadikan sasaran oleh musuh Elgar. Tapi jika Elgar pergi berperang apakah ia yakin hatinya akan baik-baik saja?
Zafriel memandangi wajah tampan suaminya. Menyadari jika memang Elgar harus pergi maka ia tak akan lagi menatap wajah ini secara langsung.
Zafriel mengerti jika masalah ini adalah masalah biasa namun tidaklah sepele.
Zafriel berharap jika nantinya sang suami tak akan terluka.
"Zafi udah sayang banget sama Kak El. Zafi nggak mau Kak El kenapa-napa, apalagi jauhan sama Zafi."
Saat seperti ini Zafriel merasa ingin menangis. Rasa sayangnya pada Elgar sudah terlampau besar. Tak sanggup rasanya jika harus berpisah, apalagi untuk sesuatu hal yang berbahaya seperti ini.
Zafriel tidak bodoh jika apa yang Aksa bicarakan dibawah adalah hal yang sangat serius. Dan Zafriel juga harus bisa menahan semua perasaannya.
Zafriel juga sadar kalau kata cinta belumlah mereka berdua saling lemparkan. Namun janji setia sehidup semati milik mereka, Zafriel bisa bertaruh nyawa untuk menjaganya.
Itulah kenapa dia takut, takut saat dirinya berjauhan dan tak akan melihat Elgar untuk waktu yang lama.
Larut dalam pikiran panjangnya membuat Zafriel kian mudah terlelap. Sejenak melupakan masalah awal dari rumah tangganya. Berharap mereka bisa melewatinya dengan baik.
Mengikuti alur takdir yang entah akan membawa mereka pada ujung yang mana.
Sedangkan di tempat lain diwaktu yang bersamaan ada seorang pria parah baya yang sedang meneliti semua lembar demi lembar dokumen di hadapannya.
Dibantu oleh asistennya dia mengurus kertas-kertas itu, membalik nya dan menandatanganinya. Terlihat begitu sibuk walau waktu sudah melewati tengah malam.
"Apa ada kabar terbaru?"
Si asisten menunduk "Belum Tuan. Tapi mereka semakin sering berkumpul akhir-akhir ini."
"Oh ada apa dengan clan itu. Semua orangnya begitu sok sibuk."
"Kenapa Tuan terus mengawasi mereka. Apa kita akan terlibat?"
Si Tuan tersenyum tenang saat pikirannya tertuju pada seseorang yang berada diantara mereka.
"Tentu saja. Cepat atau lambat kita pasti akan terlibat. Karena aku mereka harus menanggung dosa atas apa yang telah mereka lakukan. Demi putraku, tentu aku wajib terlibat namun hanya disaat yang tepat."
"Terkadang akan selalu ada hal baik meski di situasi terburuk. Karena masa lalu jika tidak dikenang maka akan menjadi pelajaran dalam pengalaman."
"Lalu apa yang harus kita persiapkan Tuan?"
"Seperti biasa dan menunggu. Saat mereka mulai merasakannya maka aku akan datang. Bukan demi mereka, hanya demi putraku."
"Tentu saja Tuan. Saya akan mempersiapkan keperluan yang ada inginkan."
Si asisten berlalu pergi hingga langkahnya terhenti saat si Tuan kembali berbicara.
"Jangan melakukan kesalahan apapun untuk kali ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Past [END]
Teen Fiction[Ending] Sebuah ruang hampa yang kini mulai berwarna, secarik oren jingga menjadi awal dari dunia baru yang ditempatinya. Zafriel Andhara! This your past, and I'm sorry for that. ELZA ' BL LOKAL ' BxB, Cowok x Cowok,Homo(no salpak) ' Romance, dr...