Past 14

11.7K 974 13
                                    


Satu jam sebelum jam pulang sekolah Elgar melesatkan mobilnya menuju rumah Papanya. Aksa secara mendadak menyuruhnya pulang.

Aksa bilang ia akan mengadakan acara kecil-kecilan untuk menyambut kepulangan Kakaknya dari luar negri.

Avram yang katanya akan menetap di negara ini membuat Aksa bahagia bukan main. Acara makan malam sengaja ia lakukan secara mendadak, padahal Avram sudah pulang sejak dua minggu yang lalu.

Elgar memasuki mansion megah itu dengan cepat, ia akan selalu merasa bersalah jika membuat Aksa menunggu lama.

Dari pintu masuk utama Elgar bisa melihat Aksa yang sibuk menelfon seseorang sedari tadi hingga mengabaikan suaminya Arkan yang sudah mendingin karena terus diabaikan.

Avram yang duduk di sofa single ruang tamu itu memangku laptop untuk mengerjakan beberapa pekerjaannya.

Dan dua orang berjas hitam berdiri tak jauh dari ruang tamu membungkuk hormat padanya,itu asisten pribadi Kakak dan Daddy Elgar.

"Daddy"

Arkan menoleh menatap Elgar yang baru saja datang dan duduk di sampingnya. Arkan sedang sebal jadi Elgar pun ikut diabaikannya.

Avram yang meniti gerak-geriknya merasa terhibur. Wajah masam Elgar mampu membuatnya bahagia.

"Elgar sudah sampai?"

Pertanyaan Aksa membuat Arkan semakin kesal karena lagi-lagi diabaikan. Elgar hanya tersenyum tipsi dan mengangguk kecil.

"Punya mulut?" Arkan begitu sensi.

"Arkan!" pekikan Aksa terdengar lelah.

Kenapa Arkan begitu posessive bahkan pada anaknya sendiri.

Avram menutup laptopnya dan menyerahkan pada asisten pribadinya.

"So, apa yang sedang Papa rencanakan?" Avram bertanya dengan nada lembut membuat Arkan mendengus.

Aksa begitu antusias menyusun acara makan malam ini "makan malam dan mengundang beberapa orang. Arkan kau harus mengosongkan jadwal mu."

"Dan Elgar harus siap dikenal banyak orang, jangan sembunyi terus."

Aksa menatap Elgar penuh harap namun Elgar menggelengkan kepalanya tanda tidak mau.

"Nggak mau."

Wajah sedih ditangkap Arkan dari suami kecilnya. Ohh Elgar cari mati karena membuat belahan jiwanya sedih.

Tatapan tajam dilayangkan Arkan pada Elgar, hawa dingin mengintimidasi seakan menuntut Elgar agar mengatakan iya pada Aksa segera.

"Ikut boy."

Elgar tak punya alasan untuk ikut,dia bisa datang tapi tidak untuk dilihat banyak orang.

"Emm Elgar boleh ajak Zafriel, dia kan menantu Papa."

"Hmm?"

"Papa akan mengirimkan sesuatu pada Zafriel nanti, setuju boy?"

Mengangguk pelan Elgar setuju, sedikit egois saat mengharuskan dunia tahu bahwa si manis Zafriel adalah miliknya.

Avram mendengus iri karena tidak punya pasangan. Semua bucin pada waktunya.

"Kau belum mengenalkannya pada ku El."

Sedikit penasaran akan sosok yang selalu Aksa sebut sebagai menantunya. Semenarik apa kekasih Elgar ini.

"Nanti."

"Aku penasaran."

"Boleh,tapi tidak jatuh cinta padanya."




***



In The Past [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang