"Ayah, Zafriel tanya loh ini." sungut si manis kala Ayahnya tak kunjung memberikan respon.
Ayah si manis menghela nafasnya kasar, "Ayah nggak ikut campur urusan mereka baby boy."
"Itu menantu Ayah loh yang lagi berantem."
"Berantem? Itu lebih mirip pembantaian sih." Ayah si manis tampaknya tidak tertarik dengan kekhawatiran putranya.
"Hiks... Gimana ka-kalau Kak El kenapa-napa." tangis Zafriel pecah karena pikiran negatif memenuhi isi kepalanya.
Sang Ayah kontan kalang kabut melihat putranya menangis kencang. Tak ingin mengambil resiko tapi juga tak tega melihat putranya begitu mengkhawatirkan suaminya.
"Ayoo pergi bantu Kak El. A-ayah sayang nggak sih sama Zafi hiks..."
"Aduh sayang. Iya iya Ayah bakal kirim bantuan ke sana. Jangan nangis lagi okay?" sang Ayah mengelus pipi tembam putranya yang sudah banjir cairan sebening kristal.
"Zafi mau ikut!"
"What?! No. Ayah nggak akan biarin kamu pergi. Itu perang Zafriel, bukan sekedar berantem aja. Di sana ada pembunuhan dan penyiksaan. Ayah nggak mau mata suci kamu ternodai." tegas sang Ayah.
"Ya udah Zafriel mau pulang. Zafriel nggak akan mau ketemu sama Ayah lagi. Ayah jahat, Zafriel nggak suka!" jurus andalannya adalah merajuk dan merangkai kata, terlihat sangat menyedihkan bukan?
"Fine! Ayah akan bawa kamu ke sana. Tapi ingat, jangan jauh-jauh dari Ayah. Dengerin apa kata Ayah, setuju?" sang Ayah menyodorkan jari kelingking besarnya dan di sambut jari kelingking kecil si manis.
"Setuju!"
Sang Ayah menghela nafasnya untuk yang kesekian kali. Rasanya sangat ingin membuat Zafriel berubah pikiran.
Ayah Zafriel menggeser sebuah lukisan yang ada di dalam ruangannya lalu menekan tembok tengahnya. Secara otomatis membuka satu laci meja yang ada di pojok ruangan.
Zafriel yang melihatnya terheran, kok bisa?
Mulutnya kini berbentuk huruf O yang terlihat sangat menggemaskan. Ia penasaran dengan Ayahnya yang sedang mengambil sesuatu di dalam laci itu.
Dan itu sebuah kotak kayu yang terlihat begitu apik dan aesthetic. Zafriel mendekat saat Ayahnya mengambil sebuah pistol cantik dari dalam sana.
"Kamu bisa pakai senjata ini." ujar sang Ayah.
Zafriel menerima pistol itu dan meneliti bentuknya. Pistolnya sangat istimewa dengan ukuran mawar. Pistol Rose Pattern BEFR365 yang terdapat nama Marshalina.
"Ini milik siapa? Ayah, pistol ini sangat indah. Tapi kenapa auranya begitu kejam?" tanya Zafriel dengan suara lirih. Entah mengapa ia mendadak merasa sedih.
"Itu pistol yang di desain khusus oleh seseorang yang menjadi pemiliknya. Pistol itu milik Ibumu Zafriel."
"Ibu? Marshalina? Itu namanya?"
"Benar. Dia wanita pemberani yang membuat Ayah terpesona."
"Dia yang menjaga dan melahirkan Zafriel. Ayah ingin Zafriel menggunakan pistol itu dengan baik. Hanya kamu dan pistol ini yang Ibumu tinggalkan untuk Ayah. Maka Ayah akan menjaga kalian berdua dengan nyawa Ayah."
Kini Zafriel mengerti kenapa hati itu dia memanggil sosok di hadapannya ini dengan sebutan paman.
"Terimakasih Ayah. Ayo pergi sekarang, menantu Ayah pasti butuh bantuan."
Ayahnya Zafriel menghela nafasnya gusar melihat anaknya yang sangat mencintai suaminya itu
"Menantu? Ayah rela menolong karena kamu boy. Bukan bocah lempengan es itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Past [END]
Teen Fiction[Ending] Sebuah ruang hampa yang kini mulai berwarna, secarik oren jingga menjadi awal dari dunia baru yang ditempatinya. Zafriel Andhara! This your past, and I'm sorry for that. ELZA ' BL LOKAL ' BxB, Cowok x Cowok,Homo(no salpak) ' Romance, dr...